Apa itu break even point? BEP adalah singkatan dari Break Even Point, yakni suatu kondisi yang terjadi ketika perusahaan dalam operasinya belum mendapat untung tapi juga tidak rugi.
Manfaat dan sasaran analisis break even point (BEP) adalah untuk mengetahui tingkat volume barang atau jasa yang harus dijual dengan harga tertentu agar bisa menutup biaya-biaya yang dikeluarkan serta perusahaan memperoleh keuntungan (profit). Dan, untuk memberikan gambaran umum tentang materi yang akan kita bahasm berikut disajikan 5 pertanyaan serta jawaban:
Apa yang dimaksud dengan break even point?
Pengertian break even point adalah titik impas dimana pendapatan sama dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga tidak ada laba atau rugi.
Ada 2 macam BEP apa saja?
BEP Unit atau jumlah produk dan BEP Rupiah atau nilai pendapatan.
Bagaimana rumus BEP unit?
Rumus BEP unit adalah biaya tetap dibagi hasil pengurangan harga jual per unit dengan biaya variabel per unit.
Bagaimana cara menghitung break even point rupiah?
Cara menghitung break even point rupiah adalah BEP unit dikali dengan harga jual per unit, atau biaya tetap dibagi hasil pengurangan 1 dengan rasio biaya variabel.
Apa saja komponen break even point?
Komponen break even point adalah biaya tetap, biaya variabel, harga jual, pendapatan total, dan volume penjualan.
Apa saja manfaat dan aplikasi konsep break even point dalam aktivitas bisnis? Yuk cari tahu dalam artikel berikut…
Konsep Dasar Break Even Point Adalah?
A: Konsep BEP Menurut Akuntansi Keuangan
Bila kita mengacu pada pengertian bahwa BEP adalah suatu keadaan yang menggambarkan perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya belum memperoleh profit namun sudah tidak loss, bahasa viralnya ‘titik impas’, maka berarti :
Pendapatan – Harga Pokok Penjualan (HPP) – Biaya = 0
Bila :
Pendapatan – Harga Pokok Penjualan – Biaya = 1, artinya bernilai di atas 0 (BEP) sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan, tapi sebaliknya jika:
Pendapatan – Harga Pokok Penjualan – Biaya = -1, hal ini berarti perusahaan mengalami kerugian.
Bagaimana, setuju?
So, bagaimana cara menghitung BEP satuan unit?
Formula yang digunakan adalah:
= Total Biaya Tetap : (Harga – Biaya Variabel)
B: Tujuan BEP
Tujuan analisis Break Even Point (BEP) adalah untuk mengetahui keterkaitan antara pendapatan/penjualan, biaya, volume dan tingkat keuntungan.
C: Manfaat BEP
Manfaat BEP adalah:
- Menghitung jumlah produksi yang feasibel.
- Menghitung harga produk dan jasa yang menghasilkan tingkat keuntungan memadai.
- Untuk menghitung jumlah biaya yang diperlukan pada titik impas, alias tidak untung namun juga tidak rugi.
- Menganalisa tingkat keuntungan produksi.
Komponen Break Even Point
Apa saja elemen atau komponen BEP?
Komponen utama yang menentukan nilai BEP adalah break even point variable and fixed expenses.
Break even point mempelajari hubungan antara biaya tetap dengan
Break even point dapat tercapai apabila total pendapatan sama dengan total biaya. Total pendapatan adalah hasil penjumlahan dari total biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).
Jadi jika dituliskan dalam suatu rumus, maka break even point formula adalah sebagai berikut:
Total Pendapatan = Total Cost
Total Cost = Total Fixed Cost + Total Variable Cost
—
Berdasarkan penjelasan singkat di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa komponen break even point atau BEP adalah sebagai berikut:
1: Total Pendapatan (Revenue)
Adalah jumlah pendapatan yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Sumber pendapatan utama perusahaan biasanya berasal dari penjualan produk maupun jasa.
Besarnya pendapatan bisa dianalisis menggunakan metode BEP, misalnya dalam periode waktu tertentu nilai pendapatan ditargetkan sebesar Rp xxx. Selanjutnya dianalisis keterkaitannya dengan volume produksi dan tingkat harga, hingga akhirnya diperoleh kombinasi yang optimal untuk mencapai target pendapatan yang telah ditetapkan.
2: Total Biaya Tetap (Fixed Cost)
Yaitu jumlah beban dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk periode waktu tertentu. Beban tetap ini tidak tergantung pada aktivitas dan jumlah produksi, Biaya ini akan tetap dikeluarkan meskipun perusahaan tidak melakukan produksi atau tidak melakukan produksi.
Contoh biaya tetap antara lain: payroll, persediaan barang habis pakai (supplies) dan depresiasi aset tetap berwujud dan tidak berwujud (amortisasi).
3: Total Biaya Variabel (Variable Cost)
Yakni jumlah biaya yang dibayarkan sesuai dengan jumlah atau volume produksi. Jumlah biaya ini akan berubah-ubah sesuai dengan volume produk yang dihasilkan, semakin banyak volume produk maka jumlah biaya juga semakin besar, demikian juga sebaliknya.
Biaya variabel termasuk pada golongan harga pokok penjualan (HPP), contohnya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead, contohnya pemeliharaan, listrik, serta biaya pengiriman.
4: Quantity
Adalah jumlah produk yang akan dijual. Untuk perusahaan manufaktur, barang yang akan dijual ini biasanya melalui proses produksi terlebih dahulu. Jumlah barang yang diproduksi sangat menentukan harga.
5: Harga (Unit Price)
Merupakan harga satuan dari produk yang dijual. Ini adalah salah satu komponen penting dari barang yang diproduksi. Besaran harga ini bisa ditentukan dengan metode break even point (BEP), sehingga akan diperoleh nilai harga sesuai dengan target yang diinginkan.