Memahami Kinerja Keuangan Perusahaan: Pengertian, Indikator, dan Contoh Penggunaan

PT Telkom Indonesia dan PT Gudang Garam adalah dua perusahaan yang memiliki kinerja keuangan excellent dan masuk 2000 perusahaan dunia versi Forbes. Telkom Indonesia nangkring di urutan ke-659 (2016), sedangkan Gudang Garam di urutan ke-1.387 pada tahun yang sama. Kriteria dan indikator urutan rangking tersebut didasarkan pada beberapa faktor, antara lain pencapaian Omset, Laba, Aset dan Kapitalisasi Pasar.

Untuk lebih jelas dan lengkap pemahaman kita tentang apa saja indikator kinerja keuangan perusahaan sehingga masuk dalam daftar 2000 perusahaan kelas dunia, mari ikuti pembahasan indikator kinerja keuangan lainnya dari dua perusahaan tersebut berikut ini.

Analisis Kinerja Keuangan PT Telkom Indonesia

Sekilas tentang PT Telkom Indonesia Tbk

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk adalah satu perusahaan yang fokus di industri telekomunikasi di Indonesia

Perusahaan ini memperoleh peringkat triple ‘A’ dari Pefindo untuk tahun 2012, 2013, 2014, 2015 ini bertengger di ranking #659 Forbes The Global 2000 tahun 2016.

Perhatikan data-data keuangan Telkom berikut ini:

Financial Review Telkom

Indikator Kinerja Keuangan

Untuk melakukan analisis digunakan data Laporan keuangan Telkom. Sebagai informasi untuk memperoleh data Laporan Keuangan perusahaan tbk atau yang sudah go public, anda bisa memperolehnya di IDX ( Indonesia Stock Exchange – Burse Efek Indonesia )

A. Pendapatan Telkom Indonesia

Bila kita menengok laporan Laba Rugi Telkom Indonesia tahun 2014 dan 2015 akan diperoleh data-data sebagai berikut :

Contoh Laporan Laba Rugi Telkom tahun 2015
Laporan Laba Rugi

Pada tahun 2015 pendapatan usaha meningkat sebesar 14,2% dari Rp 89.696 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp 102.470 miliar pada tahun 2015.

Hal ini mendorong laba bersih Perseroan tahun 2015 meningkat sebesar Rp 1.018 miliar, atau 7% dari Rp 14.471 miliar pada 2014 menjadi Rp 15.489 miliar pada tahun 2015.

Peningkatan pendapatan di tahun 2015 terutama disebabkan oleh peningkatan data, internet dan jasa teknologi informatika, pendapatan seluler serta pendapatan jasa telekomunikasi lainnya.

Sumber pendapatan utama Telkom ada enam, yaitu dari layanan Telepon Seluler, Telepon Tidak Bergerak, Data, Internet dan Jasa Teknologi Informatika, Interkoneksi, Jaringan, Telekomunikasi Lainnya.

Komposisi pendapatan dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

komposisi pendapatan telkom

#1. Pendapatan Telepon Seluler

Pendapatan telepon seluler meningkat sebesar Rp 2.995 miliar, atau 8,7%, dari Rp 34.290 miliar pada 2014 menjadi Rp 37.285 miliar pada 2015.

Dan, pendapatan pemakaian meningkat sebesar Rp 2.831 miliar, atau 8,6%, dari Rp 32.972 miliar di tahun 2014 menjadi Rp 35.803 miliar di tahun 2015 karena peningkatan jumlah pelanggan, pasca bayar maupun prabayar, sebesar 8,6%.

Pendapatan fitur meningkat sebesar Rp 299 miliar atau 39,8% dari Rp 751 miliar di tahun 2014 menjadi Rp 1.050 miliar di tahun 2015 disebabkan meningkatnya penggunaan fitur seluler oleh pelanggan.

Sedangkan, peningkatan ini dikompensasi dengan penurun pendapatan abonemen bulanan sebesar Rp 135 miliar atau 23,8% dari Rp 567 miliar di tahun 2014 menjadi Rp 432 miliar di tahun 2015.

Pendapatan seluler menyumbang 36,3% dari pendapatan konsolidasian pada tahun yang berakhir pada 31 Desember 2015

#2. Pendapatan Telepon Tidak Bergerak

Pendapatan telepon tidak bergerak menurun sebesar Rp 602 miliar, atau 7,1%, dari Rp 8.435 miliar pada 2014 menjadi Rp 7.833 miliar pada 2015.

Penurunan pendapatan telepon tidak bergerak terjadi karena penurunan pendapatan pemakaian sebesar Rp 712 miliar, atau 13,3%, terjadi karena penurunan pemakaian lokal dan SLJJ. Hal ini disebabkan penghentian layanan Flexi.

Penurunan tersebut juga dikompensasi dengan meningkatnya pendapatan abonemen sebesar Rp 124 miliar, atau 4,6%.

#3. Pendapatan Data, Internet dan Jasa Teknologi Informatika

Pendapatan data, intenet dan jasa teknologi informasi menyumbang 46,6% dari pendapatan konsolidasian pada tahun yang berakhir 31 Desember 2015 dibandingkan 42,2% pada 31Desember 2014.

Dan, pendapatan data, internet dan jasa teknologi informasi meningkat sebesar Rp 10.012 miliar, atau 26,5%, dari Rp 37.808 miliar pada 2014 menjadi Rp 47.820 miliar pada 2015.

Peningkatan pendapatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan internet komunikasi sebesar Rp 2.445 miliar, atau 24,5%.

Peningkatan ini dipicu pertumbuhan pelanggan IndiHome dan internet data seluler sebesar Rp 6.102 miliar, atau 45,0%.

Selain itu juga dipicu oleh pertumbuhan pemakaian data mobile broadband sebesar 31,2 juta pelanggan di tahun 2014 menjadi 43,8 juta pelanggan di tahun 2015 karena tingginya penggunaan smartphone (3G/4G).

Pendapatan SMS meningkat sebesar Rp 1.098 miliar atau 7,8% dari Rp 14.034 miliar pada 2014 menjadi Rp 15.132 miliar pada 2015 karena keberhasilan implementasi cluster-based pricing.

#4. Pendapatan Interkoneksi

Pendapatan interkoneksi terdiri dari pendapatan interkoneksi dari sambungan telepon tidak bergerak Telkom dan pendapatan interkoneksi dari jaringan seluler Telkomsel.

Dan, pendapatan interkoneksi termasuk sambungan langsung internasional incoming dari layanan SLI (TIC-007).

Pendapatan interkoneksi menurun sebesar Rp 418 miliar, atau 8,9% dari
Rp 4.708 miliar pada 2014 menjadi Rp 4.290 miliar pada 2015.

Penurunan tersebut disebabkan oleh penurunan panggilan interkoneksi domestik sebesar Rp 632 miliar atau 21,7%. Dan, dikompensasi oleh peningkatan pendapatan interkoneksi internasional sebesar  Rp 214 miliar atau 11,9%.

#5. Pendapatan Jaringan

Pendapatan jaringan menurun sebesar Rp 49 miliar, atau 3,8%, dari Rp 1.280 miliar di 2014 menjadi Rp 1.231 miliar pada 2015.

Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan pada pendapatan sewa transponder satelit sebesar Rp 158 miliar, atau 23,6%, dari Rp 670 miliar di tahun 2014 menjadi Rp 512 miliar di tahun 2015.

Namun bisa  dikompensasi dengan peningkatan pendapatan sewa sirkit sebesar Rp 109 miliar atau 17,9%

#6. Pendapatan Telekomunikasi Lainnya

Pada 2015, pendapatan Telkom dari pendapatan telekomunikasi lainnya meningkat sebesar Rp 836 miliar, atau 26,3%, dari Rp 3.175 miliar pada 2014 menjadi Rp 4.011 miliar pada 2015.

Peningkatan pendapatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya penjualan handset sebesar Rp 934 miliar, atau 160,5%.

Peningkatan pendapatan Call Center sebesar Rp 222 miliar, atau 49,8%, yang dikompensasi dengan penurunan pendapatan CPE sebesar Rp 230 miliar atau 51,0%

#7. Pendapatan Lain

Pendapatan lain meningkat sebesar Rp 426 miliar dari Rp 1.074 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp 1.500 miliar pada tahun 2015.

B. Beban Usaha Telkom Indonesia

komposisi beban usaha telkom

Jumlah beban meningkat sebesar Rp 9.988 miliar, atau 16,2% dari Rp 61.564 miliar pada 2014 menjadi Rp 71.552 milyar pada 2015.

Komposisi beban dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

#1. Beban Operasi, Pemeliharaan dan Jasa Telekomunikasi

Beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi meningkat sebesar Rp 5.828 miliar, atau 26,1%, dari Rp 22.288 miliar pada 2014 menjadi Rp 28.116 miliar pada 2015.

Peningkatan beban operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi lainnya juga disebabkan oleh hal-hal berikut:

  1. Beban operasi dan pemeliharaan meningkat sebesar Rp 3.831 miliar, atau 32,4%, disebabkan oleh meningkatnya beban yang terkait dengan pemeliharaan jaringan untuk meningkatkan kinerja bisnis seluler dan IndiHome;
  2. Beban pokok penjualan handset meningkat sebesar Rp 1.072 miliar, atau 254,6%, dari Rp 421 miliar di tahun 2014 menjadi Rp 1.493 miliar di tahun 2015.Peningkatan ini disebabkan meningkatnya program bundling
  3. Peningkatan beban sewa sirkit dan CPE sebesar Rp 626 miliar, atau 82,6% yang digunakan untuk operasional dan pemeliharaan sirkit langganan.Peningkatan di atas dikompensasi dengan penurunan sewa tower sebesar Rp 419 miliar, atau 39,3% dan beban lain-lain sebesar Rp 244 miliar atau 94,6%.

#2. Beban Penyusutan dan Amortisasi

Beban penyusutan dan amortisasi meningkat sebesar Rp 1.403 miliar, atau 8,2%, dari Rp 17.131 miliar pada 2014 menjadi Rp 18.534 miliar pada 2015.

Peningkatan ini disebabkan peningkatan aset yang dimiliki perusahaan untuk mendukung pelayanan kepada pelanggan dan percepatan pencatatan penyusutan aset bisnis sambungan nirkabel.

Nilai aset bisnis sambungan nirkabel telah disusutkan secara penuh senilai Rp 545 miliar.

#3. Beban Karyawan

Beban karyawan meningkat sebesar Rp 2.087 miliar, atau 21,3%, dari
Rp 9.787 miliar pada 2014 menjadi Rp 11.874 miliar pada 2015.

Peningkatan tersebut berasal dari peningkatan beban insentif karyawan sebesar Rp 1.043 miliar, atau 32,8%, sejalan dengan meningkatnya kinerja perusahaan dan beban terkait program pensiun dini sebesar Rp 683 miliar.

Hal ini juga berakibat pada peningkatan beban PPh Karyawan sebesar Rp 315 miliar, atau 23,9% dari Rp 1.317 miliar di tahun 2014 menjadi
Rp 1.632 miliar ditahun 2015.

#4. Beban Interkoneksi

Beban interkoneksi menurun sebesar Rp 1.307 miliar, atau 26,7%, dari
Rp 4.893 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp 3.586 miliar pada tahun 2015.

Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya beban interkoneksi domestik sebesar Rp 1.288 miliar, atau 35,4% dan beban interkoneksi internasional Rp 19 miliar, atau 1,5% karena diskon tarif antar operator.

#5. Beban Pemasaran

Beban pemasaran meningkat sebesar Rp 183 miliar, atau 5,9%, dari Rp 3.092 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp 3.275 miliar pada tahun 2015.

Peningkatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan beban iklan dan promosi sebesar Rp 142 miliar, atau 5,9% yang disebabkan oleh gencarnya promosi 4G LTE dan IndiHome Triple Play.

#6. Beban Umum dan Administrasi

Beban umum dan administrasi meningkat sebesar Rp 241 miliar, atau 6,1%, dari Rp 3.963 miliar pada 2014 menjadi Rp 4.204 miliar pada tahun 2015.

Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan provisi penurunan nilai piutang sebesar Rp 226 miliar, atau 28,8%.

#7. Laba (rugi) selisih kurs – bersih

Laba Rugi selisih kurs bersih meningkat sebesar Rp 32 miliar,dari sebesar Rp 14 miliar pada tahun 2014 menjadi sebesar Rp 46 miliar pada tahun 2015.

#8. Beban Lain-lain

Beban lain-lain meningkat sebesar Rp 1.521 miliar dari Rp 396 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp 1.917 miliar pada tahun 2015.

Manajemen Keuangan Profil

Profesional lulusan ekonomi yang menekuni ERP (SAP), Accounting Software, Business Analyst dan berbagi pengalaman pekerjaan Finance & Accounting.

Satu pemikiran pada “Memahami Kinerja Keuangan Perusahaan: Pengertian, Indikator, dan Contoh Penggunaan”

Komentar ditutup.