Perjalanan Menakjubkan Teh Botol Sosro: Dari Slawi hingga Menjadi Brand Dunia!

Teh Botol Sosro adalah teh siap minum dalam kemasan yang diambil dari nama keluarga sang penemu “Sosrodjojo” yang dikombinasikan dengan “Cap Botol”.

Saat ini, Sosro memiliki berbagai jenis produk dan kemasan mulai dari teh bubuk, teh celup, teh melati siap minum, teh kotak, hingga teh siap minum dengan rasa buah-buahan. Teh Botol Sosro adalah pionir dan pemimpin pasar teh dalam kemasan. Bagaimana perjalanan Sosro (Sosro Tea) bisa mewujudkan pencapaian seperti saat ini? Mari dibahas bareng-bareng apa rahasianya berikut ini.

 

01: Dari Kota Kecil, Kisah Legendaris Teh Sosro Dimulai

Teh Sosro

Bagaimana perjalanan Teh Sosro dari waktu ke waktu?

Didukung oleh sistem distribusi yang modern dan canggih, produk Sosro telah mencapai setiap sudut di Indonesia. Dan seperti perusahaan lain, kas adalah hal yang penting bagi Sosro. Tanpa kas, Sosro tidak akan mampu mengembangkan merek, mendistribusikan produk atau memberikan tingkat pengembalian kepada pemiliknya.

Bermula dari bisnis rumahan, Sosrodjojo berhasil mengembangkan usaha teh wangi hingga mealhirkan aneka merek teh ternama di daerahnya. Seperti: Teh Cap Botol, Teh Cap Poci, Teh Cap Sadel, dan Teh Cap Terompet.

Salah satu putranya, Soegiharto sudah ikut membantu usaha keluarga yang mulai bersinar. Dan ketika Sosrodjojo meninggal dunia pada tahun 1955, sang anak, Soegiharto segera menggantikannya.

Di bawah kepemimpinan Soegiharto inilah Teh Sosro berkembang pesat menjadi produsen teh terkemuka di Jawa Tengah.

 

Pengembangan usaha ke ibu kota

Ketika usaha keluarga Sosrodjojo dinilai sudah mapan pada tahun 1960-an. Soegiharto melebarkan sayapnya ke Jakarta di bantu oleh adiknya Soetjipto. Soegiharto mengusung produk andalannya, teh wangi merek Cap Botol. Rasa teh wangi ini diharapkan cocok dengan selera masyarakat Jakarta yang lebih modern dibandingkan luar Jakarta.

Langkah pertama untuk mengawali penetrasi pasar Jakarta dijalankan dengan bantuan dari tim PT Gunung Slamat (Rekso Group)

Untuk menggarap pasar Jakarta, langkah awal yang dilakukan adalah memperkenalkan teh wangi kepada konsumen.

Tim promosi mendatangi beberapa pusat keramaian, seperti pasar-pasar untuk menguji rasa dan aroma teh yang ditawarkan.

Setelah melalui berbagai cara, tim promosi mencoba memperkenalkan teh wangi dengan menempatkan teh yang sudah diseduh ke dalam botol agar banyak orang yang mencobanya. Ternyata cara dan ide ini menarik serta menginspirasi keluarha Sosrodjojo untuk menjual teh dalam botol.

Pada akhir tahun 60-an, keluarga Sosrodjojo memutuskan jualan teh siap minum di Jakarta. Dan karena merek teh wangi cap Botol sudah cukup terkenal di Jakarta. Maka mereka menggunakan merek cap Botol dengan menambahkan nama keluarga di belakangnya menjadi “Teh Cap Botol Sosrodjojo”.

Baca artikel terkait tentang Laporan Keuangan Restoran, Rumah Makan, Warteg, dan Bisnis Kuliner.

 

02: Perkembangan Merek Teh Botol Sosro 

teh kotak

A: Pertumbuhan Teh Sosro

Setiap perusahaan yang dibangun, pasti menginginkan terus bertumbuh dan berkembang sehat.

Minuman teh dalam kemasan merek “Teh Cap Botol Sosrodjojo” pun bertumbuh dan berkembang. Baik dari kemasan, bentuk botol, dan branding mereknya.

Di awal tahun 70-an, nama Sosrodjojo disngkat menjadi Sosro saja, sehingga tidak kepajangan.

Kemudian, desain logo dan jenis botol diperbarui agar tidak terlihat seperti botol-botol biasa lannya.

***

Tahun 1974, PT Sinar Sosro resmi berdiri, diikuti dengan pembukaan pabrik pertama di Cakung ( PT. Sinar Sosro Cakung, Jakarta).

Moment ini menandai dimulainya produksi Teh Botol Sosro secara masal untuk memenuhi kebutuhan konsumen di seluruh Indonesia.

Untuk menentukan mesin baru, PT Sinar Sosro turun tangan membantu perusahaan pembuat mesin dari Jerman agar sesuai dengan kebutuhannya.

Demikian juga dengan isian botol teh sebanyak 220 ml, juga hanya berdasarkan perhitungan sendiri karena belum ada contoh minuman teh dalam kemasan.

Dan ketika memasarkan produk teh botol Sosro banyak dari mereka menolak karena beranggapan bisa membuat teh sendiri di rumah.

Namun, perjuangan membuka pasar ini tidak terlalu lama. Hanya dalam waktu satu tahun, permintaan teh botol Sosro (Sosro Tea) meledak. Hampir tiap hari terjadi antrian panjang para pedagang di pabrik untuk mengambil barang.

Permintaan yang sangat tinggi ini, mungkin waktunya yang pas, yaitu ketika ekonomi Indonesia mulai booming. Dan rasanya cocok dengan lidah orang Indonesia. Sehingga, di tahun pertama, pabrik sudah kewalahan memenuhi permintaan.

 

B: Perkembangan Teh Sosro

sosro company

Dalam waktu yang singkat, teh Sosro menggurita ke mana-mana.

Tahun 1980 membangun pabrik di Gresik, Jawa Timur. Tahun 1984 di Medan, Sumatera Utara, dan seterusnya.

Pembangunan pabrik Sinar Sosro adalah terkait dengan konsep distribusi yang dikembangan saat itu. Prinsipnya adalah mendekatkan sumber produk dengan pasar, karena ongkos transportasi mahal dan agar produk sampai ke pasar tepat waktu.

Selain itu, Sinar Sosro adalah ingin memperkokoh rantai distribusi yang menjadi pilar penting kesuksesannya. Dengan membangun pabrik serta distribusi yang tepat, sulit bagi pesaing untuk menerobos barikade yang dibangunnya.

Hal ini juga terkait dengan manajemen pengelolaan botol kembalian yang sudah kosong (returnable glass bottle) di jalur distribusi. Dan juga membangun hubungan baik dengan mitra distribusinya yang dibeberapa tempat sanggup melahirkan sikap kewirausahaan para agen, sub distributor dan wholesaler.

 

03: Teh Botol Sosro Membangun Perusahaan Modern

teh botol sosro company

A: Manajemen Perusahaan

Generasi kedua Sosro sudah meletakkan dasar yang kuat, selanjutnya generasi ketiga yang mulai dipercaya pada awal tahun 90-an untuk mengembangkan Sosro (Sosro Tea)

Dalam struktur organisasi PT. Sinar Sosro, setelah menyelesaikan pendidikannya, Peter Soekianto Sosrodjojo dipercaya menjadi Presdir.

Joseph S Sosrodjoyo menjadi Direktur Marketing.

Pembagian tugas ini berlangsung sampai dengan tahun 2004, di mana Peter dipercaya menjadi Chairman dari semua kelompok usaha yang ada dalam keluarga Soegiharto (Soegiharto Sosrodjojo Family).

Joseph S. Sosrodjojo diberikan tugas untuk menggantikan Peter sebagai President Director dari PT Sinar Sosro, sedangkan adik-adiknya yang lain dipercaya untuk mengelola bisnis unit selain PT Sinar Sosro, tetapi masih dalam kelompok usaha milik Soegiharto.

 

B: Iklan dan Promosi

Dinamika pasar dan industri makanan minuman era 2000-an menuntut proses branding yang terus menerus.

Dan sejak awal, Teh Sosro sudah melakukan aktivitas branding dengan baik, yaitu saat melakukan pemerataan distribusi dan produk.

Jadi, salah satu dari branding adalah distribusi.

Iklan televisi pertama Sosro dimulai 1978-1979 yang ditayangkan pada satu-satunya TV saat itu, yaitu TVRI dengan tagline “Hari Hari Teh Botol”.

Sekitar tahun 1985, tagline iklan teh botol Sosro menjadi “Pelepas Dahaga Asli”. Tagline ini berhasil menarik banyak peminum teh baru, serta menjadikan teh botol Sosro sebagai alternatif pelepas dahaga.

Walaupun awalnya banyak konsumen yang menganggap aneh, ‘teh kok dibotolkan’ ternyata makin lama makin diterima pasar. Dan, ketika adanya larangan beriklan di TVRI, maka Sinar Sosro memfokuskan pada upaya distribusi dan penetrasi pasar.

 

04: Inovasi Produk dan Komunikasi Pasar Teh Botol Sosro

sosro tea

A: Inovasi Iklan Teh Sosro

Ketika banyak sekali pemain-pemain baru yang ingin menikmati lezatnya pasar teh dalam kemasan botol. Selain produsen lokal, perusahaan multinasional Coca-cola datang dengan Hi C, Unilever bekerjasama dengan Aqua memproduksi Lipton Tea.

Akibat banyaknya merek produk teh dalam kemasan botol, terjadi salah kaprah dalam penyebutan. Teh botol menjadi generik,

Hal itu pula yang membuat manajemen Sosro bersikap waspada walaupun sudah menjadi pionir sekaligus pemimpin pasar.

Babak baru komunikasi  Sosro dimulai lagi tahun 1994, tepat menyongsong 20 tahun kelahiran Sosro.

Setelah lama tiarap, Sosro menghubungi Matari Advertising untuk dua tujuan. Pertama, mengganti komunikasi generik botol jadi Sosro (Sosro Tea). Nama Sosro dipatenkan sebagai merek induk, sekaligus sebagai merek penguat (umbrella brand).

Tujuan kedua, meremajakan kembali target pasar teh botol Sosro yang sebelumnya sangat umum. Penggemarnya cenderung orang dewasa ke arah tua, menjadi lebih muda.

***

Maka bertepatan dengan hadirnya TV swasta di masa iklan bisa ditayangkan tahun 1994.

Teh botol Sosro menayangkan iklan tematik 20 tahun dengan eksekusi consumer promo ‘keliling dunia’ dan ‘Sabang-Merauke’.

Kemudian tahun 1995 meluncurkan tagline baru “Hari-hari Teh Sosro” untuk menghindarkan teh botol Sosro dari produk teh botol generik lainnya.

Matari Advertising mengaku sangat terkesan dengan proses kreatif yang dilaluinya ketika membangun kampanye tersebut.

Ia diberi tugas untuk membatasi laju softdrink dan menjadikan teh botol bukan hanya minuman sehari-hari anak-anak muda.

Melainkan juga minuman yang bisa diminum kapan pun.

Maka dibuatlah TVC baru dengan syair yan baru pula, berbunyi:

“Hari selalu berganti, panas dingin ku tak peduli.

Siang oke, malam pun jadi … hari-hari Teh Sosro” Yang ditayangkan tahun 1995.

***

Sampai sekarang aktivitas komunikasi Sosro terus berjalan dengan pesan komunikasi yang berbeda-beda sesuai dengan tema dan kebutuhannya.

Tapi yang pasti, upaya komunikasi Sosro selalu terintegrasi dan menyasar kepentingan memperkuat ekuitas merek.

“Kami selalu menekankan sebagai ahlinya teh. Semua upaya komunikasi kami arahkan ke sana” Kata Joseph S Sosrodjojo.

 

B: Integrasi Inovasi dan Komunikasi Pemasaran

sosro group

Di luar itu, program distribusi dan pemasaran produk juga harus saling mendukung dan menguatkan.

Seperti ketika Sosro ingin menggarap serius channel baru restoran.

Program komunikasi mengimbangi dengan kampanye:

“Apa pun makanannya, minumnya tetap teh botol Sosro”.

Kampanye itu sangat fenomenal dan menjadi buah bibir.

Perusahaan menyadari bahwa komunikasi tidak hanya melalui iklan, tapi juga melalui pencitraan dan komunikasi langsung.

Maka sejak pertengahan 1990-an, Sosoro mengizinkan kunjungan pabrik bagi masyarakat luas, mulai dari anak-anak sekolah TK hingga ibu rumah tangga.

Hal itu adalah salah satu upaya untuk memperkenalkan bahwa proses produksi berlangsung dengan:

  • amat higienis,
  • alami,
  • tanpa pengawet,
  • non-pewarna, dan
  • tanpa pemanis buatan.

Selain itu, tujuannya adalah agar konsumen bisa melihat langsung proses produksi teh hingga menjadi word of mouth.

 ***

Dan ketika bertebaran banyak minuman-minuman tidak jelas asalnya dan tidak jelas buatannya.

Sosro kembali mengingatkan tentang proses produksi melalui program komunikasinya.

Sinar Sosro mengingatkan kembali tentang proses produksi yang benar dan menjaga higienitas serta menjaga kealamian.

***

Tugas generasi ketiga pada akhirnya adalah meningkatkan engagement dengan konsumen.

Ini yang harus diperjuangkan, baik dari sisi produk, distribusi, dan komunikasi. Oleh karena itu, satu hal yang diyakini perusahaan, bahwa tidak cukup lagi komunikasi massal seperti dulu.

Cara komunikasi saat ini harus lebih cerdas melakukannya. Bila dulu berkomunikasi bisa menggunakan senapan dengan model jagoan sakti tanpa tanding berbadan kekar, seperti Rambo.

Sekarang yang diperlukan adalah sniper-sniper sejati. Sosro membutuhkan penembak jitu yang bisa membidik sasaran dengan tepat. Sosro harus fokus one on one agar bisa berkembang lebih baik lagi.

 

05: Filofofi “Niat Baik” dan “Teruji” Teh Botol Sosro

sinar sosro founders

A: Filosofi Pendiri Perusahaan

Sebagai produk heritage yang memiliki sejarah panjang dan mampu mempertahankan core values dari generasi ke generasi, keluarga Sosrodjojo meninggalkan legasi yang bukan cuma merek yang kuat, tapi juga prinsip-prinsip hidup yang diyakini dan dipegang teguh oleh anak cucu hingga saat ini.

Prinsip itu adalah “Niat Baik”.

Pendiri dan para sesepuh Sosrodjojo menyakini bahwa pada prinsipnya segala sesuatunya harus dilandasi dari niat yang tulus.

“Kalau niatnya baik, dapatnya juga baik” pesan para pendiri Sosro (Sinar Sosro founders).

Anak cucu diingatkan bahwa dalam setiap langkah, jangan ‘neko-neko’.

Setiap berhubungan dengan siapa pun harus berangkat dari rasa kekeluargaan dan saling menguntungkan.

Sikap itu mereka tanamkan dalam kebiasaan sehari-hari.

Nilai-nilai dari para leluhur Sosro itu dapat diterjemahkan dalam segala aspek kehidupan.

Nilai-nilai tersebut memudahkan ruang gerak manajemen perusahaan dan profesional dalam bersikap dan berusaha.

 

B: Filosofi Perusahaan dan Perkembangan Zaman

Ketika organisasi bertambah besar dan masuk ke era modern, perusahaan dan agen bertambah besar. Sementara masing-masing juga memiliki tenaga profesional, mereka masih memiliki ikatan yang tidak terbeli, yakni semangat kekeluargaan dan kebersamaan.

Dan “niat baik” adalah sesuatu yang menyatukan keluarga Sosro, sedangkan dalam bekerja, pendiri menularkan etos kerja yang disebut “teruji”. Sebuah akronim yang kepanjangannya adalah sebagai berikut:

TE = Tekad

Keyakinan dan kemauan keras untuk benar-benar menjalankannya.

U = Ulet

Yakni tidak mau menyerah

Kemudian J = Jeli

Artinya harus jeli melihat situasi dan kondisi, serta peluang di depan mata jangan sampai terlena.

Harus melihat situasi kondisi untuk menentukan langkah-langkah yang diperlukan ke depan untuk menangani situasi yang teruji.

Terakhir I = Iman.

Artinya agar jangan sampai goyah, konsisten dan fokus.

Filosofi dan etos kerja inilah yang melandasi sebagai dasar filosofi PT Sinar Sosro dan Induknys Rekso Group (Rekso International). Sampai sekarang filosofi dan etos kerja tersebut menjadi dasar pegangan sehari-hari.

 

06: Kesimpulan tentang Teh Sosro

Mengikuti perjalanan teh botol Sosro, tidak dapat dipungkiri bahwa inilah yang disebut salah satu aset nasional. Terlahir memiliki keunikan lokal dan orisinal, teh dalam kemasan botol, dalam perjalanannya teh botol Sosro berhasil menjadi jawara nasional dan memiliki kapasitas setara dengan global best practice.

Identitas ke-indonesiaan teh botol Sosro tidak hanya dari bahan bakunya, tapi juga proses produksi dan strategi distribusinya.

Mengikuti perjalanan merek ini, memperkenalkan kepada kita keseharian orang Indonesia minum teh. Dan yang lebih unik lagi adalah tagline-nya yang sangat Indonesia. Misalnya “pelepas dahaga”.

Hanya orang Indonesia yang mengenal kosa kata dahaga, yang berarti lebih dari haus. Tidak banyak minuman yang bisa memenuhi rasa pelepas dahaga ini.

***

Tuga generasi ketiga teh botol Sosro memang cukup berat. Mengemban merek warisan leluhur, menjaga nilai-nilai yang diwariskannya, serta mempertahankan sebagai aset nasional dibutuhkan kerja keras dan upaya tidak kenal lelah.

Joseph S Sosrodjojo mengatakan, baginya yang penting memegang teguh prinsip  4 P, yaitu:

1: P – Product

2: P – Prcing

3: P – Placement

4: P – Promotion

Dari sisi Product, teh botol Sosro siap berevolusi atau mencoba varian-varian baru tergantung pada permintaan pasar. Dari sisi pricing akan dijaga pengelolaannya, karena pricing masih sangat berperandi pasar minuman.

Kemudian, komunikasi melalui iklan dan promosi dengan menampilkan proses produksi. Menjadi 4P adalah agar tidak tertinggal atau lambat bereaksi terhadap perkembangan di pasar.

Menurut Joseph S Sosrodjojo, ancaman merek internasional ataupun pemain lokal yang go internasional sudah di depan mata.

Tapi teh botol Sosro tidak gentar, karena mereka selalu bekerja selangkah di depan. Dan informasi lengkapnya tentang perusahaan, silahkan baca di PT Sinar Sosro.

Demikian pembahasan tentang perjalanan Teh Botol Sosro (Sosro Tea).

Mudah-mudahan menginspirasi. Terima kasih.

Manajemen Keuangan Profil

Profesional lulusan ekonomi yang menekuni ERP (SAP), Accounting Software, Business Analyst dan berbagi pengalaman pekerjaan Finance & Accounting.