Pengertian Biaya, Konsep, Unsur, Klasifikasi dan Pengakuan

E: Asosiasi Sebab dan Akibat

Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka mendapatkan capaian berupa pendapatan.

Ini berarti ada hubungan sebab-akibat antara biaya dan pendapatan.

Oleh karena itu, basis penandingan yang paling masuk akal adalah sebab akibat.

Walaupun basis ini lebih merupakan asumsi daripada kenyataan karena dalam banyak hal sulit untuk dibuktikan secara menyakitkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan.

Hubungan biaya dan pendapatan tidak selalu bersifat fisik atau hubungan satu lawan satu (pos lawan pos).

Hubungan biaya dan pendapatan adalah hubungan agregat antara berbagai faktor biaya sebagai kesatuan dan berbagai faktor pendapatan sebagai kesatuan yang lain.

Jadi, hubungan biaya dan pendapatan bersifat ekonomi bukannya fisik.

Walaupun demikian, hubungan sebab-akibat mempunyai validitas karena pengamatan terhadap operasi perusahaan pada umumnya menunjukkan bahwa pendapatan tidak akan terjadi tanpa penyerahan barang dan jasa.

Jadi, tidak ada hasil tanpa upaya, tidak ada biaya, tidak ada pendapatan. Inilah yang disebut konsep PENYEBABAN (causation).

Sebagai contoh, komisi penjualan, gaji dan upah, dan biaya barang terjual periode tertentu dapat dianggap menjadi upaya dalam melimbulkan pendapatan periode tersebut, karena biaya-biaya tersebur secara mudah dan intuitif dapat dikaitkan langsung dengan pendapatan.

Dalam hal perusahaan jasa, pada umumnya tidak ada suatu obyek fisik yang dapat dijadikan dasar (penilaian) untuk menghubungkan pendapatan dengan biaya. Oleh karena itu, indikator penghubungnya adalah periode.

Asosiasi Sebab dan Akibat

Cost yang ditandingkan adalah cost yang terjadi dalam periode terjadinya pendapatan karena cost yang telah terjadi dalam periode tersebut dianggap telah menyebabkan pendapatan tersebut.

Misalnya, gaji sopir tahun tertentu dalam perusahaan angkutan dapat ditandingkan langsung dengan pendapatan angkutan tahun tersebut, karena dengan takaran periode, gaji sopir tersebut dapat dikaitkan langsung dengan pendapatan (hubungan sebab-akibat).

Untuk perusahaan manufaktur, penandingan semacam ini nantinya disebut dengan penandingan periode (period matching).

Dalam hal perusahaan manufaktur, produk fisik dapat digunakan sebagai sarana atau indikator hubungan sebab akibat.

Bila penyerahan 800 unit produk (dengan cost Rp 10.800) mendatangkan pendapatan Rp 15.000, dapat dikatakan penyerahan produk tersebut menyebabkan pendapatan.

Dalam hal ini, cost yang harus ditandingkan dengan pendapatan, yang menjadi biaya adalah seluruh cost potensi jasa yang melekat pada produk yang telah terjual yang mendatangkan pendapatan (sales revenues).

Secara umum dapat dikatakan bahwa semua biaya produksi adalah wajar dan perlu dilekatkan pada unit produk dan baru diakui sebagai biaya pada produk tersebut terjual.

Penandingan, sebab akibat semacam ini disebut penandingan langsung (direct matching).

Dan untuk perusahaan manufaktur, penandingan langsung seperti seperti itu disebut dengan penandingan produk (product matching).

Dasar ini adalah yang paling ideal karena paling mencerminkan konsep biaya upaya dan hasil.

Tentu saja penandingan yang ideal ini menuntut bahwa semua potensi jasa, termasuk biaya administratif dan penjualan tergabung menjadi satu dan melekat produk (menjadi cost produk(.

Bila dikaitkan dengan klasifikasi biaya berdasarkan fungsi, penandingan produk yang ideal dapat dilukiskan dalam gambar berikut ini:

klasifikasi biaya berdasarkan fungsi
Klasifikasi biaya berdasarkan fungsi

Dari contoh soal klasifikasi biaya yang digambarkan seperti di atas dapat dijelaskan bahwa:

Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sering disebut biaya produksi langsung dan biasanya bersifat variabel. Biaya overhead disebut pula dengan cost produksi tak langsung dan biasanya bersifat tetap per periode.

Penandingan langsung seperti gambar di atas, dengan jelas dapat mencerminkan hubungan sebab akibat.

Tidak dapat diragukan bahwa penyerahan produk sebanyak 800 unit dengan cost Rp 10.800 menyebabkan penjualan Rp 15.000. Tanpa penyerahan produk, tidak ada pendapatan (penjualan) sebesar Rp 15.000.

Masalah Penandingan

Walaupun demikian, penandingan langsung menghadapi beberapa masalah teknis seperti berikut ini:

#1: Produk Usang atau Musiman

Masalah yang berkaitan dengan penandingan atas dasar sebab-akibat adalah adanya produk musiman yang tidak laku dijual.

Persoalannya adalah apakah cost produk musiman yang tidak terjual adalah sebab (sebagai biaya) atau bukan (sebagai rugi).

Dalam keadaan yang khusus sebagian biaya persediaan barang yang tidak terjual dalam suatu periode secara logis dapat dijadikan komponen cost barang terjual.

Perhatikan contoh berikut ini:

Suatu toko pakaian musiman harus menyediakan berbagai ukuran dan warna yang cukup banyak untuk memenuhi selera konsumen.

Dengan konsekuensi yang tidak terhindarkan dan cukup pasti bahwa sebagn dari persediaan pakaian jadi tersebut tidak akan laku terjual pada akhir musim tertentu.

Dalam keadaan seperti itu, sebenarnya dapat dianggap bahwa sebagian atau seluruh cost persediaan pakaian yang tidak terjual tersebut adalah bagian dari cost pakaian yang telah terjual.

Tentu saja dalam hal ini harus diasumsikan bahwa volume penjualan yang terjadi tidak mungkin akan dicapai tanpa mengadakan persediaan dengan variasi yang cukup banyak.

Dengan kata lain, persediaan akhir yang tidak terjual sebenarnya adalah upaya (biaya) atau sebab untuk mendatangkan penjualan yang dicapai pada musim tertentu, sehingga tidak selayaknyalah cost persediaan yang tidak terjual diperlakukan sebagai rugi.

#2: Barang Rusak

Persoalan yang sama dengan barang musiman dapat diterapkan untuk produk rusak.

Apakah cost produk rusak dapat dianggap sebagai upaya atau sebab untuk menimbulkan pendapatan?

Kelayakan ekonomi menuntut pertimbangan dengan memperhatikan kondisi yang melingkupi suatu masalah.

Bila kerusakan produk adalah hal yang normal atau bahkan merupakan prasyarat untuk menghasilkan barang dengan kualitas baik.

Cost barang yang rusak dapat dianggap sebagai upaya menghasilkan pendapatan.

Perhatikan contoh berikut ini:

Produk yang sengaja harus rusak untuk percobaan dalam menghasikan produk atau dasar spesifikasi khusus dari pelanggan.

Jika kerusakan atau penurunan muta adalah karakteristik normal aktivitas operasi perusahaan.

Maka jumlah rupiah yang mengukur cost kerusakan atau penurunan mutu dapat diperlakukan sebagai komponen harga pokok produksi yang akhirnya menjadi biaya.

Sebaliknya, jika kerusakan atau cacatnya produk adalah hal yang tidak biasa terjadi.

Misalnya karena kelalaian dan musibah, maka jumlah rupiah tersebut dapat diperlakukan sebagai rugi.

Manajemen Keuangan Profil

Profesional lulusan ekonomi yang menekuni ERP (SAP), Accounting Software, Business Analyst dan berbagi pengalaman pekerjaan Finance & Accounting.