2: Tujuan Audit Kewajiban Jangka Pendek (Current Liability)
Audit laporan keuangan salah satunya dilakukan terhadap kewajiban jangka pendek perusahaan. Sebenarnya apa tujuan audit kewajiban ( current liability ) jangka pendek perusahaan? Ada 10 tujuan audit liabilitas, adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa apakah terdapat internal control yang baik atas liabilitas/ utang jangka pendek
Jika internal control atau prosedur audit internal atas liabilitas/utang jangka pendek disimpulkan oleh auditor cukup baik, maka ruang lingkup pemeriksaan atas liabilitas/ utang jangka pendek dapat dipersempit, dan sebaliknya jika disimpulkan lemah, maka ruang lingkup pemeriksaan harus diperluas, sehingga tujuan audit bisa disesuaikan dengan kondisi agar lebih efisien.
Tujuh ciri internal control yang baik atas liabilitas jangka pendek, antara lain:
- Adanya pemisahan tugas antara bagian pembelian, bagian penerimaan barang, bagian gudang, bagian akuntansi, dan bagian keuangan.
- Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak untuk permintaan pembelian, order pembelian, dan laporan penerimaan barang.
- Adanya sistem otorisasi untuk pembelian maupun pelunasan utang.
- Digunakan sistem tender untuk pembelian dalam jumlah yang besar.
- Dibuat buku tambahan untuk utang usaha dan setiap akhir bulan jumlah saldo utang usaha menurut buka tambahan harus dibandingkan dengan saldo utang usaha menurut jurnal umum.
- Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian harus dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam penerimaan dan order pembelian.
- Faktur pembelian dan dokumen pembelian lainnya harus dicap lunas.
2. Memeriksa utang jangka pendek di neraca laporan keuangan
Memeriksa apakah liabilitas/ utang jangka pendek yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) didukung oleh bukti-bukti yang lengkap dan berasal dari transaksi yang betul-betul terjadi.
Jika liabilitas/ utang jangka pendek merupakan utang usaha, yang berasal dari pembelian secara kredit, maka utang tersebut harus didukung oleh bukti-bukti yang lengkap, seperti :
- purchase requisition,
- purchase order,
- supplier invoice, dan
- receiving report.
Selain itu pembelian tersebut harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang, misalnya manajer pembelian, dan manajer akuntansi keuangan.
Bila liabilitas/utang jangka pendek berupa utang dividen, maka harus didukung oleh notulen rapat umum pemegang saham yang memberikan otorisasi untuk pembagian dividen.
Jika berupa kredit bank, harus didukung oleh perjanjian kredit dan notulen rapat direksi yang memberikan otorisasi untuk peminjaman uang dari bank.
Begitu juga jika berupa utang pemegang saham, harus didukung oleh perjanjian kredit, apabila ada utang pemegang saham, maka tidak boleh ada setoran modal yang belum dilunasi oleh pemegang saham.
3. Memeriksa Pencatatan Utang Jangka Pendek
Memeriksa apakah semua liabilitas/utang jangka pendek perusahaan telah tercatat pada tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Auditor harus menyakinkan diri bahwa tidak ada unrecorded liabilities. Oleh karena itu auditor harus:
- memeriksa semua perjanjian yang dibuat perusahaan dengan pihak ketiga,
- memeriksa notulen rapat direksi dan pemegang saham serta
- mengiirim konfirmasi ke penasehat hukum (legal consultant/lawyer) perusahaan.
4. Memeriksa accrued expenses
Memeriksa apakah accrued expenses jumlahnya reasonable, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Auditor harus memeriksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat perusahaan, apakah masuk akal dan konsisten dengan tahun sebelumnya, misalnya, untuk accrued traveling expenses (biaya perjalanan yang masih harus dibayar) harus diperiksa beberapa hal, antara lain:
- perjalanan ke mana,
- menggunakan alat transportasi apa,
- berapa lama perjalanannya,
- menginap di mana dan lain sebagainya.
5. Memeriksa apakah kewajiban leasing (sewa)
Jika ada, utang leasing sudah dicatat sesuai dengan standar akuntansi sewa (PSAK 30 Rev. 2007 tentang sewa)
Apabila ada utang leasing untuk pembelian mesin pabrik, maka harga perolehan mesin dan utang leasing harus dicatat sebesar nilai tunainya.
Selain itu bagian dari utang leasing yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun yang akan datang harus dicatat sebagai liabilitas jangka pendek, sedangkan yang jatuh temponya lebih dari satu tahun yang akan datang harus dicatat sebagai liabilitas jangka panjang.
7. Memeriksa Konversi Mata Uang Utang Jangka Pendek
Memeriksa apakah seandainya ada liabilitas/ utang jangka pendek dalam mata uang asing per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Jika ada, apakah sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), dan selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan pada laba rugi tahun berjalan.
Perhatikan contoh berikut:
Pada tanggal 30 November 2017 perusahaan membeli barang dagangan secara kredit dari luar negeri sebesar US $100,000. Kurs valuta asing saat itu adalah Rp 13.000 per 1 US $, sehingga utang usaha dicatat sebesar Rp. 1.300.000.000. Per tanggal 31 Desember 2017 uang tersebut masih belum dilunasi.
Dan kurs Bank Indonesia saat itu per 1 US $: beli Rp 13.100, jual Rp 13.050 berarti kurs tengah adalah 13.075 per 1 US$. Jurnal penyesuaian yang harus dibuat per 31 Desember 2017 adalah :
[Debit] Laba/Rugi selisih kurs Rp 7.500.000
[Kredit] Utang Usaha Rp 7.500.000