Cara Sederhana Menilai Investasi dengan Metode CAPM (Capital Asset Pricing Model)

Bagaimana cara menggunakan CAPM untuk pengambilan keputusan investasi? Ada dua metode untuk memasukkan faktor risiko dalam proses pengambilan keputusan investasi yang umumnya dilakukan oleh investor

Pertama, adalah mengukur risiko investasi dalam bentuk ketidakpastian arus kas. Kedua, menggunakan konsep hubungan yang positif antara risiko dengan keuntungan yang diharapkan, melalui pendekatan konsep Capital Asset Pricing Model (CAPM). Mari ikuti pembahasan-nya berikut ini…

 

01. Penyesuaian Tingkat Bunga Menggunakan CAPM

Investasi adalah

A: Mengenal Capital Asset Pricing Model  (CAPM)

Teori manajemen keuangan yang dikembangkan, terutama teori portofolio dan Capital Asset Pricing Model (CAPM)  mendasari analisis risiko dan capital budgeting.

Teori portofolio menjelaskan manfaat diversifikasi. Teori tersebut dikembangkan untuk investasi pada sekuritas.

Apakah risiko investasi dan teori portofolio tersebut bisa diterapkan dalam investasi pada real assets?

Mari dibahas bareng-bareng ya….

Model CAPM mendasarkan diri pada pemikiran bahwa semakin besar risiko suatu investasi semakin besar tingkat keuntungan yang diminta oleh pemodal.

Jika konsep ini diterapkan pada NPV, maka tingkat bunga yang digunakan untuk menghitung NPV akan menjadi makin besar untuk proyek dengan risiko yang makin tinggi.

Untuk menyesuaikan tingkat bunga terhadap risiko diterapkan CAPM, maka konsep yang semula dikembangkan untuk investasi pada sekuritas sekarang diterapkan pada investasi real assets.

***

CAPM berargumentasi bahwa memang benar arus kas tidaklah pasti.

Ketidakpastian arus kas tersebut disebabkan oleh banyak faktor.

Salah satu diantaranya adalah operating leverage. Indikator risiko investasi lainnya adalah erat tidaknya hubungan kondisi bisnis tersebut dengan kondisi perekonomian.

Keadaan ini disebut sebagai siklikalitas (cyclicality).

Ada jenis-jenis industri tertentu yang sangat dipengaruhi oleh kondisi faktor-faktor makro ekonomi.

Sseperti bisnis real estate dan bisnis otomotif, meskipun kita juga terlalu dipengaruhi.

Perusahaan-perusahaan yang sangat dipengaruhi oleh faktor siklikalitas dikatakan mempunyai beta yang tinggi.

 

B: Rumus CAPM

rumus perhitungan capm

Dalam CAPM risiko didefinisikan sebagai beta (β).

Dengan demikian perusahaan yang mempunyai operating leverage dan siklikalitas yang tinggi, diartikan sebagai perusahaan yang mempunyai risiko atau beta yang tinggi.

Dengan demikian nampaklah bahwa risiko investasi bagi perusahaan yang mempunyai ketidakpastian arus kas yang tinggi juga akan cenderung mempunyai beta yang tinggi pula.

***

CAPM secara formal dirumuskan sebagai berikut:

Ri = Rf + βi (Rm – Ri )

Keterangan:

Ri = tingkat keuntungan yang layak untuk sekuritas i

Rf = tingkat keuntungan dari investasi bebas risiko

βi =  beta, ukuran risiko sekuritas i

Rm = tingkat keuntungan portofolio pasar

Bila CAPM akan diterapkan untuk menilai profitabilitas investasi pada aktiva riil (proyek), maka i di sini menunjukkan proyek tersebut.

Dengan demikian semakin tinggi risiko (atau β) proyek tersebut, semakin tinggi tingkat keuntungan yang dianggap layak untuk investasi tersebut.

Ri ini yang kemudian digunakan sebagai tingkat bunga (=r) akan menghitung NPV.

Bila digunaan CAPM dalam menentukan tingkat bunga (=r) yang layak dalam perhitungan NPV, maka arus kas yang digunakan adalah arus kas yang diharapkan (expected cash flow).

Kita tahu bahwa arus kas tesebut tidak pasti, tetapi ketidakpastian tersebut diakomodir oleh tingkat bunga yang digunakan untuk menghitung NPV.

 

C: Penerapan CAPM dalam Capital Budgeting

Penerapan CAPM

Karena itu jika kita ingin menerapkan CAPM dalam capital budgeting, maka yang diperlukan adalah:
  1. Menaksir beta dari proyek (rencana investasi) yang sedang dianalisis.
  2. Menaksir tingkat keuntungan portofolio pasar. Sebagai proxy sering dipergunakan tingkat keuntungan rata-rata dari seluruh kesempatan investasi yang tersedia di pasar modal, atau indeks pasar.
  3. Menentukan tingkat keuntungan dari investasi yang bebas risiko. Sebagai proxy sering dipergunakan tingkat keuntungan dari sekuritas yang dijamin oleh pemerintah.
  4. Menaksir arus kas yang diharapkan

Aktivitas 1 s/d 3 dimaksudkan untuk menaksir tingkat keuntungan yang dipandang layak untuk menilai investasi tersebut.

Setelah kita berhasil menaksir r, maka penghitungan NPV dilakukan dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari aktivitas 4.

***

Bagaimana cara menaksir beta?

Beta tidak lain merupakan koefisien regresi antara excess return suatu saham dengan excess return portofolio pasar.

Apa itu excess return?

Excess return adalah selisih antara tingkat keuntungan dengan tingkat keuntungan bebas risiko.

Dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Ri – Rf = excess return saham i

Rm – Rf = excess return portofolio pasar

Hanya saja, bila biasanya rumusan persamaan regresi dinyatakan sebagai:

Y = a + bX

Maka CAPM menyatakan bahwa a = 0, sehingga:

Y = bX

***

Satu hal yang menarik dari beta ini adalah bahwa beta umumnya relatif stabil dari waktu ke waktu.

Dengan demikian maka penggunaan beta di waktu yang lalu untuk penaksiran beta di masa yang akan datang dapat digunakan. Jadi, sebagai misalnya, beta saham Astra Internasional 1,14.

Angka ini kemudian dapat digunakan untuk tkasiran beta di masa yang akan datang.

Seringkali untuk menaksir beta digunakan beta rata-rata industri, sesuai dengan proyek yang sedang kita analisis.

 

D: Contoh Penerapan CAPM

keputusan investasi modal

Perhatikan risiko investasi dan contohnya berikut:

Misalnya kita akan mendirikan pabrik tekstil. Untuk menaksir beta industri tekstil, kita taksir beta dari berbagai perusahaan tekstil.

Kemudian dari angka rata-rata ini kita gunakan sebagai taksiran beta industri tekstil.

Sayangnya beta yang kita taksir merupakan beta dari saham, dan beta ini sudah dipengaruhi oleh faktor hutang yang digunakan oleh perusahaan.

***

Untuk mengeluarkan pengaruh hutang yang digunakan rumus sebagai berikut:

 βIU  = βi : [1 + (1-t) (B:S)]

Keterangan:

βi = Beta dari saham (equity)

βiu = Beta perusahaan tersebut, seandainya menggunakan 100% modal sendiri

t  = Tarif pajak penghasilan

S  = Nilai Modal sendiri

B  = Nilai hutang

***

Perhatikan contoh kasus berikut ini:

  • Beta equity industri tekstil ditaksir sebesar 1,32.
  • Rata-rata perbandingan antara hutang dengan modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut adalah 0,50:0,50.
  • Tarif pajak penghasilan sebesar 35%.

Berdasarkan informasi tersebut, bisa dihitung beta aktiva industri tekstil, yaitu:

βiu = [1,32 : {1 + (5,5:0,5) (1-0,35)}]
= 1,32 : 1,65
= 0,80

Misalkan tingkat keuntungan rata-rata investasi di sekuritas diharapkan untuk tahun-tahun yang akan datang sebesar 20%.

Tingkat keuntungan dari investasi bebas risiko sebesar 8%.

Bila perusahaan akan membangun pabrik tekstil, maka tingkat keuntungan yang layak untuk menghitung NPV proyek tersebut adalah (untuk 100% equity financing(:

Ri = 0,08 + 0,80 (0,20 – 0,08)
= 0,176 atau sebesar 17,6% (untuk menyederhanakan bisa dibulatkan ke atas menjadi 18%)

Tingkat bunga inilah yang digunakan sebagai r dalam perhitungan NPV.

Dengan demikian bila ditaksir proyek pabrik tekstil akan mempunyai taksiran arus kas sebagai berikut (dalam M rupiah) :

keputusan investasi adalah
Tabel taksiran kas proyek

Bagaimana jika kita tidak bisa menaksir beta dari proyek tersebut karena proyek tersebut berada pada industri yang unik dan tidak ada pembandingnya?

***

Ada dua kemungkinan yang bisa dilakukan:

#1: Karena tidak bisa menaksir beta, maka CAPM tidak bisa digunakan

Artinya, kita mungkin terpaksa harus menggunakan metode lain atau menggunakan judgement sepenuhnya dalam memperkirakan r yang layak.

Jika kita masih ingin melakukan penyesuaian terhadap r-nya, maka judgement bisa dibantu kembali dengan menggunakan CAPM.

 

#2: Memperkirakan beta dari industri yang ‘dekat’ dengan proyek yang kita analisis

Kemudian bandingkan apakah kira-kira operating leverage dan siklikalitas proyek kita, lebih besar ataukah lebih kecil bila dibandingkan dengan industri yang kita gunakan sebagai proxy.

Bila “iya”, maka beta proyek kita akan lebih tinggi dari beta industri proxy tersebut.

Berapa besar lebih tingginya memang kita tidak tahu persis. Tapi paling tidak kita tahu bahwa seharusnya beta proyek kita lebih tinggi dari beta industri proxy tersebut.

Di sinilah judgement tetap diperlukan untuk memperkirakan berapa perbedaan beta tersebut.

 

02. Diversifikasi Bisnis dan Keputusan Investasi

proses pengambilan keputusan investasi oleh investor

A: Hubungan Risiko dan Imbal Balik Investasi

Yang menarik dari metode CAPM ini adalah bahwa setiap proyek diperlakukan sebagai ‘perusahaan mini’.

Artinya, kalau suatu perusahaan, misalkan bisnis utamanya adalah industri farmasi akan mendirikan perusahaan pembangunan perumahan (real estate).

Maka rencana investasi tersebut akan diperlakukan sebagai suatu proyek yang terpisah dari bisnis saat ini.

Dengan kata lain, risiko bisnis tersebut tidak dipengaruhi oleh bisnis perusahaan saat ini.

Kecuali jika rencana investasi tersebut ternyata diharapkan memberikan synergistic effect pada bisnis saat ini, barulah perlu dipertimbangkan efek sinergi tersebut pada analisis.

Efek sinergi biasanya diharapkan muncul jika perusahaan melakukan diversifikasi ke bisnis yang berkaitan.

 

B: Contoh Perhitungan dan Analisis Hubungan Risiko dan Pengembalian Investasi

susunan makalah

Perhatikan contoh hubungan risiko investasi dengan ekspektasi imbal hasil berikut:

Misalnya sebuah perusahaan manufaktur melakukan ekspansi dengan membentuk perusahaan distributor.

Dengan cara ini diharapkan bisa menghemat biaya distribusi. Penghematan ini merupakan efek sinergi.

Bila present value penghematan biaya mencapai Rp X, maka dalam perhitungan NPV, Rp X ini perlu ditambahkan.

Marilah kita perhatikan contoh evaluasi risiko investasi dalam angka berikut ini:

Misalkan perusahaan distributor tersebut didirikan dengan investasi sebesar Rp 2.000 juta.

Karena perusahaan distributor akan beroperasi selamanya, maka n = tak terhingga.

Taksiran kas masuk bersih tahun pertama adalah sebesar Rp 250 juta, dan diperkirakan akan meningkat setiap tahun sebesar 10% selamanya.

Dengan menggunakan CAPM diperkirakan tingkat keuntungan yang relevan untuk usaha distribusi adalah 20%.

***

Dengan demikian maka perhitungan NPV investasi tersebut adalah:

= -2.000 + [250 : (0,20 – 0,10)
= +Rp 500 juta

Sekarang misalkan dengan perusahaan distributor tersebut perusahaan manufaktur dapat menghemat biaya pemasaran sebesar Rp 110 juta per tahun(tidak meningkat) selamanya.

Tingkat keuntungan yang dipandang relevan untuk perusahaan manufaktur adalah 22%.

Present value penghematan ini adalah:

PV penghematan:

= 110 : 0,22
= Rp 500 juta

Dengan demikian NPV proyek tersebut adalah:

= Rp 500 juta + Rp 500 juta
= Rp 1 M

NPV bertambah lebih besar karena ada tambahan manfaat dalam bentuk penghematan biaya, bukan karena diversifikasi.

Dengan demikian pendekatan CAPM menolak investasi yang semata-mata dilakukan untuk diversifikasi.

Setiap investasi hendaknya dinilai dari NPV-nya, bukan karena investasi tersebut merupakan diversifikasi ataukah tidak.

Hal ini disebabkan karena CAPM mengukur risiko investasi dengan risiko sistematik (beta).

***

Per definisi risiko sistematis adalah risiko investasi yang tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi. Oleh karena itu diversifikasi tidaklah memberikan manfaat.

Memang ada beberapa penulis yang berpendapat bahwa diversifikasi ke berbagai jenis industri memberikan manfaat bagi perusahaan yang melakukannya.

Dengan melakukan diversifikasi risiko arus kas diharapkan akan menjadi lebih stabil sehingga mengurangi risiko yang diukur dari risiko total.

***

Manfaat diversifikasi dalam menstabilkan arus kas atau tingkat keuntungan ditentukan terutama oleh koefisien korelasi antar arus kas atau tingkat keuntungan.

Bila koefisien korelasi antar tingkat keuntungan investasi makin kecil, maka diversifikasi akan makin efektif menurunkan risiko portofolio.

Pada dasarnya pemikiran ini adalah mendasarkan pada teori portofolio, yang diterapkan pada portofolio proyek real assets.

 

C: Risiko Investasi dan Ukuran Standar Deviasi

Perhatikan contoh risiko investasi dengan ukuran standar deviasi berikut:

Misalkan ada dua proyek, proyek 1 dan 2 yang mempunyai informasi sebagai berikut:

npv-investasi-proyek
Tabel: npv-investasi-proyek

Bila perusahaan mengambil kedua proyek tersebut, maka NPV yang diharapkan dari dua proyek tersebut adalah:

= Rp 18.000 + Rp 10.000
= Rp 28.000

Sedangkan deviasi standar gabungan dua proyek tersebut dihitung dengan rumus deviasi satandar adalah senilai = Rp 22.538

Ilustrasi tersebut menunjukkan bahwa bila perusahaan mengambil hanya proyek 1, maka NPV yang diharapkan adalah Rp 18.000 dengan deviasi standar Rp 20.000.

Berarti coeficient of variation-nya:

= 20.000 : 18.000
= 1,11

***

Sekarang seandainya proyek 1 diambil bersama-sama dengan proyek 2, maka NPV yang diharapkan meningkat menjadi Rp 28.000.

Demikian pula deviasi standar gabungannya meningkat menjadi Rp 22,538.

Sebagai akibatnya coeficient of variation-nya menjadi:

= 22.538 : 28.000 = 0,80

Lebih kecil bila dibandingkan hanya mengambil proyek 1 saja.

Memang coeficient of variation proyek hanyalah sebesar:

= 6.000 : 10.000 = 0,60

***

Meskipun demikian bila dihitung rata-rata tertimbang dengan menggunakan NPV yang diharapkan sebagai penimbangnya, maka:

= 1,11 (18/28) + 0,60 (10/28)
= 0,93

Terlihat bahwa coeficient of variation dari portofolio investasi tersebut lebih kecil dari rata-rata tertimbangnya.

Inilah manfaatdari diversifikasi dengan memperhatikan coefficient of variation yang rendah.

 

D: Kesimpulan dan Catatan Analisis Risiko dan Imbal Balik Investasi

Risiko dan Imbal Balik Investasi

Meskipun demikian ada 2 pertanyaan penting yang perlu diajukan dalam analisis di atas.

Pertanyaan #1:

Apa tingkat bunga yang digunakan untuk menghitung NPV yang diharapkan dan deviasi standar-nya?

Karena di sini digunakan coeficient of variation sebagai indikator risiko, maka penghitungan NPV tentunya menggunakan tingkat keuntungan bebas risiko.

Pertanyaan #2:

Apakah pengurangan risiko dalam bentuk penurunan coeficient of variation akan bermanfaat bagi pemodal?

Penurunan risiko total dinilai mempunyai manfaat bila pemodal berkepentingan bukan hanya pada risiko sistematis, tapi juga risiko tidak sistematisnya.

***

Sehubungan dengan pendekatan risiko total ini, kita perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Proyek yang bisa mengurangi risiko total adalah proyek yang mempunyai koefesien korelasi tingkat keuntungan atau NPV yang rendah dengan proyek yang lain, bisa juga bisnis yang saat ini dilakukan oleh perusahaan.

Jika suatu proyek dinilai dengan R, maka bisa saja proyek tersebut sebenarnya tidak menguntungkan jika dinilai dengan risk adjusted discount rate atau tingkat keuntungan yang telah disesuaikan dengan risiko.

Di sini perlu dipisahkan antara ketergantungan statistik dan ketergantungan ekonomi.

Bagaimana cara membedakan ketergantungan statistik dan ketergantungan ekonomi?

Ketergantungan statistik yang rendah ditunjukkan oleh koefesien korelasi antar tingkat keuntungan yang rendah.

***

Ketergantungan ekonomi ditunjukkan ada tidaknya efek sinergi.

Berikut ini diilustrasikan kemungkinan masalah yang timbul jika kita menggunakan pendekatan risiko total.

Misalkan PT A beroperasi pada industri A, dan merencanakan untuk melakukan diversifikasi bisnis pada industri B.

Industri A dan industri B diperkirakan mempunyai koefesien korelasi yang sangat rendah.

Investasi pada industri B tersebut memerlukan dana sebesar Rp 2 M. Dan untuk memudahkan, diharapkan akan memberikan laba bersih setelah pajak per tahun sebesar Rp 250 juta selamanya.

Karena n = tak terhingga, maka kas masuk bersih sama dengan laba setelah pajak, karena penyusutan = 0.

Dengan demikian bila R = 10%, maka NPV yang diharapkan adalah:

= -2 M + (250 : 0,10)
= +500 juta

Karena E(NPV) positif, dan proyek tersebut mempunyai koefesien korelasi tingkat keuntungan yang rendah dengan bisnis yang saat ini dilakukan, maka investasi pada industri B tersebut akan menurunkan risiko total perusahaan.

***

Dengan demikian maka proyek pada industri B nampak menarik karena memberikan E(NPV) yang positif, dan bisa menurunkan risiko total.

Sekarang misalkan tingkat keuntungan untuk proyek B setelah identifikasi risiko investasi seharusnya sebesar 18%.

Dengan demikian NPV proyek tersebut yang dihitung dengan risk adjusted discount rate akan menjadi sebesar:

= -2M + (250 : 0,18)
= -611

 

03. Metode Risiko Sistematis dan Risiko Total dalam Keputusan Investasi

Risiko Sistematis

Yang menunjukkan bahwa sebenarnya proyek tersebut tidak menguntungkan jika kita memperhatikan unsur risiko investasi.

Apa perbedaan pemakaian risiko sistematis dengan risiko total?

Perbedaan utama antara pemakaian risiko sistematis dengan risiko total dalam diversifikasi bisnis adalah pada penggunaan tingkat bunga yang relevan.

***

Perhatikan contoh contoh keputusan investasi berikut ini:

#1: Contoh Metode Risiko Sistematis

Misalkan PT Q diharapkan memberikan kas masuk bersih sebesar Rp 100 juta per tahun selamanya.

Bila Rq yang dipandang relevan adalah 20%, maka PVQ adalah:

= 100.000.000 : 0,2 =  Rp 500 juta

Sekarang misalkan pemilik PT Q mendirikan divisi baru, divisi S, yang diharapkan memberikan kas masuk bersih setiap tahun sebesar Rp 90 juta selamanya.

Bila rs adalah 18%, maka PVs adalah:

= 90 : 0,18 = Rp 500 juta.

Bila keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tidak ada efek sinergi apapun, maka nilai perusahaan PT Q yang baru adalah:

= PVQ  + PVs
= Rp 500 juta + Rp 500 juta
= Rp 1 M

Ini adalah pemikiran dari metode risiko sistematis dalam keputusan investasi.

 

#2: Contoh Metode Risiko Total

Metode Risiko Total

Masih menggunakan contoh kasus yang digunakan sebagai contoh penggunaan metode risiko sistematis di atas, maka metode risiko total akan mengatakan sebagai berikut:

Bila divisi S diperkirakan mempunyai koefesien korelasi yang rendah dengan bisnis yang ada, maka pembentukan divisi baru tersebut akan mengurangi risiko total perusahaan.

Dengan demikian maka r yang relevan bisa jadi turun dari 20% menjadi 19%. Maka nilai perusahaan setelah mendirikan divisi baru akan menjadi:

= (100 + 90) : 0,19
= Rp 1 M

Contoh yang kita gunakan menunjukkan hasil yang sama antara perhitungan dengan menggunakan risiko sistematis dan risiko total.

Yang menjadi masalah penggunaan risiko total adalah belum bisa diidentifikasikannya bagaimana hubungan antara risiko total dengan tingkat kentungan yang layak.

 

04. Analisis Sensitivitas untuk Menilai Keputusan Investasi

keputusan investasi dalam manajemen keuangan

A: Definisi Analisis Sensitivitas

Apa pengertian analisis sensitivitas untuk malakukan keputusan investasi?

Yang dimaksud dengan analisis sensitivitas adalah analisis risiko investasi yang dilakukan untuk mengetahui NPV proyek jika ada perubahan salah satu dari variabel yang mempengaruhi arus kas masuk.

Dalam melakukan analisis terhadap risiko investasi, kita menyadari akan adanya ketidakpastian taksiran arus kas yang kita buat.

***

Kita mengetahui bahwa arus kas masuk bersih dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti:

  1. Unit yang dijual
  2. Harga jual per unit
  3. Biaya tetap
  4. Biaya variabel per unit

Dengan kata lain, bila salah satu faktor tersebut berubah, maka arus kas yang diharapkan yang akan diperoleh pun akan berubah.

Analisis sensitivitas mencoba menganalisis apa yang terjadi terhadap NPV proyek bila salah satu variabel berubah.

 

B: Contoh Analisis Sentivitas dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Buku dan Kaca Pembesar

Perhatikan contoh analisis sensitivitas berikut ini:

Misalkan suatu rencana investasi ditaksir memerlukan dana sebesar Rp 5M pada tahun ke-0.

Proyek tersebut mempunyai usia ekonomis 5 tahun, dan investasi selama Rp 5M tersebut disusut dengan metode GARIS Lurus tanpa nilai sisa.

  • Beban penyusutannya adalah Rp 1M setiap tahunnya.
  • Taksiran penjualan per tahun adalah 1.000 unit dengan harga jual Rp 5 juta per unit.
  • Biaya variabel per unit Rp 2 juta
  • Biaya tetap (belum termasuk penyusutan) Rp 1 M per tahun.
  • Taksiran unit yang terjual, harga jual, biaya variabel, dan biaya tetap diasumsikan tidak berubah setiap tahunnya.
  • Pajak yang ditanggung adalah 35%

***

Dari data-data keuangan tersebut, maka taksiran kas masuk bersih pertahun adalah sebagai berikut (semua angka dalam jutaan):

contoh laporan laba rugi proyek
Contoh taksiran kas

Bila r yang dipandang relevan adalah 18%, maka NPV investasi tersebut adalah:

= -5.000 + 5.160
= +Rp .650

Proyek masih menguntungkan bila estimasi kita nantinya tidak banyak meleset 🙂

Sekarang misalkan terjadi peningkatan biaya variabel sebesar 10%, apa yang terjadi dengan kas masuk bersih dan NPV proyek tersebut?

Kenaikan biaya variabel sebesar 10% akan mengakibatkan biaya variabel naik  menjadi Rp 2,2M.

Bila variabel risiko investasi lain tidak berubah, maka kas masuk bersih akan menjadi Rp 1,520M (Anda bisa mencoba dengan memasukkan angka-angka seperti perhitungan di atas).

Dengan demikian maka NPV = -Rp 247 juta.

***

Apa yang terjadi, seandainya harga jual turun sebesar 10%?

Dengan cara perhitungan yang sama (kita pegang variabel-variabel lain konstan sama seperti sebelum ada perubahan) maka kita akan dapat menghitung bahwa kas masuk bersih akan menjadi Rp 1,325 M per tahunnya.

Sehingga NPV = -Rp 856 juta.

Dengan demikian nampak bahwa variabel harga jual lebih sensitif terhadap probabilitas investasi.

Hal ini berarti bahwa perusahaan perlu mengkaji lebih seksama tentang prospek harga jual .

 

C: Catatan Analisis Sensitivitas dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Baca Buku

Apakah di masa yang akan datang perubahan harga akan cukup besar?

Jika ‘ya’ apakah perubahan tersebut akan lebih banyak turun ataukah juga mempunyai peluang yang sama untuk naik?

Informasi-informasi tambahan perlu dicari untuk meminimumkan risiko.

Analisis sensitivitas tetap menggunakan tingkat suku bunga investasi yang telah disesuaikan dengan risiko dalam menaksir NPV investasi.

Hal tersebut disebabkan karena tujuannya adalah tetap menggunakan expected cash flow dalam analisis.

Meskipun bisa jadi perlu melakukan kaji ulang dalam penaksiran arus kas tersebut.

Analisis sensitivitas tidak bermaksud untuk menaksir probabilitas NPV mencapai NOL atau negatif.

***

Untuk menyegarkan ingatan kita tentang penggunaan CAPM untuk proses pengambilan keputusan investasi, yuk tonton video pembelajaran berikut ini….

Bagaimana, jelas ya?

Okay dilanjutkan ya…

 

05. Kesimpulan

Salah satu cara untuk memasukkan faktor risiko dalam analisis investasi adalah dengan menyesuaikan tingkat keuntungan (r) yang dipanang relevan.

Dalam Manajemen Keuangan CAPM bisa digunakan sebagai salah satu metode untuk menganalisis faktor keputusan investasi dan mengambil keputusan investasi.

Dalam CAPM, risiko investasi dicerminkan dari beta investasi.

Semakin besar beta, semakin tinggi risiko investasi, dan semakin besar r yang relevan.

Dua faktor yang mempengaruhi beta adalah operating leverage dan cyclicality.

Yang menarik dari penggunaan beta sebagai pengukur risiko investasi adalah bahwa beta menunjukkan risiko sistematis.

Karena risiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi bisnis.

Maka pemilihan proyek dengan maksud untuk diversifikasi saja tidak dapat dibenarkan oleh CAPM.

***

Karakteristik lain dari penggunaan CAPM adalah bahwa setiap proyek akan merupakan ‘perusahaan mini’.

Hal ini berarti bahwa risiko proyek tersebut tidak dipengaruhi oleh risiko perusahaan. Demikian juga dengan probabilitasnya, kecuali menimbulkan efek sinergi.

Tidak semua penulis sepakat dengan penerapan risiko sistematis dalam analisis proyek. Sebagai alternatifnya mereka menggunakan risiko total perusahaan sebagai ukuran risiko investasi yang relevan.

Jika ukuran risiko ini yang digunakan, maka diversifikasi akan dinilai bermanfaat bagi perusahaan.

Yang menjadi masalah adalah bahwa penggunaan tingkat bunga bebas risiko dapat memberikan simpulan yang SALAH.

***

Akhirnya, penggunaan metode penyesuaian tingkat suku bunga terhadap risiko dapat dilengkapi dengan analisis sensitivitas.

Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasikan bagaimana pengaruh keputusan investasi terhadap profitabilitas dengan berbagai variabel keputusan investasi mana yang paling peka terhadap profitabilitas proyek.

Bila suatu variabel dinilai sangat sensitif, maka analis perlu melakukan analisis yang lebih seksama terhadap variabel tersebut.

Demikian materi manajemen keuangan tentang metode untuk mengukur risiko dan keuntungan investasi dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM).

Semoga bermanfaat. Terima kasih.*****

Catataan:
Kalau mengutip artikel ini mohon disebutkan link-nya ya, thanks.

Manajemen Keuangan Profil

Profesional lulusan ekonomi yang menekuni ERP (SAP), Accounting Software, Business Analyst dan berbagi pengalaman pekerjaan Finance & Accounting.