3. Earning & Efficiency

Profit
Total profit atau laba tahun 2015 BCA naik sebesar 8.32% dibanding tahun 2014, yang menunjukkan trend stability dalam mengenerate income.
Tingkat Pengembalian atas Ekuitas (ROE)
Pada tahun 2015 rasio ROE tercatat sebesar 21,86%, lebih rendah dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 25,50%.
Penurunan ROE tersebut sejalan dengan langkah strategis BCA dalam memperkuat posisi permodalan untuk mendukung pengembangan bisnis dan mempersiapkan penerapan regulasi Basel III di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir BCA menyesuaikan dividend payout ratio untuk memperkokoh permodalan.
Tingkat Pengembalian atas Aset (ROA)
Kenaikan pendapatan operasional pada tahun 2015 telah mendukung pertumbuhan laba yang positif sejalan dengan pertumbuhan aset.
Oleh karena itu, BCA dapat menjaga rasio ROA sebesar 3,84% pada tahun 2015, relatif sama dengan posisi tahun sebelumnya.
Sementara itu rata-rata ROA sektor perbankan Indonesia mengalami penurunan sebesar 60 bps dari 2,9% menjadi 2,3% pada tahun 2015.
Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan (BOPO)
Pada tahun 2015 rasio BOPO tercatat sebesar 63,2% dibandingkan 62,4% pada tahun sebelumnya, didorong oleh kenaikan beban operasional sekaligus beban cadangan kerugian penurunan nilai.
Sementara itu, cost efficiency ratio tercatat sebesar 46,5%, dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 44,2%. Angka ini dinilai bagus karena dibawah batas normal 70%.
Rasio BOPO ini mencerminkan komitmen manajemen BCA untuk tetap dapat mempertahankan efisiensi perseroan. Ini mencerminkan efektifitas permodalan BCA dalam menciptakan laba sangat optimal.
Biaya operasional non bunga dibandingkan total aset
Rasio biaya operasional non bunga dibandingkan total aset tahun 2014 sebesar 4,0% dan 2015 sebesar 4,45%, berada sedikit diatas angka normal 3.50% dengan kecenderungan naik. Hal ini mencerminkan bank cukup efisien dalam mengelola biaya operasionalnya.
Biaya operasional dibanding pendapatan bunga
Dan berdasarkan perhitungan rasio biaya operasional dibanding pendapatan bunga tahun 2014 dan 2015 yang sebesar 53,50% dan 60,42%. BCA dinilai efisien dalam mengelola biaya operasionalnya.
Net Interest Margin (NIM)
Pada tahun 2015 rasio NIM BCA meningkat menjadi sebesar 6,7% dari 6,5% pada tahun 2014. Peningkatan portofolio kredit serta penurunan cost of funds telah mendukung posisi NIM yang lebih tinggi di tahun 2015.
Hal ini dinilai sangat baik karena berada jauh di atas quality level 3% Dan berada diatas rata-rata peer group tahun 2014 sebesar 6,80%.
Funding cost
2014 masih sangat bagus walaupun trendnya menaik cukup signifikan menjadi 3.54% dibanding tahun 2013 yang 2.76%.
Kenaikan ini disebabkan peningkatan beban bunga (25.75%) lebih besar dari pada peningkatan customer deposit atau Dana Pihak Ketiga (18.99%).
Rasio biaya dana yang relatif kecil ini, mencerminkan bahwa struktur dana BRI didominasi oleh dana murah (low cost deposit) giro dan tabungan dibandingkan total dana pihak ketiga tahun 2014 yang sebesar 61.16%.
Fee Based Income to Total Income
Pendapatan fee based income tahun 2015 sebesar 14,03%, mengalami kenaikan bila dibandingkan 2014 yang sebesar 13.58%. Ini berarti kontribusi pendapatan fee base income terhadap laba perseroan naik.
Secara umum kondisi profitabilitas dan efesiensi BCA tergolong sangat baik, dan secara rasio cenderung meningkat yang didukung efisiensi operasional.
4. Liquidity

Customer Deposit

Per 31 Desember 2015 customer deposit mencapai Rp 473,69 triliun, meningkat 5,75% dari Rp 447,94 triliun pada tahun 2014.
BCA mempertahankan posisi pendanaan yang solid dengan total dana pihak ketiga sebesar Rp 473,7 triliun pada tahun 2015, meningkat 5,75% atau Rp 25,8 triliun dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh pertumbuhan dana rekening transaksi atau CASA (giro dan tabungan).
Dana CASA merupakan porsi utama dari dana pihak ketiga yang berkontribusi sebesar 76,1% sementara itu dana deposito berkontribusi sebesar 23,9% terhadap total dana pihak ketiga pada tahun 2015.
Low Cost Deposit
BCA memiliki posisi likuiditas yang solid bersumber dari penghimpunan dana giro dan tabungan berbunga rendah. Tahun 2015 low cost deposit masih mendominasi dana pihak ketiga yaitu mencapai 76,06%.
Loan to Deposit Ratio (LDR)

Pada tahun 2015 regulator menerapkan perhitungan rasio kredit terhadap pendanaan (Loan to Funding Ratio – LFR).
Perhitungan rasio ini sebagai pengembangan dari rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio – LDR) yang digunakan sebelumnya.
Metode untuk menghitung rasio LFR serupa dengan LDR.
Namun terdapat tambahan komponen yaitu surat berharga yang memenuhi persyaratan tertentu yang diterbitkan oleh bank untuk memperoleh sumber pendanaan.
Pada tahun 2015, sejalan dengan pertumbuhan portofolio kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan dana pihak ketiga, rasio LFR BCA tercatat sebesar 81,06% meningkat 430 bps bila dibandingkan 76,8% pada tahun 2014.
Masih lebih rendah dibandingkan rata-rata LDR sektor perbankan yang sebesar 92,1%.
“Rasio LFR BCA tersebut berada pada posisi yang sehat dan masih terdapat ruang bagi BCA untuk meningkatkan pertumbuhan kredit ke depannya”
Liquid Asset terhadap Total Asset
Rasio liquid asset terhadap total asset meningkat dari 24.89% tahun 2014 menjadi 27.12% tahun 2015.
Hal ini mencerminkan ketersediaan liquid asset sangat memadai sebagai reserve untuk mendukung likuiditas karena berada di atas quality level 20%.
Liquid Asset terhadap Dana Pihak Ketiga
Rasio liquid asset terhadap dana pihak ketiga meningkat dari 30,12% tahun 2014 menjadi 33.33% tahun 2015. Hal ini juga mencerminkan sangat memadai untuk ketersediaan likuiditasnya.
Dilihat dari LDR yang berada di bawah 90% dan didukung oleh level of liquid asset yang sangat memadai maka likuiditas BCA sangat memadai.
Kesimpulan
Dari data-data yang telah disajikan di atas dan analisis rasio keuangan perbankan serta standar rasio keuangan menurut bank Indonesia dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan Bank Central Asia tahun 2015 sangat sehat.
Hal tersebut tercermin dari hasil analisis laporan keuangan Bank Central Asia mengenai kondisi permodalan dengan CAR yang berada di atas ketentuan minimum Bank Indonesia.
Kualitas aset yang sangat baik dengan NPL yang berada di bawah standar Bank Indonesia dan level of liquidity yang cukup.
Dari segi profitabilitas, efisiensi operasi, nampak dari hasil analisis laporan keuangan Bank Central Asia dari nilai ROA, ROE dan BOPO sangat memadai dan berada di atas quality level.
Hasil analisis laporan keuangan Bank Central Asia juga menunjukkan penyediaan pencadangan aset (PPA) bermasalah di atas 100%. Hal itu menunjukkan bahwa potensi kerugian karena non performing aset sepenuhnya ter-cover dari penyisihan penghapusan aset yang dibentuk.
Selain itu BCA dinilai mampu mengatasi kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya karena rasio liquid asset terhadap total asset berada di atas batas normal 20%, yaitu 27,12%.
—
Apa yang dimaksud dengan Bank BCA?
Bank Central Asia adalah bank swasta terbesar di Indonesia.
Bank BCA termasuk bank apa?
Bank Central Asia adalah bank swasta nasional.
Apa fungsi dari Bank BCA?
Secara umum, fungsi Bank Central Asia adalah menjalankan fungsi perbankan yang melayani nasabah perorangan maupun korporasi.
Bank BCA bergerak di bidang apa?
Bank Central Asia bergerak dalam bidang perbankan dan layanan keuangan.