Perbandingan Metode FIFO, LIFO, dan Biaya Rata-rata: Mencari Metode Terbaik dalam Manajemen Persediaan

Metode LIFO (last in first out), metode FIFO (first in first out) dan Metode Rata-rata Tertimbang adalah 3 (tiga) sistem penilaian serta perhitungan harga pokok penjualan (HPP) persediaan yang sering digunakan oleh para pelaku bisnis. Dari tiga sistem penilaian persediaan tersebut, mana yang terbaik?

Perlu dipahami bahwa satu metode yang hasilnya baik digunakan oleh perusahaan dengan jenis usaha A, belum tentu baik juga digunakan oleh perusahaan B dengan bidang usaha B, demikian pula sebaliknya, Oleh karena itu pada kesempatan ini saya sajikan perbandingan 3 metode penilaian persediaan tersebut lengkap beserta contoh-contohnya berikut ini ….

 

01: Penilaian Persediaan

A: Sekilas tentang sistem penilaian persediaan

Setiap mobil memiliki nomer seri yang unik, sehingga sebuah diler mobil dapat menghitung biaya unit yang terjual melalui metode identifikasi spesifik. Metode ini bisa juga digunakan untuk toko perhiasan dan galeri seni.

Namun, untuk banyak perusahaan, unit yang identik tidak dapat dikenali secara terpisah, sehingga suatu asumsi arus biaya perlu dibuat.

Unit mana saja yang telah dijual dan unit mana saja yang masih berada dalam persediaan harus diasumsikan dengan menggunakan metode penilaian persediaan FIFO (firs-in, first-out), LIFO (last-in, first-out), atau metode biaya rata-rata.

Saat sistem persediaan periodik digunakan, maka hanya pendapatan yang dicatat setiap kali terjadi penjualan. Tidak ada ayat jurnal yang dibuat pada saat penjualan untuk mencatat harga pokok penjualan (HPP).

Pada akhir periode akuntansi, perhitungan fisik persediaan dilakukan untuk menghitung biaya persediaan dan harga pokok penjualan (HPP).

 

02: Metode Penilaian Persediaan FIFO

A: Pengertian Metode FIFO

Apa yang dimaksud metode FIFO?

Sebagai ilustrasi mengenai metode penilaian persediaan FIFO dalam sistem persediaan periodik, kita akan memberikan contoh ayat jurnal persediaan awal dan pembelian barang pada bulan Januari 2018.

Perhitungan fisik pada tanggal 31 Januari 2018 terdapat sisa persediaan sebanyak 150 unit.

Dengan menggunakan metode FIFO, biaya sisa persediaan pada akhir periode berasal dari biaya perolehan paling akhir.

Biaya 150 unit dalam persediaan akhir pada tanggal 31 Januari 2018 dihitung dengan mengurangkan biaya persediaan per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.250.000 dari biaya barang tersedia untuk dijual sebesar Rp 5.880.000 akan menghasilkan harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 2.630.000.

Untuk lebih jelasnya, kita bisa baca proses tersebut dalam gambar berikut ini:

metode fifo
penggunaan metode fifo

Persediaan akhir 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.250.000 berasal dari biaya perolehan paling akhir. HPP sebesar Rp 2.630.000 berasal dari biaya persediaan awal dan biaya paling awal.

***

Dan untuk menggambarkan hubungan antara harga pokok penjualan (HPP) untuk bulan Januari 2018 dan persediaan akhir per 31 Januari 2018, saya sajikan sebuah gambar.

Perhatikan gambar ilustrasi berikut ini:

metode penilaian persediaan fifo
Metode FIFO

 

B: Penggunaan Metode Penilaian Persediaan FIFO

Ketika metode penilaian persediaan FIFO digunakan selama periode inflasi atau kenaikan harga-harga secara umum, biaya unit yang lebih awal akan lebih rendah dibandingkan dengan biaya unit paling akhir, seperti ditunjukkan dalam contoh di atas.

Oleh karena itu metode FIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi.

Akan tetapi, persediaan perlu diganti dengan harga yang lebih tinggi daripada yang ditunjukkan oleh HPP (harga pokok penjualan).

Kenyataannya, neraca akan melaporkan persediaan akhir pada nilai yang kurang lebih sama dengan biaya penggantian atau biaya untuk membeli barang persediaan sejenis saat ini.

Ketika tingkat inflasi mencapai dua digit, seperti yang pernah terjadi pada tahun 1970 an di Amerika Serikat, laba kotor yang tinggi yang dihasilkan dari penggunaan metode FIFO sering disebut laba persediaan atau laba ilusi.

Sebaliknya, selama periode deflasi atau penurunan harga-harga secara umum, pengaruhnya adalah kebalikannya.

( Baca juga : Laporan Arus Kas Perusahaan Jasa: Cara Sederhana dan Mudah Membuat (update)

 

03: Metode Penilaian Persediaan LIFO

A: Pengertian Metode LIFO

Apa yang dimaksud dengan metode LIFO?

Saat metode penilaian persediaan LIFO digunakan, sisa biaya persediaan pada akhir periode berasal dari biaya perolehan paling awal.

Berdasarkan data seperti yang sama dengan contoh metode FIFO, biaya 150 unit dalam persediaan akhir per 31 Januari 2018 dihitung dengan mengurangkan biaya persediaan per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.050.000 dari biaya barang tersedia untuk dijual sebesar Rp 5.880.000 akan menghasilkan harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 2.830.000

Perhatikan seperti ditunjukkan berikut ini :

Metode LIFO
Penggunaan Metode LIFO

Persediaan akhir per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.050.000 berasal dari biaya perolehan paling awal.

HPP (harga pokok penjualan) sebesar Rp 2.830.000 berasal dari biaya persediaan paling akhir.

***

Hubungan harga pokok penjualan untuk bulan Januari 2018 dan persediaan akhir per 31 Januari 2018 bisa dilihat pada gambar ilustrasi berikut ini :

metode lifo
Proses perhitungan HPP

 

B: Penggunaan Metode Penilaian Persediaan LIFO

Saat metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau kenaikan harga-harga hasilnya adalah kebalikan dengan dua metode yang lain.

Seperti ditunjukkan dalam contoh di atas, metode LIFO akan menghasilkan jumlah yang lebih tinggi untuk HPP (Harga Pokok Penjualan).

Dan jumlah yang lebih rendah untuk laba kotor dan jumlah yang lebih rendah untuk persediaan akhir, dibandingkan dengan metode yang lain.

Alasan pengaruh ini adalah biaya peroehan unit yang paling akhir kurang lebih sama dengan biaya penggantiannya.

Dalam periode inflasi, biaya unit yang lebih baru akan lebih tinggi dibandingkan dengan harga unit yang lebih awal.

Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa metode LIFO nyaris berhasil membandingkan biaya saat ini dengan pendapataan saat ini (matching current costs against current revenues).

***

Selama periode kenaikan harga-harga, metode LIFO menawarkan penghematan dalam pajak penghasilan.

Karena melaporkan jumlah laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO dan biaya rata-rata.

Pada saat inflasi dua digit tahun 1970-an di AS, banyak perusahaan beralih dari metode FIFO menjadi LIFO untuk menghemat pembayaran pajak.

Tapi, persediaan akhir dalam neraca bisa berbeda dari biaya penggantian saat ini.

Dalam kasus seperti ini, Laporan Keuangan biasanya memasukkan catatan yang menyebutkan selisih yang diperkirakan antara persediaan LIFO dan persediaan FIFO.

Dan perlu disadari bahwa pada saat deflasi, atau secara umum terjadi penurunan harga-harga, maka pengaruhnya sebaliknya.

( Baca juga : Tutorial  Menghitung HPP Usaha Jus Buah (Tutorial + Case Study)

 

04: Metode Penilaian Persediaan Biaya Rata-rata

A: Pengertian Metode Biaya Rata-rata

Apa iti metode biaya rata-rata?

Metode biaya rata-rata disebut juga dengan metode biaya rata-rata tertimbang (weighted average method).

Ketika metode ini digunakan biaya dipadankan terhadap pendapatan sesuai dengan rata-rata biaya unit yang terjual.

Biaya unit rata-rata tertimbang yang sama digunakan dalam menghitung biaya persediaan pada akhir periode.

Untuk perusahaan yang memiliki barang penjualan yang terdiri dari berbagai pembelian unit yang identik, penerapan metode biaya rata-rata hampir menyerupai arus fisik barang.

Biaya unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya unit setiap barang yang tersedia untuk dijual selama periode tertentu dengan jumlah unit barang terkait.

Dengan menggunakan data biaya yang sama dengan contoh metode FIFO dan LIFO, biaya rata-rata 280 unit adalah sebesar Rp 21.000, dan biaya 150 unit dalam persediaan akhir, dihitung sebagai berikut :

Biaya unit rata-rata : Rp 5. 880.000 /280 unit = Rp 21.000
Persediaan 31 Januari 2018, 150 unit dengan biaya Rp 21.000 per unit = Rp 3.150.000

Mengurangi biaya persediaan per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.150.000  dari biaya barang tersedia untuk dijual sebesar Rp 5.880.000 akan menghasilkan harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 2.730.000, seperti ditunjukkan berikut ini :

(a). Persediaan awal = Rp 2.000.000

(b) Pembelian = Rp 3.8880.000

(c). Biaya barang untuk dijual : (a) + (b) = Rp 5.880.000

(d). Persediaan akhir = Rp 3.150.000

(e). HPP : (c) – (d) = Rp 2.730.000

 

B: Penggunaan Metode Penilaian Persediaan Biaya Rata – rata

Metode biaya rata-rata adalah hasil kompromi antara metode FIFO dan LIFO. Pengaruh kecenderungan harga diambil rata-ratanya dalam menghitung HPP (Harga Pokok Penjualan) dan persediaan akhir.

Untuk serangkaian pembeliaan, biaya rata-rata akan tetap sama, tanpa memperhatikan arah kecenderungan harga.

Sebagai contoh, urutan biaya unit yang secara keseluruhan dibalik dengan biaya unit seperti disajikan dalam contoh di atas, tidak akan berpengaruh terhadap harga pokok penjualan (HPP), laba kotor atau persediaan akhir yang dilaporkan.

***

Untuk me-refresh kembali, sekarang ada satu contoh lagi perhitungan biaya persediaan.

Perhatikan contoh soal dan jawaban persediaan berikut ini:

Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual selama tahun berjalan adalah sebagai berikut :

Biaya Rata-rata
Metode biaya rata-rata

Terdapat 16 unit barang dalam penghitungan fisik persediaan per 31 Desember. Menggunakan sistem periodik dalam menentukan persediaan.

Hitunglah biaya persediaan menggunakan : 1) metode FIFO, 2) Metode LIFO, dan 3) Metode biaya rata-rata.

Jawaban :

#1. Metode FIFO

= 16 unit X Rp 62.000 = Rp 992.000

#2. Metode LIFO

= (6 unit X Rp 50.000) + (10 unit X Rp. 55.000)
= Rp 850.000

#3. Metode Biaya Rata-rata

= Rp 2.310.000 / 40 = Rp 57.750
= 16 unit X Rp. 57.750 = Rp 924.000

 

05: Contoh Soal Persediaan Metode Perpetual dan Periodik/Fisik

contoh soal persediaan

Untuk membantu memudahkan dalam memahami berbagai persoalan tentang pengelolaan inventory, perhatikan beberapa contoh kasus soal beserta jawaban penyelesaiannya berikut ini:

A: Contoh soal dan jawaban persediaan metode perpetual FIFO

Untuk membantu memudahkan dalam memahami materi ini, perhatikan beberapa contoh soal manajemen persediaan dan jawabannya berikut ini:

1: Contoh soal persediaan metode perpetual FIFO

(a). Contoh soal transaksi persediaan barang dagang metode FIFO

Sebuah perusahaan dagang yang mendistribusikan sembako dan kelontong ke berbagai pelosok tanah air memiliki data-data pembelian dan penjualan produknya selama periode Mei 202x sebagai berikut:

  • Persediaan tanggal 1 Mei 202x sebanyak 100 unit dengan harga Rp 21.200
  • Tanggal 10 Mei 202x, perusahaan menjual barang 75 unit
  • Sebagai antisipasi peningkatan penjualan, tanggal 20 Mei, perusahaan menambah pasokan sebanyak 125 unit dengan harga Rp 22.300
  • Pada tanggal 27 Mei 202x, salah satu agen penjualan mengambil barang sebanyak 100 unit.

Perusahaan distributor ini menerapkan metode perpetual fifo untuk mengelola pencatatan persediaan barang. Berdasarkan data-data tersebut di atas, hitunglah persediaan barang akhir periode.

Pembahasan dan jawaban:

= 75 unit x Rp 22.300
= Rp 1.115.000

 

(b). Contoh soal menghitung harga pokok persediaan FIFO

Toko Hasil Usaha Jaya menjual aneka produk viral dan digandrungi generasi milenial. Salah satu karyawan departemen finance and accounting diberi tugas untuk menghitung HPP.

Karyawan tersebut segera bertindak dengan cekatan mengambil data-data dari kartu persediaan periode April 2022, dan hasil pengumpulan adalah seperti berikut ini:

  • Persediaan awal per 1 April 2022 sebanyak 47 unit biaya Rp 37.500 per unit.
  • Penjualan tanggal 15 April 2022 adalah 40 unit
  • Karena persediaan barang sudah menipis, Toko Hasil Usaha Jaya membeli 75 unit dengan biaya per unit Rp 36.500
  • Tanggal 28 April 2022 ada penjualan sebanyak 50 unit.

Pertanyaan:

Bila perusahaan menerapkan sistem perpetual fifo, Berapakah harga pokok penjualan tanggal 28 April 2022?

Jawaban:

Harga pokok penjualan (HPP) per tanggal 28 April 2022:

(a). Tujuh unit barang dengan harga Rp 37.500 = Rp 262.500
(b). Empat puluh tiga unit dengan harga Rp 36.500 = Rp 1.569.500
(c). Total : (a) + (b)
= Rp 262.500 + Rp 1.569.500
= Rp 1.832.000

 

(c). Contoh soal sistem pencatatan persediaan perpetual FIFO

Bagaimana prosedur pencatatan persediaan menggunakan metode fisik fifo ketika perusahaan melakukan pembelian 65 unit produk seharga Rp 40.000 setiap unit dan menjual 15 unit produk senilai Rp 675.000?

Jawaban:

1: Pencatatan pembelian barang

(Debit) Persediaan Barang Dagangan … Rp 2.600.000
(Kredit) Kas …. Rp 2.600.000

2: Pencatatan penjualan barang

(Debit) Kas …. Rp 675.000
(Kredit) Penjualan … Rp 675.000

(Debit) Harga Pokok Penjualan … Rp 675.000
(Kredit) Persediaan Barang Dagangan … Rp 675.000

 

2: Contoh soal persediaan metode periodik/fisik LIFO

(a). Contoh soal perhitungan persediaan akhir periode metode fisik LIFO

PT Pinang Raya adalah perusahaan dagang yang menjual aneka produk hasil pengolahan hasil pertanian dan perkebunan, dari data-data barang yang tersedia untuk dijual selama periode tertentu adalah sebagai berikut:

  • Tanggal 1 Februari 2022, jumlah persediaan 65 unit dengan harga per unit Rp 10.000.
  • Perusahaan menambah stock barang dengan membeli sebanyak 40 unit biaya per unit Rp 11.000 pada 14 Februari 2022.
  • Pada tanggal 26 Februari 2022, PT Pinang Raya melakukan pembelian lagi sebanyak 20 unit dengan harga per unit Rp 12.000.

Pertanyaan:

1: Berapa barang tersedia untuk dijual?

2: Berapa biaya persediaan dihitung menggunakan metode LIFO, jika hasil perhitungan fisik persediaan per 28 Februari 2022 sebesar 70 unit?

Jawaban:

1: Perhitungan jumlah barang yang tersedia untuk dijual

Jumlah unit:

= 65 unit + 40 unit + 20 unit
= 125 unit

Jumlah biaya barang:

= [(65 unit x  Rp 10.000) + (40 unit x Rp 11.000) + (20 unit x Rp 12.000)]
= Rp 650.000 + Rp 440.000 + Rp 240.000 = Rp 1.330.000

2: Biaya persediaan

= (65 unit x Rp 10.000) + (5 unit x Rp 11.000)
= Rp 650.000 + Rp 55.000 = Rp 705.000

 

(b). Contoh soal harga pokok persediaan sistem periodik/fisik LIFO

PT Siwalan Makmur Utama menjual produk-produk kebutuhan rumah tangga secara retail maupun grosir. Perusahaan menggunakan sistem pencatatan periodik metode lifo untuk mengelola persediaan barang. Berikut ini data-data mutasi persediaan pada bulan Mei 2022:

1: Persediaan awal barang tanggal 1 Mei 2022 adalah sebanyak 293 unit dengan harga per unit Rp 60.000

2: Pada tanggal 09 Mei 2022,  PT Siwalan Makmur Utama membeli barang dari supplier sebanyak 550 unit dengan biaya per unit Rp 70.000

3: Pada akhir periode Mei 2022, perusahaan menambah persediaan barang sebanyak 425 unit seharga Rp 68.000

Pertanyaan:

Berapa harga pokok penjualan (HPP) barang per 31 Mei 2022, jika di akhir periode tersedia barang fisik sejumlah 500 unit?

Jawaban penyelesaian soal:

Rumus perhitungan harga pokok penjualan (HPP):

= Biaya Barang Tersedia untuk Dijual – Biaya Persediaan 31 Mei 2022

(a). Menghitung biaya barang tersedia untuk dijual di bulan Mei 2022:

= Persediaan awal, 1 Mei + Pembelian
= (293 unit x  Rp 60.000) + [(550 unit x Rp 70.000) + (425 unit x Rp 68.000)] = Rp 84.980.000

(b). Menghitung biaya persediaan per 31 Mei 2022:

= Persediaan awal + nilai kebutuhan dari pembelian pertama
= (293 unit x Rp 60.000) + (353 unit x Rp 70.000) = Rp 41.590.000

Jadi, harga pokok penjualan barang per 31 Mei 2022 adalah:

= Rp 84.980.000 – Rp 41.590.000
= Rp 43.390.000

 

(c). Contoh soal pencatatan persediaan dengan metode periodik/fisik LIFO

Toko Sidomulyo Joyo adalah retailer yang menyediakan barang kebutuhan budidaya ikan gurami, lele, dan gabus. Sebagai persiapan menjelang musim budidaya, Toko Sidomulyo Joyo menambah pasokan persediaan barang. Medio April 2022, Toko Sidomulyo Joyo melakukan pembelian barang senilai Rp 7.600.500.

Pertanyaan dan soal:

Bagaimana prosedur pencatatan jurnal akuntansi pembelian barang yang dilakukan oleh Toko Sidomulyo Joyo, jika perusahaan menganut sistem fisik lifo?

Jawaban:

[Debit] Pembelian … Rp 7.600.500
[Kredit] Kas Bank ………. Rp 7.600.500

 

B: Contoh soal persediaan FIFO, LIFO, Biaya Rata-rata dan Jawabannya

1: Contoh soal persediaan metode perpetual FIFO dan LIFO

PT Ceger Bestari Jaya menjual barang-barang keperluan perkebunan kelapa sawit dan pengolahan CPO. Berikut ini data pergerakan persediaan salah satu produknya pada bulan Januari 2022:

1: Persediaan awal, 1 Januari 2022, sebanyak 245 unit dengan harga Rp 15.000/unit

2: Tanggal 3 Januari, barang terjual sejumlah 200 unit

3: Tanggal 10 Januari, perusahaan melakukan pembelian sebanyak 120 unit seharga Rp 16.000/unit

4: Pada tanggal 21 Januari 2022, perusahaan menjual barang sejumlah 110 unit.

Pertanyaan:

Hitunglah persediaan barang per 31 Januari 2022, jika perusahaan menerapkan sistem perpetual FIFO dan LIFO?

Pembahasan dan jawaban:

1: Nilai persediaan 31 Januari 2022, perpetual FIFO (First In First Out)

= 55 unit x Rp 16.000
= Rp 880.000

2: Nilai persediaan 31 Januari 2022, perpetual LIFO (Las In First Out)

= (45 unit x Rp 15.000) + (10 unit x Rp 16.000)
= Rp 675.000 + Rp 160.000 = Rp 835.000

 

2: Contoh soal persediaan metode periodik FIFO, LIFO dan Biaya Rata-rata

CV Sukses Mulia Selamanya adalah perusahaan dagang spare part sepeda motor. Salah satu persediaan spare part yang tersedia untuk dijual selama bulan Agustus 202x adalah sebagai berikut:

1: Satu Agustus 202x, persediaan barang 300 unit, harga Rp 120.000/unit

2: Tanggal 5 Agustus 202x, pengadaan barang 325 unit, harga Rp 121.000/unit

3: 20 Agustus 202x, pembelian barang 350 unit, harga Rp 119.000/unit

Total barang tersedia untuk dijual:

= (300 unit x Rp 120.000) + ( 325 unit x Rp 121.000) + (350 unit x Rp 119.000)
= 975 unit senilai Rp 116.975.000

Pertanyaan:

Setelah melakukan penghitungan fisik barang, ternyata jumlah persediaan per 31 Agustus 202x adalah 95 unit. Hitunglah nilai persediaan barang akhir bulan Agustus, jika perusahaan menerapkan sistem periodik FIFO, LIFO dan Biaya Rata-rata?

 

Pembahasan dan jawaban:

1: Nilai persediaan barang 31 Agustus 202x, metode periodik FIFO (First In First Out)

= 95 unit x Rp 119.000
= Rp 11.305.000

2: Nilai persediaan barang 31 Agustus 202x, sistem fisik LIFO (Last In First Out)

= 95 unit x Rp 120.000
= Rp 11.400.000

3: Nilai persediaan barang metode biaya rata-rata

Menghitung harga rata-rata per unit barang:

= Rp 116.975.000 : 975 unit
= Rp 119.974

Nilai persediaan:

= Rp 119.974 x 95
= Rp 11.397.564

 

06. Dampak Penggunaan Metode Terhadap Laba Rugi

Dari pembahasan ketiga metode di atas, arus biaya yang berbeda diasumsikan untuk masing-masing dari tiga metode alternatif biaya persediaan.

Perhatikan bahwa jika biaya unit tetap stabil, seluruh metode akan mendapatkan hasil yang sama, akan tetapi karena harga berubah-ubah, tiga metode tersebut biasanya akan menghasilkan jumlah yang berbeda untuk :

  • Harga pokok penjualan (HPP) untuk periode berjalan
  • Laba kotor dan laba bersih untuk periode tersebut
  • Persediaan akhir

Dengan menggunakan contoh, misalnya penjualan sebesar Rp 3.900.000, hasil dari perhitungan 130 unit x Rp 30.000, penggalan laporan laba rugi berikut ini menunjukkan pengaruh setiap metode saat harga naik.

metode persediaan
perbandingan metode persediaan

Perhatikan laporan laba rugi sebagian di atas, metode FIFO menghasilkan jumlah paling rendah untuk HPP (Harga Pokok Penjualan), dan jumlah paling tinggi untuk laba kotor dan laba bersih dan juga persediaan akhir.

Di satu sisi, metode penilaian persediaan LIFO menghasilkan jumlah paling tinggi untuk HPP (harga pokok penjualan), dan jumlah paling rendah untuk laba kotor dan laba bersih, dan juga persediaan akhir.

Metode penilaian persediaan biaya rata-rata menghasilkan jumlah di antara yang dihasilkan FIFO dan LIFO.

 

07. Kesimpulan

Persediaan ayau inventory adalah jenis aset yang dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam melakukan dan mendukung aktivitas sehari-hari. Keberadaanya sangat penting dalam mempengaruhi kinerja bisnis perusahaan, sehingga perlu dikelola dengan baik, benar serta akurat.

Ada beberapa metode yang bisa digunakan oleh perusahaan untuk melakukan pengelolaan persediaan, antara lain metode persediaan LIFO, FIFO dan Biaya Rata-rata.

Perlu dingat bahwa penerapan setiap metode persediaan ada konsekuensinya, oleh karena itu perusahaan harus benar-benar jeli menentukan metode persediaan yang akan dipakai, sehingga tidak merugikan di kemudian hari. Dan 3 metode tersebut sudah dijelaskan secara panjang lebar beserta contoh soal dan jawabannya.

Inilah sedikit yang bisa kami bagikan, mudah-mudahan ada guna dan manfaaynya. Bila Anda merasa mendapat manfaat dari artikel ini silahkan share dengan yang lain. Apabila Anda ingin mengutip artikel ini silahkan, dan mohon sebutkan dan sertakan link sumbernya. Thanks.

Manajemen Keuangan Profil

Profesional lulusan ekonomi yang menekuni ERP (SAP), Accounting Software, Business Analyst dan berbagi pengalaman pekerjaan Finance & Accounting.