Prosedur Efisien Tutup Buku dalam Industri Manufaktur: Langkah-langkah dan Penggunaan Jurnal Penutup

Jurnal penutup perusahaan manufaktur adalah jurnal akuntansi yang digunakan untuk melakukan proses TUTUP BUKU pada perusahaan manufaktur atau industri pengolahan. Tutup buku perusahaan manufaktur adalah akhir dari siklus akuntansi (accounting cycle) pada perusahaan manufaktur.

Bagaimanakah konsep, prosedur standar dan langkah-langkah membuat jurnal penutup pada perusahaan manufaktur untuk melakukan tahap-tahap tutup buku? Mari ikuti pembahasan materi dan cara membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur langkah demi langkah beserta contohnya berikut ini.

 

01: Tutup Buku Akhir Periode Akuntansi

tutup buku adalah

A: Pengertian Tutup Buku (Closing the Books)

Apa yang dimaksud dengan tutup buku (tutup buku dalam bahan Inggris = Closing the Books)?

Menurut pandangan para ahli accounting, pengertian tutup buku adalah proses posting atau memindahkan pos-pos nominal dan pembagian keuntungan ke dalam pos laba ditahan (retained earning) sehingga akan diperoleh ekuitas di akhir periode akuntansi, misalnya laporan tutup buku akhir.

Apa yang disebut rekening nominal?

Pengertian rekening nominal adalah pos-pos atau akun-akun yang perlu ditutup pada akhir periode akuntansi ke akun laba ditahan, antara lain: pos biaya dan beban, pajak penghasilan, dan penerimaan.

Jadi, aktivitas tutup buku dilakukan di akhir siklus akuntansi perusahaan manufaktur atau industri pengolahan, dagang, jasa, ataupun institusi yang lain.

Tutup buku adalah suatu aktivitas untuk menutup akhir accounting cycle dan sekaligus mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk memulai tahap awal siklus akuntansi.

 

B: Pengertian Perusahaan Manufaktur

Karena kita akan membahas tentang tutup buku perusahaan manufaktur, maka sekilas saya akan menyinggung mengenai perusahaan manufaktur.

Apa itu perusahaan manufaktur?

Pengertian perusahaan manufaktur adalah suatu perusahaan yang mengolah barang berdasarkan suatu pesanan dari customer maupun produk massal, di mana produk tersebut diolah dari bahan baku (raw material) ditambah dengan bahan pendukung lain, tenaga kerja langsung serta biaya overhead lainnya.

Penjelasan yang lebih lengkap tentang perusahaan manufaktur atau industri pengolahan beserta komponen biaya-biaya bisa baca dan pelajari di Akuntansi Perusahaan Manufaktur.

 

02: Proses Tutup Buku Perusahaan Manufaktur

Proses Belajar Mengajar

A: Langkah-langkah Tutup Buku dengan Jurnal Penutup

Bagaimana cara dan proses tutup buku akhir bulan atau tahun? bagaimanakah langkah membuat jurnal penutup pada perusahaan manufaktur saat melakukan tutup buku?

Secara umum, proses tutup buku akhir bulan atau akhir tahun adalah sebagai berikut:

  1. Memisahkan akun nominal dengan akun real.
  2. Membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun nominal ke laba rugi.
  3. Menyusun Laporan Laba Rugi (Statements of Profit Loss)
  4. Menghitung Pajak Penghasilan
  5. Mencatat Jurnal Transaksi Pembayaran Pajak Penghasilan
  6. Membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun pajak penghasilan ke laba rugi
  7. Mencatat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun laba rugi ke laba ditahan
  8. Membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun dividen ke akun laba ditahan.
  9. Membuat Neraca Lajur atau kertas kerja akuntansi
  10. Menyusun Laporan Posisi Keuangan atau neraca.

Demikian 10 tahap yang perlu dilakukan dalam proses tutup buku perusahaan manufaktur. Selanjutnya mari ikuti uraian masing-masing tahap tutup buku di atas, lengkap beserta contohnya berikut ini…

 

B: Hasil Akhir Proses Tutup Buku

Setiap proses selalu ada langkah awal dan akhir, sebagaimana telah dijelaskan dalam 10 tahap proses tutup buku, yakni dimulai dari proses pemisahan real account dengan nominal account hingga penyusunan neraca. Jadi, sesungguhnya tujuan akhir tutup buku atau closing adalah menyiapkan akun-akun yang akan digunakan untuk pekerjaan periode akuntansi selanjutnya.

Setiap yang ada di neraca atau statement of financial statement adalah saldo awal periode akuntansi berikutnya, sehingga pekerjaan-pekerjaan akuntansi setelah periode berjalan dapat dilakukan dengan baik dan benar.

 

03: Contoh Proses Tutup Buku Perusahaan Manufaktur dengan Jurnal Penutup

Jurnal Transaksi

A: Case Study Proses Tutup Buku Perusahaan Manufaktur

Agar semakin jelas gambaran tentang proses tutup buku perusahaan manufaktur dengan memanfaatkan jurnal penutup, maka kami sajikan case study berikut ini:

PT Xbening Plastic Manufacturer memiliki saldo rekening tahun 2019 sebagai berikut:

(a). Kas = Rp 1.750.000

(b). Piutang = Rp 2.350.000

(c). Persediaan = Rp 2.500.000

(d). Aktiva Tetap Mesin = Rp 8.000.000

(e). Akumulasi penyusutan Mesin = Rp 500.000

(f). Total Aset :
= (a)+(b)+(c)+(d)-(e)
= 1.750.000+2.350.000+2.500.000+8.000.000–500.000 = Rp 14.100.000

(g). Hutang = Rp 500.000

(h). Modal Disetor = Rp 7.000.000

(i). Laba Ditahan = Rp 6.600.000

(j). Jumlah Kewajiban dan Modal :
= (g)+(h)+(i)
=  500.000+7.000.000+6.600.000 = Rp 14.100.000

***

Neraca Saldo Setelah Penyesuaian adalah sebagai berikut:

neraca saldo perusahaan manufaktur
Daftar Saldo Setelah Penyesuaian

Pada akhir periode akuntansi perusahaan melakukan stock opname dengan hasil saldo akhir persediaan adalah senilai Rp 2.500.000.

 

B: Prosedur dan Langkah-langkah Tutup Buku

Dengan contoh data seperti di atas, maka tahap-tahap proses tutup buku PT Xbening Plastic Manufacturer adalah sebagai berikut:

1: Memisahkan akun nominal dengan akun real.

Akun nominal adalah rekening yang sebenarnya bersifat sementara, sehingga disebut juga dengan temporary account. Akun nominal digunakan sebagai penampungan yang sementara dan pada akhir periode akan ditutup ke rekening laba ditahan (retained earning).

Bagaimana cara memisahkan akun nominal dan akun real?

Perhatikan proses pemisahaan akun nominal dan real berikut ini:

Transaksi-transaksi perusahaan yang termasuk dalam jenis akun atau rekening nominal adalah seperti berikut ini:

  1. Dividen = Rp 1.200.000
  2. Alat Tulis Kantor (ATK) = Rp 800.000
  3. Pembelian Bahan Baku (Raw Material) = Rp 20.100.000
  4. Beban Administrasi = Rp 1.000.000
  5. Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp 5.000.000
  6. Pemeliharaan Aset Tetap (Fixed Asset) = Rp 250.000
  7. Penyusutan Aset Tetap = Rp 1.150.000
  8. Penjualan = Rp 57.000.000 (Kredit)
  9. Beban Gaji = Rp 600.000
  10. Pemeliharaan = Rp 1.500.000
  11. Beban Lain-lain = Rp 500.000
  12. Biaya Utilitas = Rp 750.000
  13. Beban Angkut Pembelian = Rp 400.000

Sedangkan yang termasuk dalam rekening real adalah pos-pos sebagai berikut :

  1. Kas = Rp 4.200.000
  2. Piutang Usaha = Rp 8.700.000
  3. Aset Tetap = Rp 9.200.000
  4. Akumulasi Penyusutan Aset Tetap = Rp 1.150.000
  5. Hutang Usaha = Rp 200.000

Demikian akun-akun yang termasuk jenis nominal account dan real account, selanjutnya kita akan membuat jurnal penutup untuk menutup saldo rekening nominal.

 

2: Menutup Akun Nominal ke Laba Rugi

Langkah kedua proses closing adalah membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun nominal ke laba rugi.

Bagaimana cara membuat jurnal penyesuaian dan jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk komponen biaya dan pendapatan?

Cara membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur adalah untuk komponen biaya-biaya diletakkan pada kolom kredit dengan men-debit akun laba rugi. Sedangkan jurnal penutup untuk komponen pendapatan diletakkan di kolom debit dengan meng-kredit akun laba rugi.

Perhatikan pencatatan jurnal penutup akun nominal berikut ini:

A: Membuat jurnal penutup untuk menutup rekening beban dan biaya

Berikut ini jurnal penutup yang digunakan untuk menutup rekening beban dan biaya:

Laba Rugi ………………. Rp 35.050.000 [Debit]      
Office Supplies ……………………………… Rp      800.000 [Kredit]
Pembelian Bahan Baku ……………….. Rp 20.100.000 [Kredit]
Beban Administrasi ………………………. Rp    1.000.000 [Kredit]
Biaya Tenaga Kerja Langsung …….. Rp    5.000.000 [Kredit]
Pemeliharaan Aset ……………………….. Rp       250.000 [Kredit]
Penyusutan ……………………………………. Rp    1.150.000 [Kredit]
Beban Gaji …………………………………….. Rp    3.600.000 [Kredit]
Pemeliharaan ……………………………….. Rp    1.500.000 [Kredit]
Beban Lain-lain ……………………………. Rp       500.000 [Kredit]
Beaya Utilitas ………………………………. Rp       750.000 [Kredit]
Beban Angkut Pembelian ………….. Rp       400.000 [Kredit]

Penjelasan:

Dari pencatatan jurnal penutup di atas kita memahami bahwa rekening beban dan biaya ditutup dengan men-debit akun laba rugi. Setelah kita membuat jurnal di atas maka saldo akun biaya-biaya akan menjadi 0.

 

B: Membuat jurnal penutup untuk menutup rekening pendapatan

Penjualan ………….. Rp 57.000.000 [Debit]          
Laba (Rugi) ……………………. Rp 57.000.000 [Kredit]

Penjelasan:

Dari pencatatan jurnal penutup di atas kita bisa membaca bahwa rekening pendapatan (penjualan) ditutup dengan cara meng-kredit rekening laba rugi.

Dengan membuat dua jurnal penutup di atas, maka saldo akhir semua rekening biaya dan pendapatan menjadi 0 (nol), dan membentuk akun buku besar laba rugi.

 

3: Menyusun Laporan Laba Rugi (Statement of Profit Loss)

A: Pengertian Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur

Apa itu Laporan Laba Rugi atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai statements of profit loss?

Salah satu komponen yang harus diperhitungkan dan disajikan dalam laporan laba rugi adalah harga pokok penjualan atau dikenal dengan HPP.

Bagaimana cara menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP)?

Perhatikan langkah dan proses perhitungan HPP berikut ini:

Persediaan:

(a). Saldo Awal  = Rp  2.500.000

(b). Pembelian = Rp 20.100.000

(c). Ongkos Angkut Pembelian = Rp 400.000

(d). Saldo Akhir = Rp 2.500.000

(e). Persediaan yang digunakan :
= (a) + (b) + (c) – (d)
= (Rp 2.500.000 + Rp 20.100.000 + Rp 400.000) – Rp 2.500.000 = Rp 20.500.000

(f). Biaya Tenaga Kerja Langsung  = Rp 5.000.000

(g). Biaya Overhead :
1. Penyusutan = Rp 1.150.000
2. Pemeliharaan Pabrik = Rp 1.500.000
3. Total Biaya Overhead = Rp Rp 1.150.000 + Rp 1.500.000 = Rp 2.650.000

Total Harga Pokok Penjualan (HPP) :
= (e) + (f) +(g)
= Rp 20.500.000 + Rp 5.000.000 + Rp 2.650.000 = Rp 28.150.000

Dari perhitungan di atas diperoleh nilai Harga Pokok Penjualan atau HPP adalah sebesar Rp 28.150.000.

 

B: Contoh Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur

Sampai di tahap ini, kita sudah bisa membuat laporan laba rugi (statements of profit loss) seperti berikut ini:

Laba Sebelum Pajak
Statements of Profit Loss Before Income Tax.

Perhatikan hasil akhir dari laporan laba rugi di atas. Dari laporan tersebut kita bisa membaca bahwa jenis laba rugi yang dihasilkan adalah laba rugi sebelum pajak (earning before tax) sebesar Rp 21.950.000

 

4: Menghitung Pajak Penghasilan

Dari hasil perhitungan laba rugi di atas yang menunjukkan hasil akhir sebagai laba rugi sebelum pajak, maka kita bisa menghitung pajak penghasilan badan (PPh Badan) seperti berikut ini:

Dengan asumsi rate pajak penghasilan 10%, maka kita bisa menghitung pajak penghasilan sebagai berikut :

= Rp 21.950.000 x 10%
= Rp 2.195.000

 

5: Mencatat Jurnal Transaksi Pembayaran Pajak Penghasilan

Setelah kita menghitung nilai pajak penghasilan, selanjutnya kita akan membuat jurnal pencatatan utang pajak penghasilan atau Income Tax Payable sebagai berikut:

Pajak Penghasilan Perusahaan ……………… Rp 2.195.000 [Debit]
Utang Pajak Penghasilan (Income Tax Payable) …..Rp 2.195.000 [Kredit]

Penjelasan:

Dengan membuat pencatatan jurnal di atas, maka perusahaan akan membentuk 2 (dua) akun buku besar baru, yaitu: buku besar pajak penghasilan dan utang pajak penghasilan dengan nilai nominal Rp 2.195.000

 

6: Menutup Akun Pajak Penghasilan

Langkah ke-enam adalah membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun pajak penghasilan ke laba rugi

Bagaimanakah langkah membuat jurnal penutup pada perusahaan manufaktur untuk menutup pajak penghasilan?

Perhatikan kelanjutan pencatatan dari contoh case study di atas berikut ini:

Pajak penghasilan termasuk dalam klasifikasi akun nominal, oleh karena itu agar saldo akhirnya adalah 0 (nol) maka kita harus membuat jurnal penutup seperti di bawah ini:

Laba Rugi ……………… Rp 2.195.000 [Debit]
Pajak Penghasilan ……… Rp 2.195.000 [Kredit]

Setelah pajak penghasilan dicatat secara baik dan benar, maka laporan laba rugi sudah bisa dibuat dengan lengkap. Dan setelah pajak penghasilan disajikan dalam laporan laba rugi, maka hasilnya adalah seperti berikut ini:

Laba Rugi Setelah Jurnal Penutup
Laporan Laba Rugi Setelah Pajak

Setelah akun-akun biaya, beban, dan pendapatan serta pajak penghasilan badan ditutup ke akun Laba Rugi, maka akun laba rugi tersebut akan mempunyai saldo buku besar yang baru sebesar Rp 19.755.000. Untuk lebih jelasnya perhatikan buku besar rekening laba rugi berikut ini:

Saldo Laba Setelah Tutup Buku
Buku Besar Rekening Laba Rugi

 

7: Menutup Laba Rugi ke Laba Ditahan

Pada tahap ketujuh adalah mencatat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun laba rugi ke laba ditahan

Pada langkah ketujuh, kita akan melakukan tutup buku akun buku besar laba rugi ke retained earning dengan jurnal penutup sebagai berikut:

Laba Rugi ………………….. Rp 19.755.000 [Debit]
Laba Ditahan (Retained Earning) ………… Rp 19.755.000 [Kredit]

Setelah dilakukan tutup buku dengan membuat jurnal penutup seperti di atas, maka saldo akun buku besar laba rugi akan menjadi 0 (nol).

 

8: Menutup Akun Dividen ke Laba Ditahan

Langkah ke delapan adalah membuat jurnal penutup perusahaan manufaktur untuk menutup akun dividen ke akun laba ditahan.

Sampai di langkah ke-7 semua account nominal sudah ditutup dengan jurnal penutup. Dan masih ada satu account yang masih terbuka, yaitu Dividen yang dibayarkan kepada para pemegang saham perusahaan senilai Rp 1.200.000

Apakah akun dividen juga perlu ditutup pada akhir periode akuntansi?

Jawabannya “iya”. Akun dividen juga harus ditutup pada saat tutup buku.

Bagaimana cara membuat jurnal penutup untuk menutup akun dividen?

Akun dividen ditutup dengan men-debit rekening laba ditahan atau retained earning. Perhatikan bentuk jurnalnya sebagai berikut :

Laba Ditahan (Retained Earning) ……… Rp 1.200.000 [Debit]
Dividen ……………………….  Rp 1.200.000 [Kredit]

Setelah dibuatkan jurnal penutup seperti atas, maka saldo akun dividen menjadi 0 (nol).

Rekening nominal sesungguhnya digunakan sebagai penampung yang sifatnya sementara dan pada akhir siklus akuntansi ditutup ke rekening Laba Ditahan (Retained Earning). Oleh karena itu rekening nominal disebut juga sebagai temporary account.

 

9: Membuat Neraca Lajur atau Kertas Kerja Akuntansi

A: Format Neraca Lajur

Setelah semua rekening nominal ditutup dengan jurnal penutup perusahaan manufaktur, maka semua akun nominal sudah memiliki saldo 0 (nol)

Neraca lajur atau kertas kerja dibuat setelah semua proses posting jurnal penutup dilakukan sehingga hanya tersisa saldo-saldo dari rekening real (real account) yang akan dipindahkan ke periode berikutnya.

Bagaimana bentuk neraca lajur setelah proses tutup buku?

Neraca lajur disusun dari beberapa lajur atau kolom spreadsheet dengan tujuan sebagai alat bantu tools untuk menyusun laporan keuangan. Jumlah lajur atau kolom disesuaikan dengan kebutuhan, bisa menggunakan 4, 6,8, 10,12, atau 14 lajur.

 

B: Contoh Kertas Kerja Akuntansi

Untuk keperluan contoh aktivitas proses tutup buku ini, saya menggunakan kertas kerja 5 (lima) kolom dengan rincian sebagai berikut :

Kolom #1: Berisi nama-nama akun yang digunakan oleh perusahaan

Kolom #2: Saldo akhir periode sebelumnya dan dijadikan sebagai saldo awal tahun berjalan.

Lajur #3 dan #4: Berisi aktivitas periode berjalan

Kolom #5:  Saldo akhir masing-masing akun

Untuk lebih jelasnya, perhatikan penampakannya berikut ini:

Kertas Kerja Tutup Buku
Neraca Lajur Tutup Buku

Perhatikan angka-angka di kolom #5. Angka-angka tersebut adalah saldo tiap akun pada akhir periode tahun 2020. Angka-angka inilah yang selanjutnya akan dipindahkan dan disajikan dalam laporan posisi keuangan atau neraca.

 

10: Menyusun Laporan Posisi Keuangan atau Neraca.

A: Pengertian Laporan Posisi Keuangan

Apa yang dimaksud dengan laporan posisi keuangan?

Menurut para ahli, pengertian Laporan Posisi Keuangan atau Neraca adalah jenis financial statements yang menyajikan 3 komponen utama yaitu aset, likuiditas, dan ekuitas.

 

B: Format Neraca

Format laporan posisi keuangan ada dua, yaitu:

1: Staffel

Staffel adalah format penyajian laporan posisi keuangan melajur ke bawah dengan meletakkan saldo masing-masing komponen laporan berada di bagian bawah.

Perhatikan gambar berikut ini:

Format Staffel
Neraca Bentuk Staffel

 

2: Skontro

Skontro adalah laporan posisi keuangan yang disajikan dengan membagi bagian kiri sebagai aset dan bagian kanan sebagai likuiditas dan ekuitas, dan bila digambarkan bentuk skontro adalah sebagai berikut:

Format Neraca Skontro
Neraca format skontro

Apapun format neraca yang digunakan harus menunjukkan jumlah saldo aset sama dengan jumlah likuiditas dan ekuitas, atau bila dituliskan dalam bentuk rumus akuntansi sederhana adalah sebagai berikut:

Aset = Likuiditas + Ekuitas

 

3: Contoh Neraca Format Staffel

Dan untuk kali ini saya akan menggunakan format staffel untuk menyusun laporan posisi keuangan atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai Statements of Financial Position.

Laporan Posisi Keuangan ini disusun dengan meindahkan saldo rekening-rekening di kertas kerja yang telah dibuat pada langkah ke-9. Perhatikan bentuk laporan posisi keuangan setelah proses tutup buku berikut ini:

Neraca Setelah Tutup Buku Perusahaan Manufaktur
Laporan Posisi Keuangan Perusahaan Manufaktur

Perhatikan jumlah aset, likuiditas dan ekuitas laporan posisi keuangan setelah tutup buku, harus sama sebagaimana persamaan akuntansi.

Total aset adalah Rp 35.050.000 sedangkan total liabilitas dan ekuitas juga nilainya sama, yaitu Rp 35.050.000, berarti sudah sama. Jika kondisinya belum sama, maka kita harus memeriksa lagi tahap-tahap sebelumnya proses tutup buku dan penyusunan laporan keuangan.

 

04: Kesimpulan

Proses tutup buku adalah akhir dari siklus akuntansi perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur. Jurnal penutup adalah jurnal pencatatan transaksi yang digunakan untuk melakukan proses tutup buku.

Lalu, apa yang dimaksud dengan jurnal penutup perusahaan manufaktur?

Secara umum dapat didefinisikan bahwa pengertian jurnal penutup perusahaan manufaktur adalah jurnal akuntansi yang digunakan untuk melakukan proses closing the books perusahaan manufaktur atau industri pengolahan.

Dan mengenai bagaimanakah langkah dan cara membuat jurnal penutup pada perusahaan manufaktur sudah saya bahas secara rinci di atas beserta contoh-contohnya. Pembahasan mulai dari konsep, pengertian, prosedur dan langkah-langkah tutup buku dengan jurnal penutup perusahaan manufaktur.

Melalui pembahasan tersebut semoga bisa menjadi referensi pembelajaran dan pekerjaan Anda.

Demikian sedikit yang bisa dibagikan, semoga bermanfaat, Bila Anda merasa memperoleh kemanfaatan setelah membaca artikel ini, mohon dibagikan ke orang lain agar mereka yang mendapat manfaat semakin banyak.

Dan jika Anda akan menukil atau mengutip artikel ini, mohon kesadarannya untuk menyebutkan dan menyertakan sumbernya ya. Terima kasih.

Manajemen Keuangan Profil

Profesional lulusan ekonomi yang menekuni ERP (SAP), Accounting Software, Business Analyst dan berbagi pengalaman pekerjaan Finance & Accounting.