Prosedur Akuntansi Untuk Produk Diolah Lebih Satu Departemen
A: Prosedur Penentuan Biaya Antar Bagian
Jika proses produksi melalui lebih dari satu departemen produksi, maka perlu digunakan rekening transfer untuk mencatat bunga pokok taksiran produk selesai dari manajemen pertama atau departemen lain sebelum departemen produksi terakhir.
Misalnya, produk tertentu diolah melalui departemen A dan menjadi produk jadi dan siap untuk dijual setelah selesai diolah dalam departemen B.
Produk yang selesai diolah dari departemen A, secara fisik kemudian ditransfer ke departemen B dan harga pokok taksiran produk selesai lebih dulu harus dicatat dalam rekening perantara yang disebut “Transfer Departemen A”
Rekening ini dianggap sebagai rekening persediaan yang bersifat sementara dan biaya taksiran tetap berada di dalamnya, sampai produk selesai diproses di departemen B.
B: Prosedur Akuntansi Sistem Biaya Taksiran Dua Bagian
Jka produk diolah melalui lebih dari satu departemen produksi, prosedur akuntansi dalam sistem biaya taksiran 2 departemen secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
Prosedur #1:
Untuk tiap-tiap departemen produksi harus ditentukan biaya taksiran per satuan produk.
Prosedur #2:
Untuk tiap-tiap departemen produksi dibentuk satu rekening Barang Dalam Proses. Rekening tersebut dapat dipecah lagi sesuai dengan unsur harga pokok produksi suatu produk.
Prosedur #3:
Rekening Barang Dalam Proses masing-masing departemen produksi didebit dengan biaya produksi sesungguhnya selama periode tertentu.
Dan dikredit dengan harga pokok taksiran produk jadi serta harga pokok taksiran produk dalam proses akhir periode (unit ekuivalensi dan biaya taksiran per satuan produk).
Prosedur #4:
Saldo rekening Barang Dalam Proses tiap departemen produksi adalah selisih biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran. Jumlah selisih ini ditransfer ke dalam rekening Selisih.
Perlakuan Selisih Sistem Biaya Taksiran
A: Perlakuan Akuntansi Sistem Biaya Taksiran
Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya taksiran dalam suatu periode akuntansi dapat diperlakukan sebagai berikut:
Perlakuan Akuntansi #1:
Ditutup ke rekening Harga Pokok Penjualan (HPP) atau rekening Laba Rugi.
Perlakuan Akuntansi #2:
Dibagikan secara adil pada produk selesai dalam periode yang bersangkutan, yaitu dibagikan ke rekening Produk Jadi dan Harga Pokok Penjualan (HPP).
Perlakuan Akuntansi #3:
Dibagikan secara adil ke rekening-rekening sebagai berikut:
- Persediaan Barang Dalam Proses
- Persediaan Produk Jadi
- Harga Pokok Penjualan (HPP)
Perlakuan Akuntansi #3:
Membiarkan selisih-selisih tersebut tetap dalam rekening Selisih, sehingga rekening sekarang ini berfungsi sebagai deferred account.
Hal ini dilakukan karena ada kemungkinan selisih-selisih yang terjadi di antara periode akuntansi akan saling menutup (mengkompensasi).
B: Contoh Perlakuan Selisih dalam Sistem Biaya Taksiran
Dasar Pembagian Selisih
Untuk menggambarkan perlakuan terhadap selisih yang terjadi, berikut ini diberikan contoh pembagian selisih ke dalam rekening-rekening Barang Dalam Proses, Persediaan Produk Jadi, dan Harga Pokok Penjualan (HPP).
Dasar pembagian selisih dapat berupa:
- Perbandingan kuantitas persediaan produk dalam proses, persediaan produk jadi, dan produk yang terjual. Kuantitas ini dinyatakan dalam unit ekuivalensi.
- Perbandingan harga pokok persediaan produk dalam proses, harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang terjual
Contoh Perlakuan Selisih
Berikut ini diberikan contoh perlakuan terhadap selisih dengan memakai dua jenis dasar pembagian tersebut:
A: Jenis dasar pembagian #1
Pembagian atas dasar kuantitas persediaan produk dalam proses, persediaan produk jadi dan kuantitas produk yang terjual dengan menggunakan contoh data yang diambil dari PT FinTechnology di atas.
Dari contoh tersebut saldo debit rekening Selisih berjumlah sebagai berikut:
= Rp 35.500 – Rp 15.000
= Rp 20.000
Note:
- Selsih biaya bahan baku = Rp 10.000
- Perbedaan selisih biaya tenaga kerja = Rp 7.000
- Selisih biaya overhead pabrik = Rp 3.000
Data produksi bulan Januari 2020 tersebut adalah sebagai berikut:
- Persediaan produk dalam proses awal = 3.000 kg
- Jumlah produk yang dimasukkan dalam proses bulan Januari 2020 = 35.000 kg
- Jumlah produk selesai = 35.500 kg
- Persediaan produk dalam proses akhir = 2.500 kg
- Total: (a)+(b)+(c)+(d) = 38.000 kg
***
Jumlah produk selesai sebanyak 35.500 kg tersebut terdiri dari 3.000 kg produk pada awal periode masih dalam proses, sedangkan 32.500 kg sisanya berasal dari produk yang dimasukkan dalam proses pada bulan Januari 2020.
Jumlah produk selesai sebanyak 35.500 kg tersebut, 35.000 kg telah laku dijual, sehingga pada akhir bulan terdapat persediaan produk jadi sebanyak 500 kg.
Tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses akhir sebanyak 2.500 kg adalah 100% biaya bahan baku dan 20% biaya konversi, sehingga unit ekuivalensi untuk biaya bahan baku dan biaya konversi berturut-turut adalah 2.500 kg dan 500 kg (20% x 2.500 kg).
***
Pembagian selisih ke dalam rekening-rekening Persediaan Dlm Proses, Persediaan Produk Jadi, dan Harga Pokok Penjualan (HPP) di lakukan dalam dua tahap sebagai berikut:
Tahap #1:
Membagikan selisih-selisih ke dalam rekening Produk Selesai, dan Persediaan Produk Dlm Proses atas dasar data-data berikut ini:
Tahap #2:
Membagikan jumlah selisih yang dialokasikan ke produk selesai tersebut di atas pada rekening-rekening produk jadi dan harga pokok penjualan (HPP) atas dasar jumlah unit sebagai berikut:
- Persediaan produk jadi = 500 kg
- Harga pokok penjualan = 35.000 kg
- Total = 500 kg + 35.000 kg = 35.500 kg