Personal Tax dalam Struktur Modal Manajemen Keuangan
Penjelasan materi struktur modal manajemen keuangan di atas hanya memperhatikan faktor pajak dari sisi pajak penghasilan yang ditanggung oleh perusahaan.
Bagi pemodal, penghasilan bersih yang mereka terima dari investasi yang mereka lakukan merupakan pembayaran dari perusahaan dalam bentuk pembayaran dividen atau bunga obligasi, dan hasil penjualan investasi mereka yaitu penjualan saham atau obligasi yang dimiliki setelah dikurangi pajak pribadi (personal tax).
Personal tax ini yang sekarang akan kita bahas…
Perhatikan contoh berikut:

Misalkan personal tax adalah sebesar 25%.
Dengan demikian bagi para pemegang saham PT E, jika laba yang diperoleh dibagikan seluruhnya sebagai dividen, maka mereka tidak akan menerima secara keseluruhan sejumlah Rp 4,5 juta, tapi hanya sebesar:
= (1-0,25) (Rp 4,5 juta)
= Rp 3,375 juta
Demikian juga jika pemodal memiliki obligasi PT E. Saat PT E membayar bunga obligasi sebesar Rp 4 juta, penghasilan bersih yang diterima oleh pemilik obligasi adalah:
= (1-0,25) (Rp 4 juta)
= Rp 3 juta
Contoh ini menunjukkan tarif personal tax yang sama (baik untuk pembayaran dividen maupun bunga obligasi) dan semua laba dibagikan sebagai dividen. Dalam keadaan ini, maka preferensi atas penggunaan hutang tetaplah berlaku.
—
Masalahnya adalah sebagai berikut:
- Laba mungkin saja tidak seluruhnya dibagikan sebagai dividen
- Tarif pajak untuk capital gains lebih kecil daripada tarif pajak untuk dividen.
Bila dua hal tersebut terjadi, maka preferensi atas hutang mungkin tidak selalu berlaku.
Jika pemegang saham akan menerima penghasilan bersih yang lebih besar bila mereka memiliki saham, maka mereka akan lebih menyukai membeli saham dibandingkan dengan obligasi.
Bila hal ini terjadi, maka perusahaan akan lebih mudah menerbitkan saham dan bukan obligasi, bahkan dalam keadaan tarif personal tax sama untuk capital gains maupun dividen.
—
Para pemegang saham dapat menunda pembayaran pajak mereka, sedangkan pemilikan obligasi tidak memungkinkan, karena penundaan pembayaran pajak selalu menguntungkan (seperti konsep nilai waktu uang), maka diantara pemodal mungkin ada yang lebih menyukai membeli saham bila dibandingkan dengan obligasi.
Mereka yang menyukai penundaan pembayaran pajak adalah para pemodal yang sudah berada pada tarif pajak yang tinggi.
Sebagai contoh, besaran tarif pajak adalah 15%, 25%, dan 35%.
Mereka yang sudah berada dalam tarif pajak 35%, akan lebih beruntung jika dapat menunda pembayaran pajak mereka, karena itu, dalam dunia bisnis, kita akan menjumpai sekelompok pemodal yang lebih menyukai membeli saham yang tidak membagi dividen terlalu besar.
Mereka lebih menyukai untuk memperoleh tambahan kekayaan dalam bentuk capital gains, karena pembayaran pajak baru dilakukan setelah gains tersebut direalisir.
Dengan demikian, di pasar modal tetap akan dijumpai sekelompok investor yang memilih untuk membeli saham, dan sekelompok investor yang lebih menyukai membeli obligasi.