Prosedur Akuntansi Sistem Biaya Taksiran
A: Prosedur Pencatatan Akuntansi Sistem Biaya Taksiran
Dalam sistem biaya taksiran, rekening Barang Dalam Proses didebit dengan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi dan dikredit sebesar hasil kali jumlah produk selesai dan produk dalam proses dengan biaya taksiran per satuan.
Karena harga pokok produk jadi yang masuk gudang dihargai dengan biaya taksiran, maka pada saat dijual, harga pokok penjualannya adalah sebesar hasil kali jumlah produk yang dijual dengan biaya taksiran per satuan.
Selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya dihitung dengan cara mecari saldo rekening Barang Dalam Proses, dan dipindahkan ke rekening Selisih.
Mari kita bahas prosedur pencatatan pada tiap komponen biaya taksiran dalam biaya produksi…
B: Prosedur Pencatatan Biaya Bahan Baku
Prosedur
Jika metode mutasi persediaan dipakai, maka pembelian bahan baku dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
[Debit] Persediaan Bahan Baku Rp xxx
[Kredit] Uang Dagang Rp xxx
Atas dasar bukti permintaan barang, dicatat pemakaian bahan baku dalam kartu persediaan.
Jurnal pemakaian bahan baku adalah sebagai berikut:
[Debit] Barang Dalam Proses Rp xxx
[Kredit] Persediaan Bahan Baku Rp xxx
Dalam hal rekening Barang dalam Proses didebit sebesar biaya bahan baku sesungguhnya.
***
Jika metode persediaan fisik (physical inventory method) digunakan, pembelian bahan baku dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
[Debit] Pembelian Rp xxx
[Kredit] Utang Dagang Rp xxx
Pemakaian bahan baku tidak dicatat dalam kartu persediaan. Pada akhir periode tertentu, diadakan penghitungan fisik persediaan yang masih ada di gudang. Biaya bahan baku selama periode tertentu dihitung sebagai berikut:
- Harga Pokok Persediaan bahan baku pada awal periode = Rp xxx
- Pembelian = Rp xxx
- Biaya bahan baku yang tersedia untuk produksi = (a) – (b)
- Harga pokok persediaan bahan baku pada akhir periode = Rp xxx
- Biaya bahan baku selama periode = (c) – (d)
Metode Persediaan Fisik
Dalam metode persediaan fisik, jurnal untuk mencatat biaya bahan baku selama periode tertentu adalah sebagai berikut:
#1: Untuk menutup harga pokok persediaan bahan baku awal periode
[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp xxx
(Kredit) Persediaan Bahan Baku Rp xxx
#2: Untuk menutup rekening Pembelian
[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp xxx
[Kredit] Pembelian Rp xxx
#3: Untuk mencatat harga pokok persediaan bahan baku akhir periode
[Debit] Persediaan Bahan Baku Rp xxx
[Kredit] Barang Dalam Proses Rp xxx
C: Prosedur Pencatatan Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja yang meliputi upah, biaya kesejahteraan karyawan, dan biaya lain-lain untuk karyawan yang sesungguhnya terjadi dalam suatu periode dijurnal sebagai berikut:
[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp xxx
[Dr] Biaya Administrasi dan Umum Rp xxx
[Debit] Biaya Pemasaran Rp xxx
[Kredit] Gaji dan Upah Rp xxx
D: Prosedur Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
Pada sistem biaya taksiran, biaya overhead pabrik dicatat dengan menggunakan salah satu metode berikut ini:
Metode #1:
Rekening Barang Dalam Proses didebit dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dalam periode tertentu. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut:
[Debit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
[Kredit] Persediaan Suku Cadang Rp xxx
[Cr] Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Rp xxx
[Kredit] Kas Rp xxx
Pada akhir periode, biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi selama periode tertentu dibebankan kepada produk dengan jurnal sebagai berikut:
[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xx
[Kredit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
Metode #2:
Rekening Barang Dalam Proses didebit dengan biaya overhead pabrik atas dasar tarif yang ditentukan di muka. Jurnal pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai berikut:
[Debit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
[Kredit] Persediaan Suku Cadang Rp xxx
[Cr Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Rp xxx
[Kredit] Kas Rp xxx
Jurnal pencatatan pembebanan biaya overhead pabrik pada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka adalah sebagai berikut:
[Debit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xxx
[Kredit] Biaya Overhead yang Dibebankan Rp xxx
—
Pada akhir periode, biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk atas dasar tarif dipertemukan dengan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.
Dengan cara menutup rekening Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan ke dalam rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.
Jurnal penutupan-nya adalah sebagai berikut:
[Debit] Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan Rp xxx
[Kredit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx
E: Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi dan Produk Dalam Proses
Harga pokok produk jadi dihitung dengan cara mengalikan kuantitas produk jadi yang dihasilkan selama satu periode dengan biaya taksiran per satuan produk.
Harga pokok produk yang masih dalam proses pada akhir periode dihitung dengan cara mengalikan unit ekuivalensinya dengan biaya taksiran per satuan produk.
Jurnal pencatatan harga pokok produk jadi dan produk yang masih dalam proses pada akhir periode adalah sebagai berikut:
[Debit] Persediaan Produk Jadi Rp xxx
[Debit] Persediaan Produk Dalam Proses Rp xxx
[Kredit] Biaya Bahan Baku – BDP Rp xxx
[Cr] BDP – Biaya Tenaga kerja Rp xxx
[Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp xxx
F: Prosedur Pencatatan Harga Pokok Produk yang Dijual
Harga pokok penjualan dihitung dengan cara mengalikan jumlah produk yang terjual dengan biaya taksiran per satuan produk. Jurnal pencatatan harga pokok produk yang dijual adalah sebagai berikut:
[Debit] Harga Pokok Penjualan Rp xxx
[Kredit] Persediaan Produk Jadi Rp xxx
G: Prosedur Pencatatan Selisih Biaya Taksiran dan Biaya Aktual
Penentuan selisih biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya tergantung pada metode penentuan biaya overhead pabrik.
Jika pencatatan biaya overhead pabrik memakai metode #1, maka selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya dihitung dengan cara mencari saldo rekening barang dalam proses. Selisih tersebut ditransfer ke rekening Selisih dengan jurnal sebagai berikut:
[Debit] Selisih Rp xxx
[Kredit] BDP – Biaya Bahan Baku Rp xxx
[Cr] Biaya Tenaga Kerja Dalam Proses Produksi Rp xxx
[Kredit] BDP – Biaya Overhead Pabrik Rp xxx
Note:
Untuk mencatat selisih rugi, yaitu biaya sesungguhnya lebih tinggi dari biaya taksiran.
Pencatatan
Jika pencatatan biaya overhead pabrik memakai metode #2, maka selisih antara biaya taksiran dengan biaya sesungguhnya diihitung dengan cara sebagai berikut:
- Menghitung saldo rekening Barang Dalam Proses
- Menghitung saldo rekening Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya .
Selisih tersebut ditransfer ke rekening Selisih dengan 2 (dua ) jurnal sebagai berikut:
Jurnal #1:
Untuk mencattat selisih rugi, yaitu jumlah pendebitan rekening Barang Dalam Proses lebih tinggi dari jumlah pengkreditannya.
[Debit] Selisih Rp xxx
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Baku Rp xxx
[Cr] BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp xxx
[Kredit] Barang Dalam Proses – Biaya Overhead Pabrik Rp xxx
Jurnal #2:
Untuk mencatat selisih rugi, yaitu biaya overhead pabrik sesungguhnya lebih tinggi dari yang dibebankan atas dasar tarif.
[Debit] Selisih Rp xxx
[Kredit] Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Rp xxx