Metode Harga Pokok Pesanan
1: Proses Penentuan Harga Pokok Produksi
Setelah diuraikan karakteristik metode harga pesanan, selanjutnya akan diuraikan proses pengumpulan tiap unsur biaya produksi dengan menggunakan metode harga pesanan.
Pembahasan metode harga pokok produksi akan diawali dengan uraian prosedur pencatatan jurnal bahan baku. Kemudian dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung , biaya overhead pabrik dan pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer dari Bagian Produksi ke Bagian Gudang.
Untuk menggambarkan penggunaan metode harga pokok pesanan, berikut ini disajikan contoh pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode harga pokok pesanan dan pendekatan full costing dalam penentuan harga pokok produksi.
2: Contoh Perhitungan dan Pencatatan Harga Pokok Produksi
Perhatikan contoh soal harga pokok produksi berikut ini:
PT KAS Surabaya berusaha dalam bidang percetakan, termasuk buku-buku akuntansi keuangan. Semua pesanan diproduksi berdasarkan spesifikasi dari pemesan. Biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan yang diterima.
Pendekatan yang digunakan dalam penentuan harga pokok produksi adalah full costing. Untuk mencatat biaya produksi, tiap pesanan diberi nomor. Dan setiap dokumen sumber dan pendukung diberi identitas nomor pesanan yang bersangkutan.
Dalam bulan Januari 2020. PT KAS Surabaya mendapat pesanan untuk mencetak undangan sebanyak 1.500 dari Manajemen Keuangan Network.
Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah Rp 3.000 per lembar.
Dalam bulan yang sama, perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar dari ILC English Course. Dengan harga yang dibebankan kepada pemesan sebesar Rp 1000 per lembar.
Pesanan dari Manajemen Keuangan Network diberi nomor 101, dan pesanan dari ILC English Course diberi nomor 102.
Berikut ini adalah aktivitas produksi dan aktivitas lain untuk memenuhi pesanan tersebut:
1: Pembelian Bahan Baku dan Bahan Penolong
Pada tanggal 3 Januari 2020, perusahaan membeli bahan baku dan bahan penolong berikut ini:
Bahan Baku:
- Kertas jenis X 85 gr @Rp 10.000 = Rp 850.000
- Kertas jenis Y 10 roll @Rp 350.000 = Rp 3.500.000
- Tinta jenis A 5 kg @Rp 100.000 = Rp 500.000
- Tinta jenis B 25 kg @Rp 25.000 = Rp 625.000
Jumlah bahan baku yang diberli = Rp 5.475.000
Bahan Penolong:
- Bahan penolong P 17 kg @Rp 10.000 = Rp 170.000
- Bahan penolong Q 60 ltr @Rp 5.000 = Rp 300.000
Jumlah bahan penolong yang dibeli = Rp 470.000
Jumlah total :
= Rp 5.475.000 + Rp 5.945.000
= Rp 5.945.000
Proses Pencatatan
Bahan baku dan bahan penolong tersebut dibeli oleh Bagian Pembelian. Bahan tersebut kemudian disimpan dalam gudang menanti saatnya dipakai dalam proses produksi untuk memenuhi pesanan tersebut.
Perusahaan menggunakan 2 (dua) rekening kontrol untuk mencatat persediaan bahan, yaitu:
- Rekening Persediaan Bahan Baku
- Rekening Persediaan Bahan Penolong
Pembelian bahan baku dan bahan penolong tersebut dijurnal sebagai berikut:
Jurnal proses produksi #1:
[Debit] Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000
[Kredit] Utang Dagang Rp 5.475.000
Pencatatan jurnal proses produksi #2:
[Debit] Persediaan Bahan Penolong Rp 470.000
[Kredit] Utang Dagang Rp 470.000
2: Pemakaian Bahan Baku dan Penolong dalam Produksi
Untuk dapat mencatat bahan baku yang digunakan dalam tiap pesanan, perusahaan menggunakan dokumen yang disebut buku permintaan dan pengeluaran barang gudang.
Dokumen ini diisi oleh Bagian Produksi dan diserahkan kepada Bagian Gudang untuk meminta bahan yang diperlukan oleh Bagian Produksi.
Bagian Gudang akan mengisi jumlah bahan yang diserahkan kepada Bagian Produksi pada dokumen tersebut.
Dokumen ini kemudian dipakai sebagai dokumen sumber untuk mencatat pemakaian bahan.
Perhitungan biaya produksi
Untuk memproses pesanan #101 dan #102, bahan baku yang digunakan adalah sebagai berikut:
Bahan baku untuk pesanan #101:
- Kertas jenis X 85 gr @Rp 10.000 = Rp 850.000
- Tinta jenis A 5 kg @Rp 100.000 = Rp 500.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan #101 = Rp 1.350.000
Bahan Baku untuk Pesanan #102:
- Kertas jenis Y 10ml @Rp 350.000 = Rp 3.500.000
- Tinta jenis B 25 kg @Rp 25.000 = Rp 625.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan #102 = Rp 4.125.000
Total jumlah bahan baku yang dipakai = Rp 1.350.000 + Rp 4.125.000 = Rp 5.472.000
Pada saat memproses dua pesanan tersebut, perusahaan menggunakan bahan penolong sebagai berikut:
- Bahan penolong P 10 kg @Rp 10.000 = Rp 100.000
- Bahan penolong Q 40 ltr @5.000 = Rp 200.000
Jumlah bahan penolong yang dipakai dalam produksi = Rp 300.000
Jurnal pencatatan produksi
Pencatatan pemakaian bahan baku dalam metode harga pokok pesanan dilakukan dengan:
- Mendebit rekening Barang Dalam Proses
- Mengkredit rekening Persediaan Bahan Baku
Atas dasar dokumen bukti permintaan dan pengeluaran barang gudang. Pendebitan rekening Barang Dalam Proses ini diikuti dengan pencatatan rincian bahan baku yang dipakai dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku tersebut di atas adalah sebagai berikut:
Jurnal #3:
[Debit] Barang dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp 5.475.000
[Kredit] Persediaan Bahan Baku Rp 5.475.000
Karena dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. Maka bahan penolong yang merupakan unsur biaya produksi tidak langsung dicatat pemakainya dengan mendebit rekening kontrol Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Rekening Barang Dalam Proses hanya didebit untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
Jurnal pencatatan pemakaian bahan penolong adalah sebagai berikut:
Jurnal #4:
[Debit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 300.000
[Kredit] Persediaan Bahan Penolong Rp 300.000