Cara Menghitung Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

Pengolahan bahan baku dalam proses produksi dapat menghasilkan dua jenis produk atau lebih, berupa produk utama dan produk sampingan. Misalnya produk sampingan kelapa sawit berupa Palm Oil Mills Effluent (POME), Palm Kernel Meal (PKM) dan cangkang sawit.

Produk sampingan perusahaan penggilingan padi adalah menir, bekatul, dan dedak. Produk sampingan ayam pedaging berupa pupuk berasal dari titik-titik ayam. Perusahaan minyak mengolah minyak mentah menjadi bensin, oli, dan produk dari minyak yang lain. Lalu, bagaimana cara menghitung harga pokok produk bersama dan sampingan tersebut? Ayo ikuti pembahasannya beserta contoh aplikasi dalam kehidupan sehari-hari berikut ini.

Produk Bersama dan Produk Gabungan

A: Pengertian Produk Bersama dan Produk Gabungan

Definisi produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan.

Nilai jual (kuantitas kali harga jual per satuan) masing-masing produk bersama ini realtif sama. Sehingga tidak ada di antara produk-produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama ataupun sampingan.

Definisi produk gabungan adalah dua produk atau lebih yang diproduksi pada waktu yang bersamaan, tapi tidak dari aktivitas pengolahan yang sama atau tidak berasal dari bahan baku yang sama.

Perhatikan contoh produk gabungan berikut ini:

Dalam perusahaan penggergajian kayu, pada saat yang sama, dari proses penggergajian dapat dihasilkan papan kayu kualitas nomor 1, kualitas nomor 2 dan sebagainya. Bahan baku dari papan kayu yang dihasilkan tersebut berasal dari batang kayu yang berbeda.

B: Karakteristik Produk Bersama dan Produk Gabungan

Produk bersama dan produk gabungan memiliki karakteristik sebagai berikut:

  1. Produk bersama dan produk gabungan adalah tujuan utama aktivitas produksi.
  2. Harga jual produk bersama atau produk gabungan relatif tinggi bila dibandingkan dengan produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
  3. Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat menghindarkan diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia ingin memproduksi hanya salah satu di antara produk bersama tersebut. Sebagai contoh, dalam perusahaan dagang kalengan, setiap kali penyembelihan sapi, akan diperoleh daging, kulit, dan lemak. Jadi, kalau produsen hanya ingin mengolah daging saja, tidak bisa tidak, ia harus memanfaatkan kulitnya, misalnya dibuat makanan (krupuk rambak) atau dijual dalam bentuk kulit.

C: Pengertian Biaya Bersama dan Biaya Bergabung

Pengertian biaya bersama adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai macam produk yang dapat berupa produk bersama (joint product), produk sampingan (by-product) dan produk gabungan (co-product).

Lalu, apa yang dimaksud biaya bergabung?

Pengertian biaya begabung adalah biaya-biaya untuk memproduksi dua atau lebih produk yang terpisah (tidak diolah bersama) dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan.

Apa perbedaan antara biaya bersama dan bergabung? Perbedaan biaya bersama dan biaya bergabung adalah sebagai berikut:

A: Biaya Bersama

  • Biaya bersama tidak dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai macam produk yang dihasilkan.
  • Biaya bersama meliputi biaya bahan baku, biaya overhead pabrik dan biaya tenaga kerja langsung.
  • Dalam alokasi biaya bersama, dasar yang dipakai untuk alokasi tidak menggambarkan aliran biaya bersama tersebut ke dalam produk.

B: Biaya Bergabung

  • Biaya (cost) bergabung dapat diikuti jejak alirannya ke berbagai produk yang terpisah tersebut atas dasar sebab akibat, atau dengan cara menelusuri jejak penggunaan fasilitas.
  • Biaya bergabung tidak meliputi biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
  • Ditinjau dari sudut alokasinya, dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya bergabung harus menggambarkan aliran biaya tersebut dalam proses produksi atau pada produk.

D: Akuntansi Biaya Bersama

Perusahaan yang menghasilkan produk bersama pada umumnya menghadapi masalah pemasaran produknya.

Karena masing-masing produk mempunyai masalah pemasaran dan harga jual yang berbeda-beda.

Manajemen perusahaan biasanya ingin mengetahui besarnya kontribusi masing-masing produk bersama tersebut tergadap seluruh penghasilan perusahaan.

Karena dengan demikian mereka akan mengetahui dari beberapa macam produk bersama tersebut, jenis produk yang menguntungkan atau jenis produk yang perlu didorong pemasarannya.

Untuk itu, adalah perlu mengetahui seteliti mungkin bagian dari seluruh biaya produksi yang dibebankan kepada masing-masing produk bersama, sehingga masalah pokok akuntansi biaya harga pokok bersama adalah penentuan proporsi total biaya produksi yang dikeluarkan.

Sejak bahan baku diolah sampai dengan saat produk-produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya bersama dapat dialokasikan pada tiap-tiap produk bersama dengan menggunakan salah satu dari empat metode berikut ini:

1: Metode Nilai Jual Relatif

Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama pada produk bersama. Dasar pikiran metode nilai jual realtif adalah harga jual suatu produk merupakan perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut.

Jika salah satu produk terjual lebih tinggi daripada produk yang lain, hal ini karena biaya yang dikeluarkan untuk produk tersebut lebih banyak bila dibandingkan dengan produk yang lain.

Oleh karena itu, menurut metode nilai jual relatif adalah cara yang logis untuk mengalokasikan biaya bersama adalah berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing produk bersama yang dihasilkan.

2: Metode Satuan Fisik

Metode satuan fisik mencoba menentukan harga pokok produk bersama sesuai dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode satuan fisik biaya bersama dialokasikan pada produk atas dasar koefesien fisik, yaitu kuantitas bahan baku yang terdapat dalam masing-masing produk.

Koefesien fisik ini dinyatakan dalam satuan berat, volume atau ukuran yang lain, dengan demikian, metode ini menghendaki produk bersama yang dihasilkan harus dapat diukur dengan satuan ukuran pokok yang sama.

Jika produk bersama mempunyai satuan ukuran yang berbeda, harus ditentukan koefesien ekuivalensi yang digunakan untuk mengubah berbagai satuan tersebut menjadi satuan ukuran yang sama.

3: Metode Rata-rata Biaya per Satuan

Metode rata-rata biaya persatuan hanya dapat digunakan bila produk bersama yang dihasilkan diukur dalam satuan yang sama.

Pada umumnya metode ini digunakan oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk yang sama dari satu proses bersama tapi mutunya berlainan. Dalam metode ini, harga pokok masing-masing produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi.

Jalan pikiran yang mendasari pemakaian metode ini adalah karena semua produk dihasilkan dari proses yang sama, maka tidak mungkin biaya untuk memproduksi satu satuan produk berbeda satu sama lain.

4: Metode Rata-rata Tertimbang

Jika dalam metode rata-rata biayaper satuan dasar yang dipakai dalam mengalokasikan biaya bersama adalah kuantitas produksi. Maka dalam metode rata-rata tertimbang, kuantitas produksi ini dikalikan dulu dengan angka penimbang dan hasil kalinya baru digunakan sebagai dasar alokasi.

Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap produk didasarkan pada:

  1. jumlah bahan yang dipakai
  2. sulitnya pembuatan produk
  3. waktu yang dikonsumsi
  4. pembedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang dihasilkan.

Jika yang dipakai sebagai angka penimbang adalah harga jual produk, maka metode alokasinya disebut metode nilai jual relatif.

E:  Biaya Bersama dan Keputusam Manajemen

Dari apa yang telah diurakan di atas mengenai berbagai metode alokasi biaya bersama pada berbagai macam produk. Jelas tampak bahwa dasar yang dipakai untuk alokasi tidak menggambarkan aliran biaya bersama tersebut ke tiap jenis produk.

Oleh karena itu perlu diperhatikan bahwa tujuan alokasi biaya bersama adalah untuk perhitungan laba. Tujuannya adalah agar dapat diketahui berapa kontribusi masing-masing produk bersama terhadap seluruh laba yang diperoleh perusahaan.

Harga pokok tiap-tiap produk bersama yang diperoleh dari proses alokasi tidak bermanfaat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan, bahkan terkadang bisa menyesatkan.

F: Contoh Perhitungan Harga Pokok Produk Bersama

Perhatikan contoh perhitungan harga pokok produk bersama berikut ini:

Perusahaan XYZ misalnya memproduksi dua jenis produk A dan B, dari satu proses produksi. Biaya bersama sebesar Rp 375.000 telah dialokasikan pada produk A dan B dengan metode rata-rata biaya per satuan seperti tabel berikut ini:

produk sampingan akuntansi biaya
Tabel: Alokasi Biaya Bersama dengan Metode Rata-rata Biaya Satuan

Jika semua produk yang dihasilkan tersebut terjual habis dengan harga:

  • Produk A = Rp 16.50 per kg
  • Produk B = Rp 14.50 per kg

Maka perhitungan laba rugi akan tampak seperti berikut ini:

produk sampingan dan produk gabungan
Tabel: Perhitungan Laba Produk Bersama

Analisis Hasil Perhitungan

Bila pihak manajemen perusahaan membaca perhitungan tersebut di atas dan salah dalam melakukan analisis, maka ia akan beranggapan bahwa produk B mengakibatkan kerugian Rp 5.000 tidak usah dilanjutkan produksinya. Padahal dalam pengolahan produk bersama, pada umumnya salah satu jenis produk tidak dapat dihindari produksinya.

Jadi misalnya, karena produk B mengakibatkan rugi Rp 5.000, dan kemudian tidak usah dijual, maka kerugian perusahaan tersebut menjadi sebesar:

= Rp 247.500 – Rp 375.000
= Rp 27.500

Karena proses produksi tetap menghasilkan jenis produk B. Seharusnya dalam hal ini manajemen melihat berapa kontribusi produk B dalam menghasilkan laba perusahaan.

Produk B memberikan kontribusi Rp 145.000 pada laba perusahaan, sehingga total biaya bersama Rp 375.000 dapat ditutup dan menghasilkan laba perusahaan secara keseluruhan sebesar Rp 17.500.

G: Hasil Keputusan Produksi

Harga pokok per satuan produk bersama juga tidak dapat dipakai sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam merumuskan apakah salah satu produk bersama tersebut perlu diolah lebih lanjut atau tidak.

Misalkan dari contoh perhitungan harga pokok produk bersama di atas, produk B dapat diolah lebih lanjut menjadi produk C dengan biaya tambahan sebesar Rp 3 per kg dan laku dijual dengan harga Rp 17,75 per kg.

Dalam pengambilan keputusan semacam ini informasi yang relevan hanyalah tambahan penghasilan dan tambahan biaya saja.

Jika manajemen membandingkan harga jual dan biaya per kg, maka akan diperoleh rugi sebesar Rp 0,25 per kg dari pengolahan lebih lanjut produk B tersebut, yaitu:

= Rp 17,75 – Rp 18
= Rp 0,25

Hal ini keliru, karena sebenarnya informasi yang relevan dalam hal ini adalah tambahan penghasilan dan tambahan biaya akibat pengolahan lebih lanjut produk B tersebut. Ternyata tambahan pendapatan lebih besar bila dibandingkan dengan tambahan biaya, yaitu:

= Rp 3,25 – Rp 3
= Rp 0,25

Menurut perhitungan terakhir ini, maka produk B dapat diolah lebih lanjut menjadi produk C. Tentu saja hal ini hanya merupakan salah satu pertimbangan.

Keputusan apakah suatu produk diolah lebih lanjut atau tidak ditentukan juga oleh pertimbangan-pertimbangan lain. Misalnya perusahaan tidak ingin memperluas usahanya ke arah pengolahan lebih lanjut produknya, karena tidak tersedianya tenaga kerja atau karena sulitnya memperoleh bahan baku tambahan.

Manajemen Keuangan Profil

Profesional lulusan ekonomi yang menekuni ERP (SAP), Accounting Software, Business Analyst dan berbagi pengalaman pekerjaan Finance & Accounting.