Laba adalah imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Laba dalam teori akuntansi menunjuk pada konsep yang disebut dengan laba komprehensif. Sedangkan definisi Laba Komprehensif adalah kenaikan aset bersih selain yang berasal dari transaksi dari pemilik.
Masalah pelik yang berkaitan dengan laba adalah menentukan konsep laba secara TEPAT untuk pelaporan keuangan, sehingga angka-angka yang disajikan dalam laporan laba adalah angka yang bermakna (meaningful), baik secara intuitif maupun ekonomi bagi pemakai Laporan Keuangan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaporan keuangan, mari ikuti pembahasan beserta contoh aplikasinya berikut ini…
Konsep Laba
A: Konsep Laba Akuntansi
Prinsip dan Konsep Laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya secara akrual.
Konsep profit semacam ini akan memudahkan pengukuran dan pelaporan profit secara objektif, dan penyusun laporan keuangan mengharapkan bahwa konsep profit semacam itu bermanfaat bagi para pemakai statemen keuangan, khususnya investor dan kreditor. Pada kenyataannya, para pemakai mempunyai konsep profit dan model pengambilan keputusan yang berbeda-beda.
Apapun konsep yang yang digunakan, laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain sebagai:
- Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanan dalam perusahaan yang diwujudkan dalam tingkat pengembalian atas investasi (rate of return in invested capital).
- Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
- Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.
- Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi
- Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
- Alat pengendalian terhadap debitur dalam kontrak utang.
- Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
- Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
- Dasar pembagian deviden.
B: Metode Pengukuran dan Penyajian Laba Usaha
Teori akuntansi tentang profit akan melibatkan pengukuran dan penyajian laba yang dapat memenuhi berbagai tujuan di atas.
Ada dua pendekatan yang harus dipertimbangkan dalam akuntansi laba, yaitu:
Pendekatan #1: Satu laba untuk berbagai tujuan (single income for different purpose).
Pendekatan ini berusaha untuk memformulasikan konsep laba tunggal (umum).
Dan menyajikannya untuk memenuhi berbagai tujuan secara umum.
Pendekatan #2: Beda tujuan beda laba (different income for different purpose).
Pendekatan ini menggunakan berbagai konsep laba dan menyajikannya secara jelas berbagai konsep profit tersebut secara khusus.
Kebutuhan khusus ini dapat dilayani dengan menyertai laporan keuangan umum, khususnya Laporan Laba Rugi dengan berbagai laporan pelengkap.
Konsep Laba Menurut Tataran Semantik
A: Definisi dan Pengertian Menurut Tataran Semantik
Konsep Laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah apa definisi yang harus dilekatkan oleh penyusun laporan pada simbol atau elemen laba, sehingga profit bermanfaat (useful) dan bermakna (meaningful) sebagai informasi.
Pada tataran ini, teori akuntansi berusaha untuk menjawab pertanyaan apakah yang harus direpresentasikan oleh laba? Seperti teori tentang aset, realitas atau apa kegiatan entitas yang harus dipresentasikan oleh angka profit?
Pengertian yang terkandung dalam profit akhirnya harus diinterpretasi oleh pemakai. Pendefinisian laba secara semantik akhirnya akan menentukan pendefinisian profit secara sintaktik, yaitu pengukuran dan penyajiannya.
B: Pengukur Kinerja
Karena investor dan kreditor adalah pihak yang dituju dalam pelaporan keuangan. Mereka dianggap berkepentingan dengan informasi masa lalu untuk mengevaluasi prospek perusahaan di masa datang.
Laba adalah informasi tentang kinerja masa lalu yang meliputi:
- kemampuan menciptakan laba (earning power)
- akuntabilitas, dan
- efisiensi
Kemampuan menciptakan profit dan efisiensi adalah konsep yang saling berkaitan.
Kinerja perusahaan adalah manifestasi dari kinerja manajemen perusahaan, sehingga laba dapat diinterpretasikan sebagai pengukur keefektifan dan keefisienan manajemen perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Untuk menentukan kemampuan menghasilkan laba ada 3 komponen yang harus diketahui, yaitu:
- Laba
- Periode
- Tingkat sumber daya investasi
Profit dapat dapat di-intepretasikan sebagai pengukur keefisienan (efisiensi) bila dihubungkan dengan dengan tingkat investasi. Karena efisiensi secara konseptual adalah suatu hubungan atau indeks. Secara umum, efisiensi adalah kemampuan menciptakan keluaran (output) tertinggi dengan sumber daya tertentu sebagai masukkan (input).
Bila keluaran atau sasaran tertentu telah ditentukan, efisiensi adalah kemampuan mencapai keluaran tertentu dengan sumber daya terendah (minimum) yang dimungkinkan.
- Dalam akuntansi, laba adalah diinterpretasikan sebagai pengukur efisiensi oleh investor dalam bentuk kembalian atas investasi (ROI – return on investment).
- Bagi manajemen perusahaan, efisiensi dapat dinyatakan sebagai pengukur efisiensi penggunaan sumber daya dalam bentuk kembalian atas aset (ROA – Return on Assets).
- Bagi kreditor, efisiensi dapat ditunjukkan dengan tingkat bunga (ROL – Return on Loan).
Jadi angka laba itu sendiri tidak berarti jika tidak dihubungkan dengan tingkat investasi atau tolok ukur tertentu. Misalnya, pendapatan atau penjualan.
—
Efisiensi perusahaan akan bermakna jika dihubungkan dengan tolok ukur di luar perusahaam. Misalnya, efisiensi perusahaan lain yang sejenis atau standar industri.
Jadi laba adalah merepresentasikan kinerja efisiensi, karena profit menentukan ROI, ROA, dan ROL sebagai pengukur efisiensi, karena kegiatan usaha sangat kompleks, maka laba adalah dipandang cukup kaya (komprehensif) untuk pengukur efisiensi.
Namun demikian, validitas pengukur efisiensi tersebut tergantung pada bagaimana laba usaha dan tingkat investasi diukur, serta dari sudut pandang siapa informasi efisiensi ditujukan.
Sebagai analogi, indeks prestasi (IP) mahasiswa dipandang cukup kaya untuk menggambarkan kinerja belajar mahasiswa. Akan tetapi, validitas indeks tersebut sangat tergantung pada bagaimana IP tersebut diperoleh dan diukur.
C: Konfirmasi Harapan Investor
Penyusun laporan keuangan juga berusaha menyediakan informasi untuk menyakinkan bahwa harapan-harapan investor atau pemakai lainnya di masa lalu tentang kinerja perusahaan memang terealisasi.
Dengan demikian Laba adalah sebagai sarana untuk mengkonfirmasi harapan-harapan tersebut.
Asumsinya adalah para investor telah menggunakan segala informasi yang tersedia secara publik sebagai basis keputusan investasinya melalui prediksi profit.
Bila diasumsikan bahwa pasar cukup efisien, laba yang diprediksi investor harus mendekati atau sama dengan profit yang dilaporkan.
Bila hal ini terjadi, laba adalah sarana untuk mengkonfirmasikan harapan investor dan investor diharapkan tidak bereaksi terhadap pengumuman profit.
D: Estimator Laba Ekonomi
Latar belakang dan pengertian
Akuntansi menganut asas akrual untuk mendapatkan suatu angka yang lebih berarti secara ekonomi, daripada sekedar kenaikan dan penurunan kas dalam suatu periode.
Angka laba adalah akan bermakna jika menggambarkan perubahan kemakmuran atau penciptaan nilai (value creation) sebagai hasil kinerja ekonomi suatu kesatuan usaha. Secara teknis perubahan kemakmuran atau nilai diwujudkan dalam kegiatan produktif menghasilkan barang dan jasa. Dengan asas akrual, pengakruan dan penangguhan atas dasar konsep upaya dan hasil. Serta konsep biaya historis adalah proses yang sangat lekat dengan penentuan profit akuntansi.
—
Penyusun laporan keuangan mengharapkan bahwa laba akuntansi akan mendekati laba ekonomi atau paling tidak merupakan estimator yang baik untuk ekonomi. Artinya, perubahan profit akuntansi diharapkan merefleksi juga perubahan ekonomi perusahaan. Dengan demikian, laba akuntansi masih tetap bermanfaat bagi investor yang mungkin lebih berkepentingan dengan laba ekonomi.
Pengertian laba akuntansi adalah profit dari kaca mata perekayasa akuntansi atau kesatuan usaha karena keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan andal.
Pengertian ekonomi dari sisi akuntansi adalah kelayakan ekonomi jangka panjang dan bukan penilaian ekonomi jangka pendek. Oleh karena itu, depresiasi dalam akuntansi adalah proses alokasi dan bukan proses penilaian.
Lalu apa yang dimaksud laba ekonomi?
Laba ekonomi adalah profit dari kaca mata investor, karena keperluan untuk menilai investasi dalam saham yang dalam banyak hal bersifat subyektif tergantung pada karakteristik investor.
Investor melalui analis sekuritas, pada umumnya lebih mendasarkan diri pada laba ekonomi untuk memprediksi aliran kas atau return saham perusahaan di masa datang.
Oleh karena itu, jika profit akuntansi bebas dari gangguan dan mendekati laba ekonomi, laba akuntansi akan menjadi prediktor yang andal.
Dengan demikian, kedekatan atau korelasi antara laba akuntansi dan laba ekonomi akan menentukan kualitas profit akuntansi. Dan laba ekonomi akan menentukan kualitas laba akuntansi (earnings quality).