#9: Cost Melekat
A: Arti Konsep Dasar Akuntansi Cost Melekat
Konsep ini menyatakan bahwa cost melekat pada obyek yang direpresentasikan sehingga cost bersifat mudah bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabungkan kembali mengikuti obyek yang dilekatinya.
Berbagai cost mempunyai daya saling mengikat antara yang satu dengan lainnya mengikuti ikatan obyek-obyek yang disimbolkannya bila berbagai komponen digabung menjadi suatu obyek atau barang baru.
***
Gabungan cost yang baru semata-mata adalah penggabungan berbagai cost pada tiap komponen tanpa memperhatikan nilai ekonomi baru yang melekat pada barang baru.
Dasar pikiran konsep ini adalah tujuan pengelompokan, pemecahan, dan penggabungan cost adalah untuk mengikuti aliran upaya dalam menyediakan produk dan jasa.
Produk biasanya mempunyai manfaat atau utilitas baru yang lebih besar daripada manfaat masing-masing komponen secara terpisah.
Dalam mengikuti aliran tersebut, berdasar jenis cost dikelompokkan kembali untuk menentukan cost yang melekat pada produk akhir. Nilai tambahan baru yang dikandung produk tidak dicatat.
B: Pertimbangan Konsep Cost Melekat
Cost melekat dilandasi oleh konsep cost yang disebut cost terkandung yaitu cost yang benar-benar terkandung dalam suatu obyek atau produk sebagai pasangan cost penggantian.
Cost penggantian adalah cost seandainya obyek tersebut tidak ada dan harus diadakan sehingga maknanya sama dengan cost kesempatan (opportunity cost).
Jadi, untuk barang sebagai hasil akhir aktivitas produksi, cost terkandaung adalah cost komponen yang melekat pada barang tersebut, sedangkan cost penggantian adalah price-aggregate yang tidak jadi diperoleh jika barang tersebut tidak ada atau nilai keluaran/ harga jual yang harus dikorbankan kalau perusahaan tidak memproduksi barang tersebut (nilai masukan).
Jadi, cost melekat adalah konsep dasar untuk mendukung bahwa bahan olah akuntansi adalah biaya aktual yang sesungguhnya telah terjadi.
#10: Upaya dan Hasil
A: Pengertian Konsep Dasar Upaya dan Hasil
Konsep ini menyatakan bahwa biaya adalah upaya dalam rangka memperoleh hasil berupa pendapatan, dengan kata lain, tidak ada hasil (pendapatan) tanpa upaya (biaya).
Seperti pepatah Jawa “jer basuki mawa bea”, maksudnya adalah orang harus melakukan upaya untuk dapat memperoleh hasil yang diinginkan.
Secara konseptual pendapatan timbul karena biaya, bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya. Artinya, begitu kesatuan usaha melakukan aktivitas produktif yang direpresentasikan dengan terhimpunya cost, maka pendapatan dikatakan telah terbentuk, walaupun dalam terealisasi.
Secara teknis, perusahaan sebagai kesatuan usaha harus menghasilkan atau menyedian barang dan jasa untuk menciptakan pendapatan.
#11: Bukti Terverifikasi dan Obyektif
Konsep bukti terverifikasi dan obyektif menyatakan bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat kebermanfaatan dan keterandalan yang cukup tinggi.
Bila terjadinya data keuangan didukung oleh bukti-bukti yang obyektif dan dapat diuji kebenarannya (keabsahannya/ keautentikannya).
Obyektivitas bukti harus dievaluasi atas dasar kondisi yang melingkupi penciptaan, pengukuran, dan penangkapan atau pengakuan data akuntansi.
Jadi, akuntansi tidak mendasarkan diri pada obyektivitas mutlak, melainkan pada obyektivitas relatif yaitu obyektivitas yang paling tinggi pada waktu transaksi terjadi dengan mempertimbangkan keadaan dan tersediannya informasi pada waktu tersebut.
#12: Asumsi
Perlu kita pahami bahwa akuntansi memerlukan asumsi-asumsi sebagai landasan penalaran.
Konsep dasar akuntansi dalam banyak hal merupakan asumsi atau paling tidak dilandasi oleh asumsi-asumsi yang validitasnya sulit diuji secara obyektif tetapi bermanfaat untuk basis pemilihan konsep atau prinsip.
Validitas konsep dasar hanya dapat dievaluasi atas dasar intuisi, harapan normal, atau realitas empiris.
#13: Substansi daripada Bentuk
Menurut para ahli ekonomi keuangan, pengertian konsep dasar akuntansi substansi daripada bentuk menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu konsep di tingkat perekayasaan atau dalam menetapkan standar ditingkat penyusun standar akuntansi akan menekankan makna atau substansi ekonomi suatu obyek atau kejadian daripada makna yuridisnya meskipun makna yuridis mungkin menghendaki perlakuan akuntansi yang berbeda.
Aduh aku bacanya pusing. Kayaknya seribet itu ya akuntansi? Apa aku aja yang ga terbiasa ngurusin keuangan, makanya kesannya jadi ribet?
Tapi tetap aku share ah, siapa tahu ada teman yang butuh informasi ini.