Cara Praktis Menghitung Biaya Produksi Per Pesanan dengan Metode Full Costing

#3: Pencatatan Biaya Tenaga Kerja

Dalam metode harga pokok pesanan harus dipisahkan antara:

  • Upah tenaga kerja langsung
  • Upah tenaga kerja tidak langsung

Upah tenaga kerja langsung dicatat dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses, dan dicatat pula dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.

Upah tenaga kerja tidak langsung dicatat dengan mendebit rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.

Dan dari contoh di atas, misalnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi adalah sebagai berikut:

#1: Upah:

  • Upah langsung untuk pesanan #101 225 jam @Rp 4.000 = Rp 900.000
  • Upah langsung untuk pesanan #102 1.250 jam @Rp 4.000 = Rp 5.000.000
  • Upah tidak langsung = Rp 3.000.000

Jumlah upah = Rp 8.900.000

Biaya Tenaga Kerja

#2: Gaji:

  • Gaji karyawan administrasi dan umum = Rp 4.000.000
  • Gaji karyawan Bagian Pemasaran = Rp 7.500.000

Jumlah gaji = Rp 11.500.000

Jumlah biaya tenaga kerja = Rp 8.900.000 + Rp 11.500.000 = Rp 20.400.000

Prosedur Pencatatan Biaya

Jurnal pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3 (tiga) tahap berikut ini:

  1. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan
  2. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja
  3. Pencatatan pembayaran gaji dan upah

Dari data di atas, jurnal pencatatan biaya tenaga kerja adalah sebagai berikut:

#1: Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan

Atas dasar daftar gaji dan upah yang dibuat, jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan adalah sebagai berikut:

Jurnal #5:

[Debit] Gaji dan Upah  Rp 20.400.000
[Kredit] Utang Gaji dan Upah Rp 20.400.000

#2: Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja

Karena biaya tenaga kerja tersebut terdiri dari berbagai komponen biaya, maka perlu diadakan distribusi biaya tenaga kerja sebagai berikut:

A: Biaya tenaga kerja langsung:

Dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses dan mencatatnya dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan.

B: Biaya tenaga kerja tidak langsung:

Merupakan unsur biaya produksi tidak langsung dan dicatat sebagai unsur biaya overhead pabrik serta didebitkan dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.

Biaya tenaga kerja non produksi merupakan unsur biaya memproduksi dan dibebankan ke dalam rekening kontrol Biaya Administrasi dan Umum atau Biaya Pemasaran.

Jurnal distribusi biaya tenaga kerja atas dasar contoh di atas adalah sebagai berikut:

Jurnal #6:

[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5.900.000
[Dr] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya  Rp 3.000.000
[Dr] By Administrasi dan Umum Rp 4.000.000
[Debit] Biaya Pemasaran  Rp 7.500.000
[Kredit] Gaji dan Upah  Rp 20.400.000

#3: Pencatatan pembayaran gaji dan upah

Pembayaran gaji dan upah yang terutang dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Jurnal #7:

[Debit] Utang Gaji dan Upah  Rp 20.400.000
[Kredit] Kas  Rp 20.400.000

#4: Pencatatan biaya overhead pabrik

Pencatatan biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua pencatatan biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Dan pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.

Di dalam metode harga pokok pesanan, produk dibebani biaya overhead pabrik (OHP) dengan menggunakan tarif yang ditentukan di muka.

Tarif biaya overhead pabrik ini dihitung pada awal tahun anggaran, berdasarkan angka anggaran biaya overhead pabrik.

Pembebanan produk dengan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif ini dicatat dengan mendebit rekening Barang Dalam Proses dan mengkredit rekening Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan.

Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dicatat dengan mendebit rekening kontrol Biaya Pabrik Sesungguhnya. Misalnya secara periodik setiap akhir bulan

Biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada pabrik berdasarkan tarif dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dibandingkan, dan dihitung selisihnya.

Perbandingan ini dilakukan dengan menutup rekening rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ke dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.

Dari contoh di atas, misalnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung. Dengan demikian biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada tiap pesanan dihitung sebagai berikut:

  • Pesanan #101 150% x Rp 900.000 = Rp 1.350.000
  • Pesanan #102 150% x Rp 5.000.000 = Rp 7.500.000

Jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan = Rp 8.850.000

Pencatatan Biaya Overhead Pabrik

Jurnal pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik kepada pesanan tersebut adalah sebagai berikut:

Jurnal #8:

[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp 8.850.000
[Kredit] Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan  Rp 8.850.000

Misalnya biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi, selain biaya bahan penolong Rp 300.000 dan biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp 3.000.000 seperti tersebut dalam jurnal #4 dan #6 di atas, maka:

1: Biaya penyusutan mesin = Rp 1.500.000
2: Biaya penyusutan gedung pabrik = Rp 2.000.000
3: Biaya asuransi gedung dan mesin = Rp 700.000
4: Biaya pemeliharaan mesin = Rp 1.000.000
5: Biaya pemeliharaan gedung = Rp 500.000

Jumlah =  Rp 5.700.000

Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi tersebut adalah sebagai berikut:

Jurnal #9:

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp 5.700.000 [Debit]
Akumulasi Penyusutan Mesin  Rp 1.500.000 [Kredit]
Akumulasi Penyusutan Gedung Rp 2.000.000 [Kredit]
Pembayaran Asuransi Rp 700.000 [Kredit]
Pesediaan Suku Cadang Rp 1.000.000 [Kredit]
Persediaan Bahan Bangunan Rp 500.000 [Kredit]

Untuk mengetahui apakah biaya overhead pabrik yang dibebankan berdasarkan tarif menyimpang dari biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Saldo rekening biaya overhead pabrik yang dibebankan ditutup ke rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya.

Jurnal penutup tersebut adalah sebagai berikut:

Jurnal #10:

[Debit] Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan  Rp 8.850.000
[Kredit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya  Rp 8.850.000

Selain biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode akuntansi, ditentukan dengan menghitung saldo rekening biaya overhead pabrik ssungguhnya.

Setelah jurnal #10 dibukukan, saldo rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya adalah sebagai berikut:

Debit:

1: Jurnal #4 = Rp 300.000
2: Jurnal #6 = Rp 3.000.000
3: Jurnal #9 = Rp 5.700.000

Jumlah debit = Rp 9.000.000

Kredit:

Jurnal #10 = Rp 8.850.000

Selisih pembebanan kurang = Rp 150.000

Selisih biaya overhead pabrik pada akhirnya dipindahkan ke rekening selisih biaya overhead pabrik.

Jika terjadi selisih pembebanan kurang, maka dibuat jurnal seperti berikut ini:

Jurnal #11:

[Debit] Selisih Biaya Overhead Pabrik  Rp 150.000
[Kredit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya  Rp 150.000

Manajemen Keuangan Profil

Profesional lulusan ekonomi yang menekuni ERP (SAP), Accounting Software, Business Analyst dan berbagi pengalaman pekerjaan Finance & Accounting.