Analisis Laporan Laba Rugi (Income Statement)
A: Laporan Ukuran Sama (Common Size Income Statement)
Laporan Laba Rugi Ukuran Sama (Common Size Income Statement) adalah laporan laba rugi di mana nilai tiap elemen dinyatakan sebagai persentase dari penjualan.
Common Size Income Statement biasa digunakan untuk analisis tren (trend analysis), yaitu analisis atas rasio-rasio keuangan suatu perusahaan dari waktu ke waktu yang digunakan untuk memperkirakan kemungkinan membaik atau memburuknya kondisi keuangan.
Laporan Laba Rugi Ukuran Sama merupakan tool sederhana yang bagi pemilik perusahaan bisa digunakan untuk membandingkan kondisi keuangan dengan pesaingnya, atau membandingkan dengan rata-rata di industri yang sama.
Selain itu dapat digunakan untuk mengukur kemajuan keuangannya dengan membandingkan dengan periode-periode sebelumnya, sedangkan bagi investor dapat digunakan untuk menganalisa elemen yang paling berpengaruh terhadap laba.
Perhatikan contoh laporan laba rugi PT Semakin Jaya berikut:

Penjualan bersih PT Semakin jaya meningkat sebesar 6,25% dari 2016 sampai 2017. Perusahaan juga mampu menurunkan harga pokok penjualan (HPP) sebesar 6% di tahun 2017.
Dampaknya, laba kotor dan laba bersih naik. Laba kotor naik sebesar 6% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan Laba bersih juga mengalami kenaikan sebesar 6% dari periode sebelumnya.
Break Even Point (BEP) / Titik Impas
A: Pengertian Break Even Point (BEP)
Break even point (BEP) atau titik impas adalah titik di mana jumlah penjualan dan jumlah unit produk yang diperlukan dapat menutup semua harga pokok penjualan dan beban operasi perusahaan.
Ketika kita mulai berbisnis, sebaiknya mengetahui angka titik impas. Pada titik ini kita tidak rugi dan tidak untung, alias impas. Bila kita ingin memperoleh keuntungan maka harus berada di atas angka break even point.
Perhatikan grafik berikut:
Lalu bagaimana cara menghitung break even point/titik impas?
Untuk menghitung break even point kita harus mengetahui rumus dan komponen yang diperlukan dalam rumus tersebut.
B: Rumus Perhitungan Break Even Point (BEP)
Ada 2 (dua) rumus yang digunakan untuk menghitung break even point / titik impas, yaitu:
1: Rumus BEP untuk menghitung jumlah unit barang yang dijual
Keterangan:
Biaya tetap adalah biaya tetap operasional dan bukan operasional.
Harga adalah harga jual satuan barang.
Biaya variabel adalah biaya pendukung yang digunakan untuk memproduksi barang.
2: Rumus BEP untuk menghitung nilai penjualan
Perhatikan contoh menghitung titik impas berikut ini:
Pak Budi melihat peluang usaha kuliner yang cukup terbuka di sekitar tempat tinggalnya.
Akhirnya ia merencanakan akan membuka usaha kue Lumpur khas Sidoarjo dan tidak buka cabang di tempat lain.
Pak Budi mulai menghitung pengeluaran dana-dana yang akan digunakan, akhirnya diketahui:
- Biaya tetap sebesar Rp 15.000.000
- Harga jual kue lumpur Rp 5.000 / buah
- Biaya produksi Rp 3.000 / buah
BEP Unit:
= Rp 15.000.000 / (5.000 – 3.000)
= 7.500 unit
BEP Penjualan:
= Rp 15.000.000 / [1 – (3.000/5.000)] = Rp 15.000.000 / [1 – 0.60] = Rp 15.000.000 / 0.40
= Rp 37.500.000
Jadi Pak Budi akan mencapai titik impas pada saat memproduksi 7.500 buah lumpur, dan angka penjualannya sebesar Rp 37.500.000
Rasio Keuangan (Financial Ratios)
A: Analisis Profitabilitas
Pengertian analisis profitabilitas adalah analisis untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan.
Bila kinerja keuangan perusahaan belum baik maka tugas dari manajemen perusahaan untuk meng-upayakan menjadi baik dan bila kinerja keuangan perusahaan sudah baik, tugas selanjutnya dari manajemen perusahaan adalah mempertahankan atau meng-upayakan menjadi lebih baik.
Untuk menganalisa laporan laba rugi, kita akan menggunakan rasio-rasio keuangan yang lazim digunakan dalam analisa laporan keuangan.
B: Jenis Rasio Keuangan
Berikut ini 8 (delapan) rasio keuangan untuk analisis profitabilitas adalah:
1: Rasio Margin Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth Margin)
Rasio margin pertumbuhan penjualan adalah rasio yang diperoleh dengan menghitung selisih penjualan periode berjalan dengan periode sebelumnya, kemudian dibagi dengan penjualan sebelumnya.
Bila dituliskan dengan sebuah rumus adalah sebagai berikut:
Batas nilai rasio margin pertumbuhan penjualan adalah sebesar 20%. Perusahaan tergolong baik bila tingkat pertumbuhan penjualan per tahun sebesar 20%.
2: Rasio Laba Kotor (Gross Margin)
Rasio Laba Kotor adalah rasio yang didapatkan dengan menghitung Laba Kotor dibagi dengan penjualan.
Dan bila dituliskan dengan sebuah rumus adalah sebagai berikut:
Standar rasio laba kotor bagi perusahaan yang baik adalah sebesar 40%.
3: Rasio Margin Laba Operasional (Operational Profit Margin)
Rasio Margin Laba Operasional adalah rasio yang menunjukkan pendapatan yang diperoleh perusahaan setelah membayar harga pokok penjualan dan beban operasional, tidak termasuk bunga, penyusutan, dan pajak (EBITDA – earning before tax, depreciation and amortization).
Melalui rasio ini, pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Untuk menghitung rasio margin laba operasional adalah membagi laba operasional dengan penjualan.
Bila dijabarkan dalam sebuah rumus adalah sebagai berikut:
4: Rasio Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio Margin Laba Bersih adalah rasio yang diperoleh dengan menghitung laba bersih dibagi dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan setiap rupiah yang tersisa setelah membayar harga pokok penjualan dan seluruh pengeluaran untuk operasi perusahaan.
Bila dirumuskan dalam sebuah persamaan matematika adalah sebagai berikut:
Standar margin laba bersih adalah sebesar 20%. Perusahaan disebut baik bila memiliki margin laba bersih sebesar 20%..
5: Rasio Biaya Operasional Dibanding Penjualan (SGA to Sales Ratio)
Rasio Biaya Operasional dibanding Penjualan adalah rasio biaya operasional dengan penjualan.
Bila disederhanakan dengan sebuah rumus matematika adalah seperti berikut ini:
Standar rasio biaya operasional dibanding penjualan adalah sebesar 30%. Jadi perusahaan yang baik bila memiliki rasio ini tidak lebih besar dari 30%.
Oleh karena itu, salah satu tugas utama manajemen perusahaan adalah terus memonitor setiap pengeluaran biaya operasional dan penjualan. Pengendalian ada di tangan Anda.
6: Interest Coverage Ratio
Interest coverage ratio adalah rasio perbandingan antara laba operasional dengan biaya bunga. Rasio ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya.
Begini rumusnya:
Standar nilai interest coverage ratio adalah 5. Jadi perusahaan yang baik bila memiliki nilai rasio ini minimal 5.
7: Rasio Imbal Balik atas Aset / Return on Assets (ROA)
Rasio Imbal balik atas aset adalah rasio laba bersih dengan aset yang dikelola perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengubah aset yang dikelola menjadi laba.
Formula sederhananya seperti ini:
Dengan mengetahui nilai Return on Assets, perusahaan dapat membandingkan dengan perusahaan pesaing atau dengan perusahaan lain dalam industri sejenis, sehingga perusahaan dapat merencanakan strategi untuk melakukan aktivitas yang lebih efisien dari perusahaan lain.
8: Rasio Imbal Balik atas Modal (Return on Equity)
Rasio imbal balik atas modal / Return on Equity adalah rasio laba bersih dengan modal yang di-investasikan perusahaan. Rasio ini menunjukkan jumlah waktu yang diperlukan oleh perusahaan untuk memperoleh kembali modal yang telah ditanamkan.
Rumus rasio imbal balik atas modal adalah sebagai berikut:
Rasio ini sangat penting bagi siapa saja yang akan menanamkan uangnya, dengan mengetahui besaran rasio ini, seorang investor atau pemilik modal dapat memperkirakan “kapan uangnya kembali?”.
Demikian 8 analisis profitabilitas yang perlu diketahui bagi siapa saja yang berkepentingan terhadap kinerja keuangan perusahaan.
FAQ tentang Break Even Point (BEP)
Apakah yang dimaksud dengan titik impas atau break even point BEP?
Break even point (BEP) atau titik impas adalah titik di mana jumlah penjualan dan jumlah unit produk yang diperlukan dapat menutup semua harga pokok penjualan dan beban operasi perusahaan.
Bagaimana cara perhitungan BEP atau titik impas?
Ada dua cara untuk menghitung BEP, yaitu:
1. Biaya tetap dibagi dengan hasil pengurangan harga dengan biaya variabel.
2. Biaya tetap dibagi selisih antara 1 dikurangi hasil pembagian biaya variabel dengan harga.
Ada 2 macam BEP apa saja?
BEP jumlah unit barang yang dijual dan BEP nilai penjualan.
Bagaimana Rumus BEP unit?
Rumus BEP untuk menghitung jumlah unit barang yang dijual adalah biaya tetap dibagi dengan selisih antara harga dikurangi biaya variabel.
Terima kasih atas Artikel nya, sangat membantu saya sebagai refrensi Mahasiswa saya
Makasih Pak