Industri perbankan merupakan penopang perekonomian yang peran dan aktivitasnya sangat penting. Oleh karena itu, kondisi dan kinerja perekonomian suatu negara bisa dilihat kinerja sektor perbankan.
Bagaimana cara menilai kinerja sebuah bank? yuk kita coba analisis laporan keuangan bank. Blog Manajemen Keuangan akan membahas makalah analisis laporan keuangan bank mandiri, BCA, BNI, BRI & analisa perbandingan laporan keuangan dan interpretasinya, langsung saja ikuti ulasannya berikut ini.
Mengapa Analisa Keuangan Bank?
Mengapa 4 (empat) bank tersebut yang akan dianalisis? Karena, bila dinilai dari omset, laba, aset, dan kapitalisasi pasar, empat bank tersebut merupakan jawara kelas dunia kebanggaan Indonesia.Cek daftar peringkat perusahaan menurut Forbes berikut ini:
Bagaimana, clear kan? Dan sekarang kita analisis laporan keuangan bank-bank tersebut dengan standar rasio keuangan bank umum. Let’s dive right in…
Analisis Laporan Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Bank Rakyat Indonesia menjadi salah satu dari enam perusahaan yang masuk dalam 2000 perusahaan dunia di Forbes The Global 2000 tahun 2016.
Bank yang didirikan oleh Raden Aria Wirjaatmadja pada tahun 1895 dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden ini bertengger di urutan #429. Perhatikan data-data berikut ini data yang diambil dari Forbes berikut ini:
Sekarang kita analisis laporan keuangan bank BRI lebih dalam lagi…
Untuk menilai kinerja sebuah bank, ada rasio keuangan perbankan yang digunakan sebagai standar penilaian yaitu:
- Aspek modal atau capital
- Aspek asset quality
- Earning & efisiensi
- Liquidity.
Dari 4 (empat) aspek penilaian tersebut dapat menjadi indikator kinerja sebuah bank baik atau tidak. Dari Laporan Keuangan bank BRI 2015, secara global kita akan memperoleh data-data kinerja keuangan Bank BRI 2014 dan 2015 sebagai berikut :
Dengan data-data rasio keuangan seperti di atas, Bagaimana kinerja keuangan BRI?
Yuk kita analisis laporan keuangan bank BRI tiap pos sekaligus melengkapinya dengan rasio-rasio keuangan yang lain sebagai alat analisa.
1. Kondisi Modal atau Capital
Perhatikan data-data modal bank BRI, dan penjelasan lengkapnya adalah sebagai berikut:
Modal
Modal BRI pada tahun 2015 sebesar Rp. 110.580 M, meningkat sebesar 29,02% dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar Rp. 85.706 M.
Aset Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Tahun 2015 ATMR BRI untuk risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional sebesar Rp 537.07 triliun, atau naik 14,71% dibandingkan dengan 2014.
Kenaikan ini sebagian besar berasal dari ATMR untuk Risiko Kredit sebesar Rp 57.23 triliun, atau naik dari Rp. 381,06 triliun di tahun 2014 menjadi Rp. 438,3 triliun pada tahun 2015.
Pertumbuhan kredit adalah Rp 68.03 triliun pada 2015, sehingga rata-rata ATMR untuk Risiko Kredit pada tahun 2015 berada di 84,12%.
Rasio Kecukupan Modal (CAR)
Pada 31 Desember 2015, rasio kecukupan modal BRI tercatat sebesar 20,59%, meningkat sebesar 12,45% dibandingkan pada tahun 2014 sebesar 18,31%.
Dengan tingkat CAR ini, BRI telah memenuhi persyaratan rasio kecukupan modal Bank Indonesia.
Peningkatan CAR pada tahun 2015 juga menunjukkan kemampuan BRI untuk menyerap risiko.
Rasio Modal Inti terhadap Total Capital
Rasio modal inti atau tier 1 capital terhadap total capital tahun 2015 berada 81,38% atau masih di atas level 80%. Porsi tier 1 capital tehadap total capital tersebut tergolong baik.
Rasio Capital to Total Asset
Hasil analisis laporan keuangan bank BRI menunjukkan rasio capital to total asset tahun 2014 – 2015 naik sebesar 18,6%. Hal ini dikarenakan peningkatan modal lebih besar (29,02%) dari pada peningkatan total asset (8,74%).
Rasio ini menunjukkan coverage equity dalam menyerap kerugian terhadap total asset meningkat dari tahun 2014 – 2015 yaitu dari 11.02% menjadi 13.07%.
Berdasarkan data hasil analisis laporan keuangan bank BRI di atas menunjukkan kondisi permodalan BRI tergolong kuat dengan level quality CAR berada di atas ketentuan minimum Bank Indonesia dan didukung oleh porsi modal inti yang berada di atas level 80%.
BRI mengelola struktur modal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tujuan utamanya adalah untuk memastikan modal yang cukup untuk mengantisipasi risiko utama yang terkait dengan aktivitas perbankan, yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, dan Risiko Operasional.
Dari hasil analisis laporan keuangan bank BRI menunjukkan bahwa dalam mengelola modal, BRI terus menjaga keseimbangan antara return bagi pemegang saham dan mitigasi risiko.
2. Asset Quality
Aset
Total aset BRI tahun 2015 mengalami kenaikan 8,74% atau sebesar Rp. 67.98 triliun dibandingkan tahun 2014 yang sebesar Rp. Rp. 778.02 triliun.
Gross Loans
Pertumbuhan kredit BRI tahun 2015 naik sebesar 13,87% atau sebesar Rp. 68. 03 triliun dari Rp. 490.41 triliun di tahun 2014 menjadi Rp. 558.44 triliun.
Non Performing Loans (NPL)
NPL atau Non-Performing Loans Ratio Bruto BRI naik dari 1,69% pada tahun 2014 menjadi 2.02% pada tahun 2015.
Rasio NPL sebesar 2.02% masih dibawah level yang ditentukan Bank Indonesia sebesar 5% dan di tingkat yang dapat diterima.
Pencapaian rasio NPL yang terjaga merupakan hasil dari upaya manajemen BRI untuk menjaga kualitas kredit yang dimulai pada kuartal ketiga 2015 melalui program “The Lower The Better”.
Program ini dilaksanakan dengan mengerahkan 100 petugas khusus (AOS) ke 100 kantor cabang BRI.
Tugas dari tim adalah monitoring, evaluasi lapangan, memberikan rekomendasi untuk meminimalkan risiko kredit, antara lain dengan: mempercepat restrukturisasi hutang, mempercepat pelunasan pinjaman (lelang agunan, dll).
Program ini terbukti sukses dan manajemen BRI berencana untuk melanjutkannya pada tahun 2016.
Hasil analisis laporan keuangan bank BRI menunjukkan cakupan NPL Rasio ini menggambarkan kemampuan bank untuk menyerap kerugian yang timbul dari pinjaman non-performing.
Rasio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) terhadap Aset Produktif
Rasio CKPN terhadap aset produktif turun dari 2,40% tahun 2014 menjadi 2,37% pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa aset produktif bermasalah tahun 2015 relatif kecil yaitu 2.37%.
Loan Loss Provision to Gross Loan Ratio
Rasio loan loss provision to gross loan naik menjadi 1.54% pada tahun 2015 dari 2014 sebesar 1.14%.
Informasi yang diperoleh dari data-data di atas, rasio sebesar 1,54% menunjukkan bahwa biaya kerugian penurunan nilai dan hapus buku kredit dibandingkan dengan total kredit relatif kecil.
Rasio Pemenuhan PPA (Penyisihan Penghapusan Aset)
Rasio pemenuhan PPA (penyisihan penghapusan aset) pada tahun 2015 sebesar 108.23%. Hal ini menunjukkan penurunan dari tahun 2014 sebesar 118.92%.
Nilai sebesar 108,23% ini berarti penyediaan pencadangan kuat, karena masih berada diatas 100%, dan mencerminkan kebijakan pencadangan BRI yang prudent.
Dengan nilai rasio sebesar 108,23% menunjukkan bahwa potensi kerugian karena non performing aset sepenuhnya tercover dari penyisihan penghapusan aset yang dibentuk.
Berdasarkan data-data yang disajikan di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas aset BRI tergolong sangat baik karena rasio NPL jauh di bawah level yang ditentukan oleh Bank Indonesia dan coverage ratio atas aset bermasalah berada diatas 100%.