Konsep Dasar Cost: Pengertian, Karakteristik, dan Aplikasinya dalam Bisnis Nyata

Harga Pokok dan Beban Pokok Penjualan

A: Pengertian Cost of Goods Sold

Menurut para ahli, cost of goods sold berarti cost yang melekat pada barang yang terjual dan menjadi bagian dari total biaya.

Oleh karena itu, padan kata yang logis dan jelas maknanya adalah cost barang terjual atau dapat juga cost produk terjual dalam perusahaan jasa obyek ini dapat disebut cost jasa terjual atau cost of services sold. Bila cost diterjemahkan harga pokok, berarti goods sold diartikan sebagai penjualan. Ini kurang tepat.

Perhatikan contoh berikut ini:

Seandainya penjualan tercatat Rp 1.000.000, sebuah mesin tercatat Rp 800.000. Dan cost yang melekat pada barang yang terjual tercatat Rp 600.000 sebagaimana di lukiskan dalam gambar berikut ini:

Harga Pokok Penjualan
Gambar: Penjelasan istilah Harga Pokok Penjualan (HPP)

Manakah jawaban yang benar atas pertanyaan di bawah ini, bila pos-pos yang tergambar dipandang sebagai obyek pengukuran. Dan harga pokok dianggap sebagai pengukur dan bahan olah akuntansi.

  1. Berapa harga pokok penjualan? Rp 1.000.000 atau kurang dari Rp 1.000.000?
  2. Berapa harga pokok mesin? Rp 800.000 atau kurang dari Rp 800.000?

Sebagaimana yang digunakan sekarang, maka jawabannya adalah sebagai berikut:

  • untuk pertanyaan (a) adalah Rp 600.000 dan
  • untuk pertanyaan (b) adalah Rp 800.000.

Jika memang tepat, sebagai bahan olah mestinya jawaban untuk pertanyaan (a) adalah Rp 1.000.000, karena penjualan dan mesin sama-sama merupakan obyek dan harga pokok harus bermakna sama, atau konsisten untuk semua obyek.

Akan tetapi, kenyataannya tidak demikian, Ini berarti harga pokok tidak dapat sebagai pengukur dan sekaligus bahan olah akuntansi.

pengertian harga pokok produksi

B: Goods Sold dan Sales

Jaman old kalau ada pedagang ditanya apakah dia mendapat keuntungan, pedagang sering menjawab dengan ungkapan:

“Pokoknya saja belum kembali, kok sudah memikirkan untung”.

Yang dimaksud “pokok” dalam ungkapan tersebut adalah “pokok penjualan” alias barang dagangan yang telah terjual (goods sold), tapi bukan nilai penjualan itu sendiri.

Kalau goods sold dimaknai pokok penjualan, yaitu harga barangnya saja, berarti cost diartikan sebagai harga. Ini juga kurang tepat, karena cost tidak sama maknanya dengan harga. Lebih dari itu, hal ini tidak bisa diterapkan untuk mesin karena tidak ada makna “pokok mesin”.

Jadi, harga pokok penjualan sebagaimana digunakan sekarang dan harga pokok mesin adalah dua konsep yang tidak konsisten, yang pertama, bermakna harga pokok penjualan, dan kedua, bermakna harga pokok mesin (karena tidak ada konsep pokok mesin dalam dalam akuntansi)

Jadi kesimpulannya adalah:

Sebagai objek pengukuran, makna “produk fisik yang terjual” (goods sold) tidak sama dengan makna “penjualan” (sales). Oleh karena itu, menyebut cost of goods sold dengan harga pokok penjualan sebenarnya kurang tepat.

Dalam perusahaan jasa, cost of services sold akan setara dengan cost barang terjual, akan tetapi, karena jasa tidak mempunyai unit fisik sebagai wadah pengukuran, maka istlah cost of services sold praktis tidak akan pernah digunakan.

Kalau pun digunakan, obyek tersebut tidak mempunyai kandungan informasi yang berarti. Dalam perusahaan jasa, semua aliran keluar aset dalam upaya memperoleh pendapatan akan disebut BIAYA.

Arti Penting Istilah yang Tepat

Penggunaan istilah yang menggambarkan makna tidak hanya bermanfaat dalam menghindari kerancuan.

Tapi juga akan memudahkan untuk memahami akuntansi sebagai penyedia informasi keuangan kuantitatif dan mendorong pemahaman akuntansi dengan perspektif yang lebih luas.

Istilah membawa perilaku.

Oleh karenanya istilah yang salah akan menyebabkan perilaku yang salah pula.

Lebih dari itu, dengan istilah yang tepat dan tunggal, mereka yang akan mempelajari buku teks akuntansi berbahasa Inggris juga akan terbanu, karena adanya pengertian istilah yang konsisten.

Dalam menemukan istilah yang tepat, kita harus beranggapan bahwa pemakai Laporan Keuangan adalah orang yang mempunyai tingkat pengetahuan tertentu.

Oleh karena itu, jangan sampai kita tergelincir untuk menolak suatu istilah semata-mata hanya atas dasar kekhawatiran-kekhawatiran tertentu. Misalnya orang yang tidak berkepentingan dengan akuntansi.

Tentunya akademisi dan praktisi profesional yang memahami masalah kebahasaan dalah pihak yang mudah menerima gagasan baru. Sepanjang gagasan tersebut masuk akal dan akan membawa ke keadaan yang lebih baik.

Manajemen Keuangan Profil

Profesional lulusan ekonomi yang menekuni ERP (SAP), Accounting Software, Business Analyst dan berbagi pengalaman pekerjaan Finance & Accounting.