Aset: Pengertian , Jenis, Karakteristik, Laporan, Pencatatan, dan Contoh Lengkap!

A: Nilai Masukan Aset

Nilai masukan didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh aktiva atau objek jasa tertentu yang masuk dalam unit usaha.

Kalau tujuan menyajikan arti aset adalah untuk menunjukkan aliran kas yang akan keluar dari unit usaha, maka nilai masukan adalah alternatif nilai keluaran untuk objek jasa bila memang tidak ada pasar obyek tersebut, sehingga nilai keluaran tidak dapat diukur dengan cukup pasti dan andal.

Dianggap sebagai alternatif karena secara konseptual nilai keluaran dianggap lebih unggul untuk penyajian objek dalam Laporan Keuangan. Sebagai alternatif nilai keluaran, nilai masukan menunjukkan secara konservatif nilai maksimum objek jasa atau pos aktiva bersangkutan.

Dari 6 konsep pengukuran aset yang disampaikan Hendriksen dan Van Breda, 3 konsep dasar penilaian yang masuk dalam kategori nilai masukan yaitu:

  1. Biaya historis (historical costs)
  2. Beban pengganti (replcement costs)
  3. Biaya yang diharapkan (expected costs)

#1: Biaya Historis

Biaya historis sebagai nilai masukan adalah pengukur potensi jasa yang paling objektif untuk pos aset yang baru diperoleh. Biaya menunjukkan harga pertukaran pada saat terjadinya.

Salah satu keunggulan biaya historis dari sudut konsep penilaian adalah dapat diujinya hasil penilaian tersebut (verifiable), karena biaya historis terjadi dari hasil kesepakatan dua pihak yang independen. Karena dapat diuji validitas penilaiannya, biaya historis dapat diandalkan sebagai informasi.

Akan tetapi ditinjau dari relevansi informasi, biaya historis menjadi kurang kebermanfaatannya karena nilai aset berubah dengan berjalannya waktu. Baik akibat perubahan daya beli atau perubahan harga.

Pos-pos aktiva tetap berwujud dapat menggunakan dasar penilaian ini, jika tujuannya adalah menunjukkan potensi jasa yang masih tersisa pada saat penyajian. Karena banyak faktor dan aktivitas yang terlibat dalam perolehan aset. Maka untuk mengidentifikasi unsur biaya hsitoris mana saja yang mempresentasikna biaya aktual digunakan konsep biaya historis, yakni terdiri dari 3 (tiga) jenis biaya, yaitu:

  • Prudent costs
  • Standard costs
  • Original costs

Mari ikuti penjelasannya satu-per-satu…

A: Prudent Costs

Prudent costs atau cost bijaksana adalah biaya yang selayaknya manajemen bijaksana, atau hati-hati bersedia membayarnya untuk suatu objek.

Biaya ini tidak termasuk cost yang mempresentasikan ketidaknormalan atau ketidakbijaksanaan, sepeti:

  • pemborosan (waste)
  • manipulasi
  • salah urus (mismanagement)
  • kurang kompetennya manajemen (incompetence)

Ketidaknormalan menjadikan biaya yang terjadi lebih tinggi dari cost bijaksana.

Prudent costs banyak digunakan dalam penentuan tarif layanan publik dengan alasan bahwa demi kepentingan publik, biaya ketidaknormalan tidak selayaknya dialihkan ke publik.

B: Standard Costs

Standard costs adalah biaya yang seharusnya terjadi dalam kondisi proses produksi tertentu yang diasumsikan, sepeti prudent costs, ketidakefisienan dan kapasitas menganggur dikeluarkan dari biaya yang terjadi dalam proses produksi.

Walaupun biaya standar sering dan lebih banyak diterapkan untuk tujuan internal manajemen.

Standard costs dapat dipertimbangkan sebagai pengukur aset untuk mencerminkan biaya produksi dalam beroperasi pada tingkat efisiensi dan kapasitas normal.

Sebagai nilai masukan, kelemahan biaya historis melekat juga pada biaya standar. Standard costs juga tidak selalu merefleksikan nilai aktual karena biaya standar yang didasarkan pada kondisi ideal yang biasanya tidak memperhitungkan ketidakefisienan yang dianggap normal dalam suatu proses produksi.

C: Original Costs

Original cost adalah biaya suatu aset bagi perusahaan yang pertama kali menempatkannya untuk digunakan dalam layanan publik.

Seperti prudent cost, original costs dikenal dalam konteks layanan publik khususnya bila perusahaan membeli aktiva bekas dari perusahaan layanan publik lain.

Sebagai basis penentuan tarif, biaya yang diperhitungkan adalah original costs dikurangi dengan akumulasi depresiasi yang telah dilakukan oleh perusahaan yang sebelumnya menggunakan. Dengan kata lain, tarif layanan publik harus ditentukan atas dasar nilai buku per catatan perusahaan sebelumnya.

Meskipun perusahaan pembeli memperolehnya atas dasar harga pasar yang berlaku. Penalaran dibalik hal ini adalah bahwa pelanggan tidak selayaknya membayar tarif lebih yang merefleksi laba yang dinikmati perusahaan sebelumnya.

Konsep original costs menghalangi  perusahaan layanan publik untuk menikmati laba berlebihan melalui penjualan aktiva. Padahal sudah menikmati laba normal dengan tetap memelihara aset tersebut.

#2: Harga Pengganti (replacement costs)

Replacement costs atau biaya masukan sekarang (current input cost) atau biaya sekarang (current cost) adalah menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan sekarang oleh unit usaha.

Untuk memperoleh aktiva yang sama, jenis dan dan kondisinya atau penggantinya yang setara (ekuivalennya).

Harga pertukaran harus ditentukan dari pasar barang yang sekarang digunakan kesatuan usaha (input market), sehingga harga pertukaran akan menggambarkan dengan tepat nilai aset bersangkutan.

Dasar penilaian menggunakan replacement costs sering digunakan untuk penilaian persediaan barang, walaupun jenis aktiva yang lain dapat pula dinilai dengan dasar ini.

Replacement costs hampir sama konsepnya dengan standard costs sekarang (current standard costs).

Standard costs sekarang adalah berapa cost yang sebenarnya untuk menghasilkan suatu produk dengan kondisi harga, teknologi, dan efisiensi sekarang.

Replacement costs berbeda dengan standard costs sekarang karena replacement costs hanya didasarkan pada harga sekarang, tapi masih tetap didasarkan pada teknologi dan efisiensi masa lalu.

Beberapa alternatif penilaian lain yang termasuk dalam kategori nilai pengganti adalah:

  • nilai penaksiran (appraisal value)
  • penilaian wajar (fair value)
  • nilai terealisasi neto dikurangi laba normal.

#3: Biaya yang Diharapkan (expected costs)

Secara semantik, expected costs adalah nilai pengorbanan ekonomi di masa datang seandainya potensi jasa aktiva tersebut diperoleh secara bagian demi bagian (piecemeal) dan bukan sekaligus (lump sum). Untuk penilaian sekarang, expected costs harus didiskon menjadi current expected costs.

Untuk dapat menggunakan dasar penilaian ini, tentu saja harus ada alternatif perolehan aset secara bagian per bagian sebagai pembanding dan diketahui dengan pasti expected cost tiap bagian tersebut.

Bila tidak ada alternatif semacam itu, penilaian semacam ini akan bersifat hipotesis belaka. Dengan demikian, expected costs aset adalah nilai sekarang pembayarannya kas di masa datang. Contoh: sewaguna (leasing)

Pada aset tetap berwujud umumnya dapat menggunakan dasar penilaian ini, baik pada saat diperoleh maupun pada saat penyajian Laporan Keuangan.

B: Nilai Keluaran Aset

Nilai keluaran didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan lainnya yang diterima suatu unit usaha, bila aktiva atau potensi jasa akhirnya keluar dari kesatuan usaha melalui pertukaran atau konversi.

Secara umum, penilaian ini lebih terkait dengan aktiva yang tujuannya adalah dijual atau dikonversi menjadi kas dan bukan digunakan untuk aktivitas produksi.

Ada berbagai dasar penilaian yang dapat digunakan dan tiap pos aset dapat dinilai menurut dasar yang paling sesuai dengan tujuan pelaporan tiap pos tersebut.

Dalam hal ini, ada 3 konsep dasar penilaian yang bisa digunakan, yaitu:

  1. Harga jual masa lalu (past selling prices)
  2. Harga jual sekarang (current selling prices)
  3. Nilai terealisasi harapan (expected realizable value)

Mari diuraikan satu-per-satu…

#1: Harga Jual Masa Lalu (past selling prices)

Harga jual masa lalu sebenarnya menunjukkan kas yang cukup pasti akan diterima dari konversi pos aktiva yang timbul karena transaksi masa lalu.

Pos yang mempunyai atribut semacam ini adalah piutang usaha, karena jumlah rupiah piutang usaha adalah harga jual masa lalu. Oleh karena itu, harga jual masa lalu adalah salh satu bentuk khusus penilaian yang disebut nilai terealisasi neto (net realizable values).

Nilai terealisasi neto dapat diterapkan tidak hanya untuk piutang, tapi juga untuk persediaan barang.

Nilai terealisasi neto adalah seluruh kas yang akhirnya berhasil diperoleh (collected) atas konvesi piutang atau penjualan barang dagangan sampai tuntas transaksinya, disebut neto atau bersih karena rugi piutang tak tertagih (macet), atau cost aktivitas penjualan tambahan untuk mendapatkan nilai sekarang, pos-pos aset tersebut dikeluarkan (dikurangkan) dari nilai keluaran.

#2: Harga Jual Sekarang (current selling prices)

Penentuan cost yang berkaitan dengan aktivitas tambahan untuk menuntaskan transaksi konversi atau penjualan dalam hal tertentu sulit ditentukan atau sulit ditaksir sebagai alternatif, penilaian dapat didasarkan atas harga jual sekarang.

A: Untuk jenis aset piutang.

Harga jual sekarang dapat ditentukan atas dasar harga yang disepakati oleh perusahaan anjak piutang.

B: Untuk aset persediaan barang.

Harga jual sekarang harus dikurangi dengan laba normal dan biaya aktivitas tambahan untuk mendapatkan nilai keluaran sekarang persediaan barang.

C: Untuk surat-surat berharga.

Harga jual sekarang sudah dapat menggambarkan nilai keluaran sekarang pos tersebut. Harga jual sekarang sebenarnya didasari oleh konsep setara tunai sekarang (current cash equivalents).

Nilai ini menunjukkan jumlah rupiah kas atau daya beli yang dapat direalisasi dengan cara menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan menjual asetnya secara normal.

Nilai ini biasanya diukur berdasarkan harga pasar kutipan barnag bekas sejenis dengan kondisi yang sama.

Secara teoritis, setara kas sekarang adalah atribut atau properitas yang relevan untuk semua aset. Artinya, semua aktiva dapat menggunakan dasar penilaian ini pada titik waktu tertentu. Sehingga agregasi jumlah rupiah masa lalu, dan masa datang yang skala daya belinya berbeda.

Kelemahannya adalah tidak semua aset mempunyai pasar untuk barang seken (tangan kedua) dan harga pasar kutipan, sehingga hasil pengukuran kurang terandalkan.

#3: Nilai Terealisasi Harapan (expected realizable value)

Secara semantik, nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas atau potensi jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti.

Untuk penilaian sekarang suatu aset, nilai terealisasi harapan harus didiskon menjadi nilai terealisasi hara[an sekarang atau penerimaan kas/ potensi jasa masa datang diskon.

Dasar ini dapat digunakan bila harapan penerimaan kas atau setaranya cukup pasti dan senggang waktu sampai penerimaan cukup panjang, tapi tanggal penerimaan pasti.

Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini, misalnya:

  • Investasi dalam obligasi
  • Piutang wesel jangka panjang
  • Deposito berjangka.

Dasar penilaian aset ini lebih bermanfaat dan valid untuk menilai investasi tunggal atau perusahaan secara keseluruhan dari sudut pandang investor.

Untuk penilaian aktiva secara individual, dasar penilaian ini mengandung beberapa kelemahan, yaitu:

Kelemahan #1:

Kalau tidak ada pasar untuk aktiva bersangkutan, penentuan aliran kas masa datang bersifat subjektif sehingga sulit diverifikasi.

Kelemahan #2:

Pemilihan tarif yang cukup representatif untuk merefleksikan risiko tiap aset sangat problematik.

Bila tarif tersebut dapat ditentukan, hasil pengukuran sulit diinterpretasi artinya oleh pembaca Laporan Keuangan.

Kelemahan #3:

Aliran kas ke perusahaan dihasilkan oleh seluruh aktiva sebagai satu kesatuan dalam menghasilkan produk yang akhirnya dijual untuk mendatangkan kas.

Tidak logis untuk memisahkan aliran kas masuk bersih untuk menunjukkan kontribusi tiap aset dalam menghasilkan cash flow bersih tersebut.

Kelemahan #4:

Beberapa aset memang tidak terpisahkan, sehingga nilai sekarang seluruh aktiva tidak akan sama dengan penjumlahan semua kas masa datang diskonan tiap pos aset.

Manajemen Keuangan Profil

Profesional lulusan ekonomi yang menekuni ERP (SAP), Accounting Software, Business Analyst dan berbagi pengalaman pekerjaan Finance & Accounting.