Pengertian Aktiva Tak Berwujud (intangible assets) atau aset tak berwujud adalah aset perusahaan yang tidak memiliki bentuk fisik. Aset tak berwujud adalah aset jangka panjang yang berguna dalam kegiatan operasi perusahaan dan tidak ditujukan untuk dijual. Contoh aktiva atau aset tak berwujud antara lain:
- Hak paten,
- Hak cipta,
- Merek dagang, dan
- Goodwill.
Bagaimana penerapan dan perlakuan akuntansi untuk 4 aktiva atau aset tetap tak berwujud tersebut? Bagaimana cara mencatat jurnal aset tetap tak berwujud? Mari ikuti pembahasan rinci beserta contoh sambil ngopi di pagi hari yang cerah berikut ini.
01: Jurnal Aset Tak Berwujud
Prinsip akuntansi dasar untuk aktiva tak berwujud adalah sama seperti perlakuan akuntansi aktiva atau aset tetap.
Bila Anda ingin tahu lebih banyak tentang prinsip akuntansi aktiva tetap itu, silahkan langsung saja baca artikel aktiva tetap.
Dan secara singkat saya jelaskan berikut ini…
Pertimbangan utama pengelompokan aktiva tak berwujud dan metode penilaian aktiva tidak berwujud dalam prinsip akuntansi adalah sebagai berikut:
- Menentukan biaya awal, dan
- Menentukan nilai amortisasi.
Pengertian amortisasi adalah jumlah biaya yang dipindahkan ke beban.
Amortisasi terjadi karena berjalannya waktu atau penurunan kegunaan aset tak berwujud.
Untuk mengenal lebih dekat 4 jenis aktiva tak berwujud dan pencatatan jurnal akuntansi aset tak berwujud, sekarang kita bahas kriteria aset tak berwujud satu-per-satu…
02: Aset Tak Berwujud – Hak Paten
A: Pengertian Hak Paten
Pengertian hak paten adalah hak eksklusif yang diperoleh perusahaan untuk menghasilkan dan menjual barang dengan satu keunikan atau lebih.
Hak paten diterbitkan oleh pemerintah (dalam hal ini Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual) kepada penemu dengan masa kegunaan 20 tahun.
Ketentuan Hak Paten juga membedakan hak paten untuk penemuan sederhana dan penemuan yang lebih canggih.
Untuk penemuan sederhana, hak paten hanya dapat digunakan selama 10 tahun.
Suatu perusahaan dapat membeli hak paten dari perusahaan lainnya, atau dapat memperoleh hak paten yang dikembangkan oleh bagian riset dan pengembangannya.
B: Jurnal Penyesuaian Hak Paten
Biaya awal dalam hak paten yang dibeli, mencakup imbalan jasa hukum yang terkait, dan di-debit ke akun aset.
Biaya ini dihapuskan atau diamortisasi selama estimasi masa kegunaan hak paten.
Periode waktu tersebut dapat kurang dari sisa masa hak paten secara hukum.
Estimasi masa kegunaan hak paten juga dapat berubah karena perubahan teknologi atau perubahan selera konsumen.
Metode garis lurus biasanya digunakan untuk menentukan amortisasi periodik.
Selengkapnya tentang metode penyusutan bisa dipelajari di artikel….
***
Amortisasi dicatat dengan mendebit akun beban dan mengkredit akun hak paten secara langsung.
Akun aset kontra terpisah biasanya tidak digunakan dalam aset tak berwujud.
Perhatikan contoh soal aset tak berwujud berikut ini:
Sebagai ilustrasi diasumsikan bahwa pada awal tahun fiskal, perusahaan mendapatkan hak paten senilai Rp 100.000.000.
Hak paten telah diberikan enam tahun sebelumnya oleh pihak yang berkepentingan.
Mesikpun hak paten belum akan habis dalam 14 tahun sisa masa kegunaannya diperkirakan tinggal lima tahun.
Ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat amortisasi hak paten pada akhir tahun adalah sebagai berikut:
Selain membeli hak paten, perusahaan dapat mengeluarkan biaya cukup besar dalam mengembangkan hak paten melalui riset dan pengembangannya sendiri.
Menurut PSAK 20 biaya riset diperhitungkan sebagai beban operasi berjalan dalam periode terjadinya biaya tersebut.
Sedangkan biaya pengembangan dapat dikapitalisasi jika memenuhi beberapa persyaratan.
Salah satu persyaratannya adalah perusahaan dapat membedakan biaya pengembangan dari biaya riset dan biaya pengembangan tersebut dapat diukur secara tepat.
Perusahaan juga harus memiliki keyakinan bahwa manfaat ekonomis di masa mendatang dapat diperoleh dari aset yang dihasilkan dari kegiatan dari kegiatan pengembangan tersebut.
Bila terdapat keyakinan yang kurang memadai atas manfaat ekonomis di masa mendatang, maka biaya pengembangan harus dibebankan.
03: Aset Tak Berwujud – Hak Cipta
A: Pengertian Hak Cipta
Pengertian hak cipta adalah adalah hak ekslusif untuk menerbitkan dan menjual karya tulis, materi artistik , atau komposisi musikal.
Hak cipta (copyright) diterbitkan oleh pemerintah dan diperpanjang sampai 50 tahun setelah kematian pengarangnya (Hukum Hak Cipta No. 19/2002).
B: Pembukuan Hak Cipta
Biaya hak cipta meliputi seluruh biaya menciptakan karya ditambah biaya administrasi atau hukum untuk mendapatkan hak tersebut.
Hak cipta yang dibeli dari pihak lain harus dicatat pada harga pembeliannya. Hak cipta tersebut di-amortisasi selama estimasi masa kegunaannya.
Sebagai contoh, Suatu Perusahaan menetapkan kebijakan amortisasi berikut untuk menghargai aktiva tak berwujud berupa materi artistik dan musiknya:
“Aset tak berwujud, yang kebanyakan terdiri dari kontrak artis dan katalog musik, di-amortisasi sesuai dengan dasar garis lurus masing-masing selama 16 dan 21 tahun.”
04: Aset Tak Berwujud – Merek Dagang
A: Pengertian Merek Dagang (Trademark)
Pengertian merek dagang adalah nama, istilah, atau simbol yang digunakan untuk mengenali suatu perusahaan dan produknya.
Contohnya, merek dagang The Coca Cola Company adalah logo Coke berwarna merah dan putih.
Pernah tahu kalimat berikut:
“Dua pertiga bagian bumi tertutup oleh air, sementara sisanya tertutup oleh Coke. Jika Prancis dikenal karena anggur dan Jerman karena birnya, maka Amerika mendominasi minuman di dunia dengan air soda dan warna karamel.”
Kebanyakan perusahaan mengidentifikasi merek dagangnya dengan tanda ® dalam iklan dan produknya.
Perusahaan dapat melindungi merek dagangnya agar tidak digunakan perusahaan lain dengan mendaftarkan merek dagang tersebut untuk masa penggunaan 10 tahun dan memperpanjangnya untuk periode 10 tahun berikutnya.
B: Pembukuan Merek Dagang
Mengapa aktiva tak berwujud harus dicantumkan dalam laporan keuangan?
Seperti hak cipta, biaya hukum untuk mendaftarkan merek dagang ke kantor pemerintah dicatat sebagai aset.
Jadi misalnya merek dagang Coca Cola merupakan aset yang sangat berharga.
Aset ini tidak ditampilkan di neraca, karena nilai biaya hukum untuk penetapan merek dagang tidak besar.
Akan tetapi, jika merek dagang dibeli dari perusahaan lain, biaya pembeliannya dicatat sebagai AKTIVA.
05: Aset Tak Berwujud – Goodwill
A: Pengertian Goodwill
Pengertian Goodwill adalah aktiva tak berwujud milik perusahaan yang dihasilkan oleh faktor-faktor yang menguntungkan, seperti LOKASI, mutu produk, reputasi, dan keahlian manajerial.
Goodwill memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan tingkat pengembalian investasi yang seringkali melebihi tingkat normal perusahaan lain dalam bisnis yang sama.
B: Pembukuan Ayat Jurnal Goodwill
Prinsip akuntansi berterima umum (PABU) memperbolehkan goodwill dicatat dalam akun hanya jika dapat ditentukan secara obyektif oleh suatu transaksi.
Contoh transaksi yang dimaksud adalah pembelian perusahaan pada harga di atas aset bersih (aset – kewajiban) perusahaan yang diperoleh.
Standar Akuntansi di Indonesia mengijinkan goodwill diamortisasi selama tidak lebih dari 5 tahun.
Periode amortisasi lebih dari 5 tahun, tapi tidak lebih dari 20 tahun, dimungkinkan jika perusahaan dapat memberikan penjelasan yang dapat diterima.
Saldo akun goodwill juga dapat dievaluasi pada setiap tanggal neraca untuk indikasi penurunan nilai.
Jika terdapat indikasi bahwa goodwill telah mengalami penurunan nilai, maka perusahaan harus melakukan penyesuaian untuk menurunkan nilai goodwill.
Jumlah penurunan dibebankan pada periode yang bersangkutan dan tidak dapat dibalik di masa mendatang (tidak ada penyesuaian untuk menaikkan nilai goodwill).
***
Perhatikan contoh soal aset tak berwujud berikut ini:
Jakarta International Hotel Tbk, pemilik hotel Borobudur, meng-amortisasi goodwill selama lima tahun.
Perusahaan tersebut melaporkan beban amortisasi goodwill sejumlah Rp 35.553.818. Ayat jurnal yang dicatat adalah sebagai berikut:
Waktu dan jumlah penghapusan goodwill dapat menjadi sangat subyektif.
Manajer dan akuntan perlu memperkirakan nilai goodwill dengan benar dan mencatat penurunan nilai goodwill saat terjadinya.
Sangat tidak etis untuk menunda penurunan nilai goodwill saat diketahui aset tersebut telah mengalami penurunan nilai.
***
Dan berikut ini contoh pencatatan jurnal akuntansi aset tak berwujud, goodwill dan hak paten:
Pada tanggal 31 Desember 2019 diperkirakan goodwill senilai Rp 40.000.000 telah mengalami penurunan nilai.
Sebagai tambahan, hak paten dengan estimasi masa kegunaan ekonomis 12 tahun diperoleh sebesar Rp 84.000.000 pada tanggal 1 Juli 2019.
Maka jurnal aset tak berwujud adalah sebagai berikut:
Pencatatan jurnal akuntansi aset tak berwujud #1: Mencatat Amortisasi Goodwill
Ayat jurnal untuk mencatat ayat jurnal penyesuaian per 31 Desember 2019 untuk goodwill yang mengalami penurunan nilai adalah:
Pencatatan jurnal akuntansi aset tak berwujud #2: Mencatat Amortisasi Hak Paten
Ayat jurnal untuk mencatat ayat jurnal penyesuaian per 31 Desember 2019 untuk amortisasi hak paten adalah:
06: Fakta Pengungkapan Aset Tak Berwujud
A: Masa Kegunaan Intangible Asset
Di Indonesia, goodwill merupakan aset tak berwujud yang paling banyak dilaporkan karena goodwill muncul dari transaksi merger yang lazim dilakukan.
Banyak negara seperti AS, Australia dan negara-negara yang menerapkan IFRS membedakan aktiva atau aset tak berwujud dengan masa kegunaan terbatas dan tidak terbatas.
Hak paten dan hak cipta merupakan contoh aset tak berwujud dengan masa kegunaan terbatas, sedangkan merek dagang dan goodwill adalah contoh aset tak berwujud dengan masa kegunaan tak terbatas.
B: Amortisasi Intangible Asset
Aset tak berwujud dengan masa kegunaan tidak terbatas biasanya menjadi subyek pengujian penurunan nilai (impairment test) tahunan dan bukan merupakan subyek amortisasi secara sistematis.
Di Indonesia, seluruh aset tak berwujud selain goodwill harus diamortisasi menurut masa kegunaan ekonomisnya dan tidak lebih dari 20 tahun dengan penjelasan yang dapat diterima.
Meskipun Indonesia kemungkinan dapat mengikuti langkah-langkah yang diambil negara lain dalam waktu dekat.
Saat ini Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia tidak mengakui aset tak berwujud dengan masa kegunaan tidak terbatas.
Di antara perusahaan Indonesia yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (IDX), biasanya goodwill diamortisasi selama 20 tahun.
Perusahaan yang meng-amortisasi goodwill di atas 20 tahun harus mengungkapkan penjelasan yang dapat diterima dalam catatan laporan keuangannya.
Pelaporan kerugian dari penurunan nilai goodwill merupakan hal yang sangat jarang terjadi bagi perusahaan di Indonesia.
07: Kesimpulan
Aset tak berwujud adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak ada bentuknya.
Namun mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi aktivitas perusahaan. Contoh aktiva tetap tidak berwujud atau aset tak berwujud adalah merek dagang dan hak paten. Oleh karena itu, perusahaan harus mengelola aset tak berwujud dengan sebaik-baiknya.
Sejak perolehan, pengelompokan aktiva tak berwujud, perlakuan akuntansinya, serta maintenance aktiva tak berwujud.
Demikian artikel yang dapat saya bagikan mengenai aktiva atau aset tak berwujud, antara lain:
- Pengertian aktiva/ aset tak berwujud
- Jurnal aset tak berwujud
- Kriteria aset tak berwujud
- Syarat-syarat aktiva tidak berwujud
- Metode penilaian aktiva tidak berwujud, dan
- Fakta di Indonesia, AS dan Eropa serta Australia.
Semoga bermanfaat. Terima kasih. *****
Note: Boleh manyadur artikel ini, tapi mohon kesadarannya yang sangat tinggi dan elegan disebutkan sumbernya, karena ada yang copy paste dan di-upload di Scribd tanpa menyebutkan sumbernya, sehingga artikel ini yang diblokir oleh Google. Thanks