Mengulas Biaya: Pengertian, Konsep, Unsur, Klasifikasi dan Pengakuan

Biaya adalah pengurang, sesuatu yang perlu dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan. Biaya (expense) mengurangi pendapatan yang secara teknis penutupan buku, biaya dibebankan atau didebit dalam akun Laba Rugi. Biaya sebagai proses akuntansi akan mengalami 3 (tiga) tahap perlakuan, yaitu:

  • Pengukuran
  • Penelusuran, dan
  • Pembebanan

Oleh karena itu, secara konseptual dan atas dasar konsep kontinuitas usaha, biaya akan diperlakukan mula-mula sebagai aset, kemudian diperlakukan sebagai beban pendapatan. Selengkapnya, mari ikuti uraiannya dalam artikel berikut ini…

 

01: Pengertian Biaya [Expense]

biaya pemeliharaan lingkungan
Sumber: Pexels

Pengertian biaya tidak dapat dipisahkan dengan pengertian cost, aset, dan rugi (loss). Biaya adalah bagian dari harga pokok aktiva yang digunakan untuk memperoleh pendapatan

Bila cost tidak memenuhi definisi aset (dapat ditangguhkan pembebanannya terhadap pendapatan), cost tersebut dapat masuk sebagai biaya atau rugi.

Untuk memecah cost menjadi aset dan biaya kita perlu memahami pengertian biaya sebagai komponen Laporan Keuangan dan konsep yang menghubungkan biaya dan pendapatan, dan berikut disajikan pengertian biaya dari berbagai sumber terpercaya di bidangnya.

 

A : Pengertian Biaya Menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)

IAI  mendefinisikan biaya dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sebagai berikut:

Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva, atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian untuk penananm modal.

 

B: Pengertian Biaya Menurut Para Ahli

Berikut ini saya sajikan pendapat beberapa ahli mendefinisikan tentang biaya, antara lain:

1: Sprouse dan Moonits

Mereka mendefinisikan pengertian cost dan biaya adalah sebagai berikut:

  • Cost is a foregoing, a sacrifice made to secure benefit, and a measured by an exchange price.
  • Expense is the decrease in net assets as a result of the use of economic services in the creation of revenues or the imposition of taxes by governmental unit.

2: Anthony, Hawkins, dan Merchant

Mereka memberikan pengertian cost dan biaya adalah sebagai berikut:

  • Cost is monetary measurement of the amount of resources used for same purpose.
  • Expense is an itemof cost applicable to the accounting period. An expense represents resources consumed by the entity’s earning activities during the current period.

 3: Hilton

Hilton mendefinisikan biaya (expense), cost, cost of goods sold (COGS) dan perbedaan di antara ketiga konsep tersebut sebagai berikut:

  • Cost is the sacrifice made usually measured by the resources given up, to achieve a particular purpose.
  • Expense is the consumption of assets for the purpose of generating revenue.
  • Cost of goods sold is the expense measured by the cost of the finished goods sold during period of time.

 

C: Pengertian Biaya Menurut Financial Accounting Standards Board (FASB)

Financial Accounting Standards Board (FASB) mendefinisikan biaya adalah sebagai berikut:

Expense are outflow or other using up of assets or incurrence of liabilities (or combination of both) form delivering or producing goods, rendering services, or carrying out other activities that constitute the entity’s ongoing major or central operations.

Jika kewajiban adalah bayangan cermin aset. Definisi biaya menurut Financial Accounting Standards Board (FASB) di atas adalah lawan atau kebalikan dari definisi pendapatan.

Pendapatan arahnya masuk, sedangkan biaya arahnya keluar kesatuan usaha.

 

D: Pengertian Biaya menurut Accounting Principles Board (APB)

APB mendefinisikan biaya adalah sebagai berikut:

Expense gross decreases in assets or gross increases in liabilities recognized and measured in conformity with generally accepted accounting principles that result from those types of profit-directed activities of an enterprise that can change owner’s equity.

APB menjelaskan bahwa seperti pendapatan, biaya timbul hanya dalam kaitannya dengan aktivitas penciptaan laba yang mengakibatkan perubahan ekuitas.

Pegiriman barang (direpresentasikan dengan harga pokok barang terjual) dalam transaksi penjualan adalah biaya, karena hasil bersih (net result) penjualan tersebut adalah perubahan ekuitas.

Di lain pihak, timbulnya kewajiban untuk pembelian aset adalah bukan biaya, karena ekuitas tidak dapat berubah pada saat pembelian tersebut.

 

02: Karakteristik Biaya

Karakteristik Biaya

 

A: Karakteristik Utama Biaya

Ada 2 (dua) karakteristik biaya, yaitu:

  1. Aliran keluar atau penurunan aset (outflow of assets, gross decreases in assets, using up of assets).
  2. Akibat aktivitas yang membentuk operasi utama yang berkelanjutan/ terus menerus.

 

B: Karakteristik Pendukung

1: Penurunan Aset

Biaya timbul karena terjadi transaksi yang menurunkan aset, atau menimbulkan aliran keluar aset.

Aset dalam hal ini adalah semua aset perusahaan sebagai satu kesatuan, bukan hanya aset tertentu misalnya persediaan bahan baku.

Dengan demikian konsumsi atau pemakaian aset diartikan bahwa manfaat ekonomi aset telah habis karena melekat pada barang atau jasa yang telah diserahkan dari entitas usaha.

Sehingga entitas usaha tidak menguasai lagi manfaat tersebut.

Pemakaian bahan baku untuk pembuatan produk tidak dapat disebut sebagai biaya, jika produk tersebut belum terjual.

Karena jika belum terjual sebenarnya belum terjadi penurunan aset. Yang terjadi hanyalah perubahan bentuk aset sebagai potensi jasa.

2: Operasi Utama yang Menurun

Tidak semua penurunan atau konsumsi aset membentuk biaya. Agar menjadi biaya, maka konsumsi tersebut harus berkaitan dengan transaksi utama kesatuan usaha.

Yang dimaksud dengan aktivitas utama adalah kegiatan penciptaan pendapatan dan profit yang direpresentasikan dalam aktivitas produksi dan pengiriman barang, atau bila jenis usaha jasa adalah menyerahkan atau melaksanakan jasa.

Jadi, sebagaimana berlaku untuk pendapatan, pengertian operasi menunjuk aktivitas operasi yang merupakan elemen laporan arus kas, yaitu operasi, investasi, dan pendanaan. Biaya adalah penurunan aset yang berkaitan dengan operasi dan bukan dengan investasi dan pendanaan.

3: Kenaikan Kewajiban

Definisi biaya adalah tidak hanya dari sudut penurunan aset, tapi juga dari kenaikan kewajiban. Alasannya adalah agar makna biaya cukup luas untuk mencakup pula pos-pos yang timbul dalam penyesuaian akhir tahun.

Pendefinisian biaya adalah kenaikan kewajiban, bila barang dan jasa telah dimanfaatkan oleh perusahaan, tapi perusahaan tidak mengakuinya sebagai aset sebelumnya, atau perusahaan belum mengakui kewajiban atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain.

Perusahaan mempunyai keharusan untuk membayar atau melakukan pengorbanan sumber ekonomi di masa datang sehingga kewajiban timbul, sebagai contoh adalah tarif (fee) pengiriman barang oleh perusahaan ekspedisi yang belum dibayar perusahaan.

Jasa pengiriman telah dikonsumsi dan menimbulkan pendapatan, sehingga biaya harus timbul diikuti dengan kenaikan kewajiban.

4: Penurunan Ekuitas

Penurunan aset akan menurunkan ekuitas. Dengan dianutnya konsep kesatuan usaha, penurunan aset atau kenaikan kewajiban akan membentuk biaya, dan penurunan ekuitas hanya merupakan konsekuensi logis.

Walaupun demikian, penurunan ekuitas lebih menegaskan pengertian biaya karena tidak setiap penurunan aset mengakibatkan penurunan ekuitas, misalnya pembagian dividen kas adalah penurunan aset, tapi tidak dapat disebut sebagai biaya.

Jadi penurunan aktivitas hanya merupakan karakterisitik pendukung pengertian biaya. Hal serupa dengan definisi terbaya (payee) sebagai karakteristik pendukung pengertian kewajiban.

5: Aliran Fisik atau Moneter

Menurut FASB definisi biaya adalah aliran keluar aset atau pemanfaatan aset tiidak secara tegas membatasi apakah aliran tersebut bersifat fisik atau moneter. FASB memisahkan antara pengertian biaya dan pengukuran biaya.

Pengertian biaya sebagai aliran fisik dimaknai bahwa biaya timbul dari penyerahan/ produksi barang atau dari pelaksanaan jasa.

Secara semantik, definisi biaya adalah perubahan atau penurunan nilai, sehingga timbulnya biaya merupakan kejadian moneter.

6: Rugi

Sebagai lawan makna untung, kata-kata kunci yang pada pengertian rugi adalah:

  1. Penurunan ekuitas (aset bersih)
  2. Transaksi periferal atau insidental
  3. Selain apa yang didefinisikan sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik.

Seperti untung, dari tiga karakterisitk di atas yang paling membedakan rugi dengan biaya adalah karakteristik #2.

Karakteristik #1 sebenarnya juga karakteristik biaya, tapi dipandang dari sudut pengaruh akhir yaitu menurunkan ekuitas, seperti keuntungan (profit) rugi bisa merupakan jumlah kotor atau jumlah bersih.

Karakteristik #3 juga merupakan karakteristik biaya karena biaya harus berkaitan dengan operasi dalam arti luas dan bukan dengan aktivitas pendanaan, karena secara konseptual dan esensial karakteristik biaya tidak berbeda dengan rugi.

Rugi perlu didefinisi sebagai elemen dan dibedakan dengan biaya karena sifat terjadinya sebagaimana disebut dalam karakteristik #2 di atas.

Untuk disebut rugi, kejadian yang menimbulkan harus periferal atau insidental atau di luar kendali manajemen.

Seperti keuntungan (profit), empat sumber rugi yang diidentifikasi adalah:

  • Periferal dan insidental. Misalnya penjualan investasi dalam surat-surat berharga, penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo.
  • Transfer non timbal balik dengan pihak lain. Misalnya pencurian dan pembayaran ganti rugi dari kekalahan dalam tuntutan perkara hukum.
  • Penahanan aset. Misalnya, penurunan harga sekuritas investasi, penurunan nilai tukar valuta asing, dan penurunan harga karena penahanan persediaan.
  • Faktor lingkungan. Misalnya, ganti rugi asuransi musibah alam yang lebih rendah dari biaya aset yang rusak. Contoh lain adalah lenyapnya manfaat aset yang tidak diasuransi akibat kebakaran.

 

03: Pengakuan Biaya

unsur-unsur cost

Pengakuan biaya tidak dibedakan dengan pengakuan rugi.

Pengakuan mengikuti masalah kriteria pengakuan, yaitu apa yang harus dipenuhi agar penurunan nilai aset yang memenuhi definisi biaya biaya atau rugi dapat diakui, dan masalah saat pengakuan adalah peristiwa atau kejadian apa yang menandai bahwa kriteria pengakuan telah terpenuhi.

Tidak seperti pendapatan atau keuntungan, biaya dan kerugian tidak mengalami masalah pembentukan dan realisasi, oleh karena itu, kriteria pengakuan tidak dibedakan dengan kaidah pengakuan sehingga masalah pengakuan biaya dan rugi adalah kapan penurunan nilai aset dapat dikatakan telah terjadi, atau kapan biaya dan rugi telah timbul sehingga jumlah rupiah biaya dan rugi dapat diakui.

 

A: Kriteria Pengakuan Biaya

Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana SALAH SATU dari dua kriteria berikut ini:

Kriteria #1: Konsumsi manfaat (consumption of benefit)

Biaya atau rugi diakui bilamana manfaat ekonomi yang dikuasai suatu entitas telah dimanfaatkan atau dikonsumsi dalam:

  • pengiriman atau pembuatan barang,
  • penyerahan atau pelaksanaan jasa, atau
  • kegiatan lain yang merepresentasikankan operasi utama atau sentral entitas tersebut.

Kriteria #2: Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang.

Biaya atau rugi diakui bilamana aset yang telah diakui sebelumnya diperkirakan telah berkurang manfaat ekonominya atau tidak lagi mempunyai manfaat ekonomi.

Mari dibahas satu=per-satu…

#1: Konsumsi Manfaat

Konsumsi manfaat ekonomi selama sautu periode dapat diakui langsung pada saat terjadinya pengakuan pendapatan yang berkaitan.

Berbagai jenis pos biaya menghendaki cara pengakuan yang berbeda, yaitu:

  • Beberapa pos biaya, seperti barang terjual, ditandingkan dengan pendapatan yang terkait. Biaya dan pendapatan diakui pada saat atau periode yang sama dengan pengakuan pendapatan yang dihasilkan langsung dari transaksi yang sama.
  • Banyak pos biaya, seperti gaji staf penjualan dan administrasi diakui selama pada saat kas dibayarkan. Atau ketika kewajiban terjadi untuk barang dan jasa yang dimanfaatkan bersamaan dengan perolehan.
  • Beberapa pos biaya, seperti penyusutan dan asuransi diakui dengan prosedur sistematik dan rasional untuk periode-periode yang menikmati manfaat aset yang bersangkutan.

#2: Lenyapnya/ Berkurangnya Manfaat Masa Datang

Biaya atau rugi diakui bila telah menjadi nyata atau jelas manfaat ekonomi masa datang suatu aset yang diakui sebelumnya telah berkurang atau lenyap, atau kewajiban timbul atau bertambah tanpa adanya manfaat.

 

B: Kaidah Pengakuan Biaya

Ada 3 kaidah pengakuan biaya yang disebut sebagai prinsip pengakuan biaya pervasif atau luas, yaitu:

Kaidah #1: Mengasosiasi sebab akibat.

Beberapa cost diakui sebagai biaya atas dasar asosiasi langsung dengan pendapatan tertentu.

Kaidah #2: Alokasi sistematik dan rasional.

Alokasi sistematik dan rasional adalah proses penandingan dengan periode sebagai penakar pendapatan dan biaya.

Proses ini sering disebut penandingan periode (period matching).

Bila tidak ada cara langsung untuk  mengasosiasi sebab dan akibat, beberapa cost diasosiasikan dengan periode sebagai biaya atas dasar usaha (attemp).

Untuk mengalokasikan cost secara sistematik dan rasional ke beberapa periode yang diperkirakan menikmati manfaat.

Dalam pengakuan biaya, diasumsikan bahwa yang menerima manfaat dari potensi jasa adalah periode bukannya produk.

Dasar penandingan ini sebenarnya adalah alternatif dasar sebab-akibat, karena tidak selalu mudah mengidentifikasikan hubungan sebab-akibat antara pendapatan dengan biaya.

Basis ini menghubungkan biaya dan pendapatan secara tidak langsung melalui periode terjadinya pendapatan sehingga keduanya sering disebut penandingan tak langsung (indirect matching).

Namun demikian, dalam banya hal penandingan ini mendekati penandingan sebab-akibat.

Dasar ini cukup beralasan untuk beberapa jenis-jenis biaya yang erat kaitannya dengan waktu, seperti depresiasi atau penyusutan, bunga, sewa asuransi dan semacamnya.

Keberatan terhadap penandingan ini adalah bahwa proses alokasi menimbulkan banyak metode alokasi, karena kesulitan penentuan pola penggunaan atau konsumsi manfaat ekonomi yang sebenarnya, metode alokasi yang dipilih sering tidak sejalan dengan pola penyerapan tersebut.

Sebenarnya adanya berbagai metode alokasi menunjukkan bahwa untuk menyelaraskan pola penyerapan cost yang kira-kira mendekati pola pemanfaatan potensi jasa, sehingga konsep penandingan yang tepat dapat dicapai. Contoh permasalahan ini adalah depresiasi atau penyusutan aset tetap.

Kaidah #3: Pengakuan segera

Beberapa cost diasosiasikan denga periode berjalan sebagai biaya karena:

  • Cost yang terjadi dalam periode berjalan tidak memberi manfaat masa datang yang cukup nyata.
  • Cost yang dicatat sebagai aset dalam periode-periode sebelumnya tidak lagi mempunyai manfaat ekonomi yang cukup nyata.
  • Mengalokasikan berbagai cost baik atas dasar asosiasi dengan pendapatan atau atas dasar periode akuntansi dipandang tidak mempunyai manfaat yang berarti.

 

C: Hubungan Cost dan Biaya

Panorama Danau dan Pegunungan

Beberapa sumber mendefinisikan biaya adalah berkaitan dengan pengertian cost, karena memang biaya tidak dapat dipisahkan dengan cost.

Perlu ditegaskan kembali bahwa cost adalah pengukur biaya, atau biaya direpresentasikan dengan cost sehingga secara teknis dan praktis biaya hanya disebut cost saja.

Memang biaya dapat disebut cost, karena cost melekat di dalamnya (konsep dasar cost melekat), akan tetapi cost tidak selalu dapat disebut biaya, karena cost dapat juga merepresentasikan aset.

Dengan cost sebagai pengukur, kriteria konsumsi manfaat dan kelenyapan manfaat dapat dinyatakan dalam bentuk cost expiration.

Kriteria konsumsi lebih berkaitan dengan pengakuan biaya sehingga kriteria ini disebut keterhabisan cost penciptaan pendapatan (revenue-producing cost expiration).

Sedangkan kriteria kelenyapan lebih berkaitan dengan rugi, sehingga kriteria ini dapat disebut keter-habisan dan menciptakan pendapatan (non-revenue-producing cost expiration).

 

D: Proses dan Konsep Penandingan

Laba (profit) akan mumpunyai arti jika selisih pendapatan dan biaya yang mempunyai hubungan tertentu yang bermakna (bukan acak).

Dua tahap kritis perlakukan cost adalah:

  • pengakuan (aliran masuk sebagai aset) dan
  • pembebanan (aliran keluar sebagai biaya)

Tahap pengakuan tidak mengalami masalah, karena pengakuan lebih banyak menyangkut bukti obyektif yang umumnya tersedia pada saat transaksi.

Di lain pihak, tahap pembebanan lebih banyak menyangkut pertimbangan, pendapat, atau interpretasi terhadap situasi yang melingkupi.

Dengan kata lain, tahap pembebanan banyak melibatkan unsur kesubjetifan (subjectivitas).

Untuk menentukan laba yang bermakna (meaningful) perlu dipahami dua pengertian penting yaitu:

  • Proses penandingan (matching process)
  • Prinsip penandingan (matching principle)

Apa itu proses penandingan?

Pengertian proses penandingan adalah proses penentuan laba dengan cara mengukur atau menakar dahulu pendapatan untuk suatu periode dan barulah kemudian menentukan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebut.

Sedangkan prinsip atau konsep penandingan adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan biaya sehingga laba yang dihasilkan bermakna.

Konsep penandingan menjadi suatu kebutuhan dalam akuntansi karena 2 (dua)  alasan berikut ini:

Alasan #1:

Pengakuan pendapatan tidak langsung dikaitkan dengan pengakuan biaya karena teknik pembukuan tidak memungkinkan hal tersebut.

Dengan kata lain, proses penandingan tidak dilakukan pada saat transaksi pendapatan terjadi, tapi pada umumnya dilakukan pada akhir tahun.

Alasan #2:

Transaksi terjadinya pendapatan pada umumnya tidak berkaitan langsung dengan transaksi terjadinya biaya.

Sebagai contoh, perolehan dan pembayaran barang dan jasa untuk menghasilkan produk tidak selalu bersamaan (tidak terjadi dalam periode yang sama) dengan penjualan dan pengumpulan kas.

Prinsip penandingan akan menghasilkan basis asosiasi atau dasar penandingan antara pendapatan dan biaya.

Basis asosiasi diperlukan agar pemecahan cost menjadi bagian yang tetap merepresentasikan aset.

Dan bagian yang mempunyai landasan kuat dan obyektif.

Atas upaya dan capaian, konsep penandingan menyatakan bahwa:

“Untuk mendapatkan laba periodik yang bermankna, maka pendapatan yang diakui untuk suatu periode harus ditandingkan (diasosiasikan) dengan biaya yang dianggap telah menciptakan pendapatan tersebut.”   

Penandingan yang tepat akan terjadi jika asosiasi yang masuk akal (layak) antara pendapatan dan biaya.

Asosiasi yang layak berarti bahwa pendapatan dan biaya berkorelasi positif, artinya makin besar pendapatan, maka makin besar pula biaya.

Karena pendapatan suatu periode ditentukan lebih dahulu, prinsip penandingan ini akhirnya juga menentukan saat pengakuan biaya.

Bila dianalisis, tiap ketentuan selalu didasarkan atas pertimbangan berikut ini:

  • Hubungan atau asosiasi dengan pendapatan
  • Biaya diakui/dilaporkan dalam periode yang sama dengan periode diakui/ dilaporkannya pendapatan.

Berkaitan dengan konsep penandingan ini, ada beberapa hal penting yang perlu dipahami, yaitu:

#1: Kelayakan Ekonomi

Masalah penandingan terletak pada penentuan dasar atau basis yang memuaskan untuk menyatukan pendapatan dan biaya.

Penandingan yang tepat harus didasarkan pada kelayakan ekonomi dan bukan fisik. Sebagai contoh dalam industri sepatu, nilai kulit yang dibebankan sebagai biaya produksi adalah semua cost lembar kulit yang masuk proses.

Walaupun secara fisik banyak bagian dari kulit yang tidak menjadi sepatu, tapi menjadi potongan-potongan sisa kulit sisa kulit sebagai bahan buangan.

Demikian juga biaya BBM yang telah dibakar dalam periode tersebut. Biaya BBM yang yang dibakar sebenarnya dikonsumsi oleh aktivitas-aktivitas yang menikmatinya.

Dan biaya yang akan dibebankan terhadap pendapatan periode berjalan tergantung pada ada tidaknya biaya BBM  yang terikat dalam barang dalam proses, dan dengan demikian berkaitan dengan aktivitas periode berikutnya.

Jadi, biaya jasa yang digunakan dalam operasi hanya akan dibebankan ke pendapatan sebanding dengan produk yang dianggap telah menghasilkan pendapatan.

 

#2: Menandingkan Bukan Mengkompensasi

Ada kalanya biaya komisi penjualan, biaya angkut pengiriman barang, dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan transaksi penjualan dikurangkan langsung terhadap hasil penjualan.

Dan hanya jumlah rupiah netto dicatat dalam akun penjualan dan penjualan dilaporkan sebesar jumlah netto-nya.

Secara umum perlakuan seperti ini secara teoritis tidak layak.

Karena karakteristik yang berbeda, upaya harus dipisahkan dengan HASIL.

Semua cost yang merepresentasikan upaya harus tetap dicatat sebagai cost atau biaya kalau langsung dibebankan.

Sebaliknya, seluruh hasil penjualan produk harus dicatat seluruhnya secara utuh sebagai pendapatan.

Alasannya adalah aliran pendapatan dan biaya berbeda.

Dan keduanya mencerminkan dua faktor yang berbeda (upaya dan hasil), sehingga tiap faktor harus ditunjukkan secara utuh sesuai dengan fungsinya.

Pos yang satu tidak selayaknya dikompensasi dengan pos yang lain.

Penyimpangan terhadap prinsip ini jelas akan megaburkan faktor-faktor penting dalam penentuan laba, walaupun besarnya laba tidak terpengaruh.

 

E: Asosiasi Sebab dan Akibat

Asosiasi Sebab dan Akibat

Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka mendapatkan capaian berupa pendapatan.

Ini berarti ada hubungan sebab-akibat antara biaya dan pendapatan.

Oleh karena itu, basis penandingan yang paling masuk akal adalah sebab akibat.

Walaupun basis ini lebih merupakan asumsi daripada kenyataan karena dalam banyak hal sulit untuk dibuktikan secara menyakitkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan.

Hubungan biaya dan pendapatan tidak selalu bersifat fisik atau hubungan satu lawan satu (pos lawan pos).

Hubungan biaya dan pendapatan adalah hubungan agregat antara berbagai faktor biaya sebagai kesatuan dan berbagai faktor pendapatan sebagai kesatuan yang lain.

Jadi, hubungan biaya dan pendapatan bersifat ekonomi bukannya fisik.

Walaupun demikian, hubungan sebab-akibat mempunyai validitas karena pengamatan terhadap operasi perusahaan pada umumnya menunjukkan bahwa pendapatan tidak akan terjadi tanpa penyerahan barang dan jasa.

Jadi, tidak ada hasil tanpa upaya, tidak ada biaya, tidak ada pendapatan. Inilah yang disebut konsep PENYEBABAN (causation).

Sebagai contoh, komisi penjualan, gaji dan upah, dan biaya barang terjual periode tertentu dapat dianggap menjadi upaya dalam melimbulkan pendapatan periode tersebut.

Karena biaya-biaya tersebur secara mudah dan intuitif dapat dikaitkan langsung dengan pendapatan.

Dalam hal perusahaan jasa, pada umumnya tidak ada suatu obyek fisik yang dapat dijadikan dasar (penilaian) untuk menghubungkan pendapatan dengan biaya.

Oleh karena itu, indikator penghubungnya adalah periode.

Cost yang ditandingkan adalah cost yang terjadi dalam periode terjadinya pendapatan karena cost yang telah terjadi dalam periode tersebut dianggap telah menyebabkan pendapatan tersebut.

Misalnya, gaji sopir tahun tertentu dalam perusahaan angkutan dapat ditandingkan langsung dengan pendapatan angkutan tahun tersebut.

Karena dengan takaran periode, gaji sopir tersebut dapat dikaitkan langsung dengan pendapatan (hubungan sebab-akibat).

Untuk perusahaan manufaktur, penandingan semacam ini nantinya disebut dengan penandingan periode (period matching).

Dalam hal perusahaan manufaktur, produk fisik dapat digunakan sebagai sarana atau indikator hubungan sebab akibat.

Bila penyerahan 800 unit produk (dengan cost Rp 10.800) mendatangkan pendapatan Rp 15.000, dapat dikatakan penyerahan produk tersebut menyebabkan pendapatan.

Dalam hal ini, cost yang harus ditandingkan dengan pendapatan, yang menjadi biaya adalah seluruh cost potensi jasa yang melekat pada produk yang telah terjual yang mendatangkan pendapatan (sales revenues).

Secara umum dapat dikatakan bahwa semua biaya produksi adalah wajar dan perlu dilekatkan pada unit produk dan baru diakui sebagai biaya pada produk tersebut terjual.

Penandingan, sebab akibat semacam ini disebut penandingan langsung (direct matching).

Dan untuk perusahaan manufaktur, penandingan langsung seperti seperti itu disebut dengan penandingan produk (product matching).

Dasar ini adalah yang paling ideal karena paling mencerminkan konsep biaya upaya dan hasil.

Tentu saja penandingan yang ideal ini menuntut bahwa semua potensi jasa, termasuk biaya administratif dan penjualan tergabung menjadi satu dan melekat produk (menjadi cost produk(.

Bila dikaitkan dengan klasifikasi biaya berdasarkan fungsi, penandingan produk yang ideal dapat dilukiskan dalam gambar berikut ini:

klasifikasi biaya berdasarkan fungsi
Klasifikasi biaya berdasarkan fungsi

Dari contoh soal klasifikasi biaya yang digambarkan seperti di atas dapat dijelaskan bahwa:

Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sering disebut biaya produksi langsung dan biasanya bersifat variabel.

Biaya overhead disebut pula dengan cost produksi tak langsung dan biasanya bersifat tetap per periode.

Penandingan langsung seperti gambar di atas, dengan jelas dapat mencerminkan hubungan sebab akibat.

Tidak dapat diragukan bahwa penyerahan produk sebanyak 800 unit dengan cost Rp 10.800 menyebabkan penjualan Rp 15.000. Tanpa penyerahan produk, tidak ada pendapatan (penjualan) sebesar Rp 15.000.

Walaupun demikian, penandingan langsung menghadapi beberapa masalh teknis seperti berikut ini:

#1: Produk Usang atau Musiman

Masalah yang berkaitan dengan penandingan atas dasar sebab-akibat adalah adanya produk musiman yang tidak laku dijual.

Persoalannya adalah apakah cost produk musiman yang tidak terjual adalah sebab (sebagai biaya) atau bukan (sebagai rugi).

Dalam keadaan yang khusus sebagian biaya persediaan barang yang tidak terjual dalam suatu periode secara logis dapat dijadikan komponen cost barang terjual.

Perhatikan contoh berikut ini:

Suatu toko pakaian musiman harus menyediakan berbagai ukuran dan warna yang cukup banyak untuk memenuhi selera konsumen.

Dengan konsekuensi yang tidak terhindarkan dan cukup pasti bahwa sebagn dari persediaan pakaian jadi tersebut tidak akan laku terjual pada akhir musim tertentu.

Dalam keadaan seperti itu, sebenarnya dapat dianggap bahwa sebagian atau seluruh cost persediaan pakaian yang tidak terjual tersebut adalah bagian dari cost pakaian yang telah terjual.

Tentu saja dalam hal ini harus diasumsikan bahwa volume penjualan yang terjadi tidak mungkin akan dicapai tanpa mengadakan persediaan dengan variasi yang cukup banyak.

Dengan kata lain, persediaan akhir yang tidak terjual sebenarnya adalah upaya (biaya) atau sebab untuk mendatangkan penjualan yang dicapai pada musim tertentu, sehingga tidak selayaknyalah cost persediaan yang tidak terjual diperlakukan sebagai rugi.

 

#2: Barang Rusak

Persoalan yang sama dengan barang musiman dapat diterapkan untuk produk rusak.

Apakah cost produk rusak dapat dianggap sebagai upaya atau sebab untuk menimbulkan pendapatan?

Kelayakan ekonomi menuntut pertimbangan dengan memperhatikan kondisi yang melingkupi suatu masalah.

Bila kerusakan produk adalah hal yang normal atau bahkan merupakan prasyarat untuk menghasilkan barang dengan kualitas baik.

Cost barang yang rusak dapat dianggap sebagai upaya menghasilkan pendapatan.

Perhatikan contoh berikut ini:

Produk yang sengaja harus rusak untuk percobaan dalam menghasikan produk atau dasar spesifikasi khusus dari pelanggan.

Jika kerusakan atau penurunan muta adalah karakteristik normal aktivitas operasi perusahaan.

Maka jumlah rupiah yang mengukur cost kerusakan atau penurunan mutu dapat diperlakukan sebagai komponen harga pokok produksi yang akhirnya menjadi biaya.

Sebaliknya, jika kerusakan atau cacatnya produk adalah hal yang tidak biasa terjadi.

Misalnya karena kelalaian dan musibah, maka jumlah rupiah tersebut dapat diperlakukan sebagai rugi.

 

F: Identifikasi Biaya Produk

sumber produksi air

Karena produk terjual adalah ukuran penandingan, biaya produk akan dibedakan menjadi dua komponen, yaitu:

  1. biaya produk yang telah terjual dan
  2. biaya produk yang belum terjual dan masih menjadi aset perusahaan.

Cost yang melekat pada produk terjual akan langsung dibebankan sebagai biaya.

Cost persediaan baru dibebankan sebagai biaya, jika produk telah terjual.

Masalah teknis yang timbul adalah tidak semua cost potensi jasa dapat dengan mudah dikaitkan dengan unit produksi.

Demikian juga, tidak semua unsur cost produksi dapat secara langsung dikaitkan dengan unit fisik produk atau dengan suatu angkatan produksi.

Secara teoritis dan praktis, jika hubungan sebab akibat harus dipertahankan, hanya biaya variabel yang sebenarnya dapat dengan mudah diidentifikasi dengan produk.

Karena besarnya biaya variabel sangat ditentukan oleh volume produksi.

Biaya variabel meliputi cost produksi dan non produksi.

Dengan demikian biaya manakah yang dapat ditandingkan langsung dengan pendapatan dan hasil penjualan?

Apakah hanya biaya variabel?

Jika hanya biaya variabel, apakah hanya harga pokok produksi saja atau termasuk cost non produksi variabel?

Dengan mempertahankan hubungan sebab-akibat secara penuh, salah satu alternatif pemecahan masalah penandingan yang tepat adalah persediaan barang dan harga pokok barang terjual hanya memuat biaya variabel.

Sementara itu, biaya tetap (produksi dan non produksi) dipecah secara proporsional sesuai dengan perbandingan persediaan barang dengan cost barang terjual.

Masalah yang kemudian timbul adalah apakah cost non produksi tetap bersifat tersediakan (inventoriable).

Dapat juga, semua biaya tetap adalah dianggap tidak tersediakan dan diperlakukan sebagai biaya periode.

Pendekatan semacam ini disebut dengan pembiayaan langsung/ variabel (direct variable costing), sebagai pasangan dari pembiayaan penuh (full costing).

Dengan pendekatan ini, cost operasi total yang dapat ditandingkan dengan pendapatan adalah biaya produksi variabel yang melekat pada unit produksi terjual plus semua biaya tetap.

Dengan demikian cost persediaan hanya memuat biaya produksi variabel saja.

Dan penandingan semacam ini sebenarnya tidak secara penuh merupakan penandingan langsung atau sebab akibat.

Untuk tujuan pelaporan keuangan, pendekatan ini mempunyai kelemahan karena harga pokok persediaan tidak mempresentasikan secara penuh biaya potensi jasa yang melekat pada persediaan.

Dalam hal penjualan angsuran, yang mengakui pendapatan dalam suatu periode hanya sebesar kas yang telah diterima.

Penandingan langsung atas dasar seba-akibat mengalami kesulitan teknis untuk menentukan cost yang dianggap telah menghasilkan penerimaan tersebut.

Dengan kata lain, tidak ada dasar yang cukup untuk memecah cost ke dalam bagian yang telah menjadi sebab.

Dalam hal tertentu, pemecahan tersebut menjadi sangat arbiter, sehingga penandingan langsung tidak mudah diterapkan untuk penjualan angsuran.

 

G: Identifikasi Biaya Non produksi

Jika penandingan atas dasar sebab-akibat akan dipertahankan maka secara logis tidak seluruh cost non produksi akan dibebankan sebagai biaya.

Sebagai contoh, perhatikan gambar berikut ini:

konsep biaya
Contoh perhitungan biaya produksi

Pada contoh gambar di atas, jika produk yang terjual hanya 800 unit, maka cost memproduksi yang harus diakui sebagai biaya adalah sebagai berikut:

= 80% X (Rp 4.500 + Rp 1.500)
= Rp 4.800

Perlakuan seperti ini didasarkan atas argumen bahwa kalau potensi jasa yang telah dikonsumsi (used up) belum memberi manfaat dalam periode sekarang.

Tapi juga tidak merupakan rugi, maka cost tersebut tentunya akan memberi manfaat di masa mendatang.

Oleh karena itu, perlu diadakan alokasi agar dapat dicapai penandingan yang tepat antara biaya dan pendapatan yang dihasilkan.

Walaupun secara teknis hal ini mungkin saja dilakukan, accounting menganggap bahwa harga pokok produksi tidak menyebabkan pendapatan.

Karena sulit secara teknis untuk menelususri hubungan sebab akibat tersebut.

Dengan kata lain, sulit untuk mengatakan bahwa bagian dari harga pokok produksi (cost) memproduksi yang ditunda pembebanannya akan menghasilkan pendapatan di masa mendatang.

Lebih dari itu, karena cost tersebut tidak mencerminka nilai tambahan terhadap produk, akuntansi menganggap cost memproduksi bersifat tak tersediaan (uninventoriable).

Penangguhan semacam ini hanya berakibat meratakan laba dan tidak menambah muatan informasi (information content)

Masalah lain adalah apakah bagian cost yang ditunda tersebut memenuhi definisi aset.

Pada prinsipnya, suatu jumlah rupiah dapat ditunda pembebanannya sebagai biaya atau rugi, jika jumlah rupiah tersebut memenuhi kriteria sebagai aset.

Salah satu kriteria penting aset adalah adanya manfaat ekonomi masa datang yang cukup pasti.

Cukup pasti di sini berarti manfaat tersebut tidak hanya ada dan dapat diukur.

Tapi juga harus dapat dihubungkan secara cukup jelas dan teliti, tidak layaklah untuk menunda pembebanan sebagai biaya.

Cost memproduksi pada umumnya mempunyai karakteristik semacam ini.

Contoh jenis cost lain yang relevan dengan masalah ini adalah biaya:

  1. riset dan pengembangan
  2. kampanya produk baru, misalnya melalui Iklan Google dan FB Ads.
  3. biaya organisasi.

Jadi, dalam kaitannya dengan penandingan sebab akibat, cost memproduksi tidak harus ditunda pembebanannya untuk dikaitkan dengan pendapatan masa datang.

Kalau tidak ada kepastian tentang pendapatan masa datang yang dapat dikaitkan dengan cost memproduksi tersebut.

Demikian juga, tidak adanya pendapatan dalam periode berjalan atau adanya kemungkinan rugi tahun berjalan tidak dapat dijadikan alasan untuk menunda pembebanan cost non produksi.

Dengan kata lain, bila pendapatan masa datang yang dapat dikaitkan dengan cost non produksi tidak dapat diantisipasi dengan jelas.

Atau kalau pendapatan semacam itu sangat tidak pasti, cost memproduksi harus diakui sebagai biaya pada periode berjalan meskipun hal tersebut dapat mengakibatkan rugi. Ini berarti asosiasi produk diganti dengan asosiasi periode.

 

04: Penyajian Biaya

Penyusunan Laporan Cost

Penyajian biaya tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan.

Dan sarana untuk itu adalah Laporan Laba Rugi.

Penyajian elemen pendapatan, untung, biaya dan rugi tergantung pada konsep tentang apa saja yang membentuk laba.

Untuk menyusun Laporan Laba Rugi periodik, pendapatan ditakar lebih duhulu dan baru biaya yang tepat dimasukkan dalam penakar yang sama, sehingga laba yang tepat dapat ditentukan.

Penyajian biaya sebagai beban pendapatan juga mengikuti konvensi ini dan pos-pos biaya disajikan berdasarkan biaya asosiasi.

Perhatikan gambar (flowchart) berikut ini:

siklus akuntansi biaya
Gambar: Siklus Akuntansi Biaya

Hal yang perlu dicatat adalah bahwa penyajian seperti itu bukan dimaksudkan untuk pemeringkatan arti penting biaya, melainkan untuk pengungkapan secara informatif.

Atas  dasar konsep homogenitas cost, cost barang terjual tidak lebih penting daripada cost administratif.

Pengertian biaya dalam arti luas dan dalam konteks jangka panjang (kontinuitas usaha) meliputi juga rugi. Masalah pembebanan cost dan basis asosiasi berlaku untuk semua jenis potensi jasa. Permasalahan khusus terjadi dalam hal persediaan dan aset tetap, khususnya fasilitas fisik yaitu gudang pabrik dan perlengkapan.

 

05: Kesimpulan

Kesimpulan dari uraian tentang pengertian biaya, kita bisa menyimpulkan bahwa karakteristik biaya ada 2, yaitu:

  1. Aliran/ penurunan aset atau kenaikan kewajiban
  2. Berkaitan dengan operasi utama yang berkelanjutan.

Rugi dibedakan dengan biaya karena timbul dari sumber yang secara tidak langsung berkaitan dengan operasi utama perusahaan. Rugi berasal dari:

  • transaksi,
  • aktivitas atau sumber berupa aktivitas periferal,
  • transfer non timbal balik,
  • penahanan aset,
  • faktor lingkungan.

Untuk mendapatkan laba periodik yang berarti, maka pendapatan yang diakui untuk suatu periode harus ditandingkan (diasosiasi) dengan biaya yang dianggap telah menciptakan pendapatan tersebut.

Penandingan (asosiasi) yang tepat akan terjadi jika terdapat asosiasi yang masuk akal antara pendapatan dan biaya, serta harus didasarkan atas kelayakan ekonomi bukan kelayakan fisik. Jadi, penandingan tidak dapat disamakan dengan pengkompensasian.

Kriteria pengakuan biaya adalah pemanfaatan dan kelenyapan. Biaya diakui bilamana manfaat ekonomi telah dikonsumsi dalam rangka penyerahan barang, atau jasa untuk mendatangkan pendapatan atau bilamana manfaat ekonomi masa datang telah lenyap.

Biaya diukur dengan cost yang sebelumnya melekat pada aset. Biaya dapat dipandang sebagai bagian cost yang telah habis dalam rangka menciptakan pendapatan.

Bagian cost yang habis dapat dihubungkan dengan pendapatan atas dasar:

  • hubungan sebab akibat,
  • alokasi sistematik dan rasional, atau
  • pengakuan segera.

Basis asosiasi atas dasar sebab akibat atau penandingan langsung atas dasar produk adalah basis yang paling ideal.

Tapi karena alasan kepraktisan beberapa faktor cost, seperti administrasi dan pemasaran, menjadikan akuntansi beralih ke penandingan tak langsung atau penandingan periode, dengan kata lain, standar penandingan bukan lagi produk, melainkan periode.

Dengan periode sebagai takaran, alokasi sistematik lebih menggambarkan kelayakan ekonomi daripada pembebanan langsung semua manfaat pada saat terjadinya atau daripada pendekatan tanpa alokasi.

Untuk penentuan cost produk yang tepat, alokasi internal adalah kebutuhan (necessity), alokasi harus dilakukan karena bila suatu produk menghasilkan pendapatan, maka pendapatan tersebut jelas bukan tanpa biaya.

Bila biaya dipandang dalam arti luas, penandingan pendapatan dan biaya dapat didasarkan atas penandingan produk, periode dan arbitrer.

Depresiasi atau penyusutan adalah biaya yang nyata, bukan biaya hipotesis. Akuntansi biaya penyusutan adalah proses alokasi sistematis dalam rangka penandingan biaya dan pendapatan. Depresiasi atau penyusutan bukan sarana akumulasi dana untuk penggantian aset tetap. Penyusutan bukan juga sarana untuk pemulihan investasi.

Depresiasi atau penyusutan juga bukan merupakan proses penurunan nilai aset, tapi merupakan bagian cost yang menunjukkan biaya dalam rangka mendatangkan pendapatan dalam suatu periode.

Demikian yang dapat saya sampaikan mengenai pengertian biaya. Semoga bermanfaat. Terima kasih.

Manajemen Keuangan Profil

Profesional lulusan ekonomi yang menekuni ERP (SAP), Accounting Software, Business Analyst dan berbagi pengalaman pekerjaan Finance & Accounting.