Manfaat Metode Variabel Costing
Dengan menyajikan informasi biaya yang dikelompokkan sesuai dengan perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan aktivitas perusahaan.
Laporan Keuangan yang disusun berdasar metode variabel costing adalah bermanfaat bagi manajemen untuk:
- Perencanaan laba jangka pendek
- Pengendalian biaya
- Pembuatan keputusan.
Yuks dijabarkan satu-per-satu…
Manfaat Variabel Costing #1: Perencanaan Laba Jangka Pendek
Untuk kepentingan perencanaan laba jangka pendek, manajemen perusahaan memerlukan informasi biaya yang dipisahkan. Pemisahan biaya tersebut menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume aktivita, sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, metode variabel costing adalah menghasilkan laporan laba rugi yang menyajikan informasi biaya variabel yang terpisah dari informasi biaya tetap, dapat memenuhi kebutuhan manajemen untuk perencanaan laba jangka pendek.
Laporan Laba Rugi variabel costing menyajikan dua ukuran penting, yaitu:
- Laba kontribusi
- Operating leverage
Cara untuk menghitung dua ukuran tersebut adalah dengan menghitung Rasio Laba Kontribusi dan Operating Leverage seperti berikut ini:
- Hasil Penjualan = Rp 100
- Biaya Variabel = Rp 60
- Laba Kontribusi:
= (a) – (b)
= Rp 100 – Rp 60 = Rp 40 - Biaya Tetap = Rp 30
Laba Bersih:
= (c) – (d)
= Rp 40 – Rp 30 = Rp 10
Rasio Laba Kontribusi:
= Laba Kontribusi : Hasil Penjualan
= 40 : 100
Operating Leverage:
= Laba Kontribusi : Laba Bersih
= 40 : 10
Penyusunan Rencana Laba
Perencanaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen pada saat penyusunan anggaran.
Dalam proses penyusunan anggaran tersebut, manajemen berkepentingan untuk menguji pengaruh setiap alternatif yang akan dipilih terhadap laba perusahaan, karena dalam jangka pendek biaya tetap tidak berubah.
Maka informasi yang relevan dengan perencanaan laba jangka pendek adalah informasi yang berdampak terhadap hasil penjualan dan biaya variabel, yang keduanya merupakan komponen untuk menghitung laba kontribusi dan rasio laba kontribusi.
Misalnya dalam penyusunan anggaran, manajemen puncak mempertimbangkan rencana untuk menaikkan harga jual produk sebesar 10%. Rencana kenaikan itu diperkirakan tidak akan mengurangi kuantitas produk yang akan dijual.
Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak mengalami perubahan.
Maka pengaruh kenaikan harga jual tersebut terhadap laba jangka pendek dapat dengan mudah dihitung.
Untuk menghitungnya adalah dengan cara mengalikan rasio laba kontribusi dengan persentase kenaikan harga jual tersebut.
Jika rasio laba kontribusi sebesar 40%, maka laba bersih akan naik 4% (40% x 10%) karena adanya rencana kenaikan harga jual sebesar 10% tersebut.
Dengan rasio laba kontribusi, manajemen dapat dengan mudah mempertimbangkan alternatif yang menyangkut biaya tetap. Misalnya rasio laba kontribusi sebesar 40%.
Dan manajemen puncak memperkirakan dengan menaikkan anggaran biaya iklan sebesar Rp 11.000.000 akan menaikkan hasil penjualan sebesar Rp 35.000.000.
Alternatif ini dapat diuji kelayakannya dengan perhitungan berikut ini:
- Kenaikan laba kontribusi 40% x Rp 35.000.000 = Rp 14.000.000
- Kenaikan biaya iklan = Rp 11.000.000
- Pengaruh kenaikan biaya iklan terhadap laba bersih = Rp 3.000.000
Dengan adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel dalam laporan laba rugi metode variabel costing. Hal ini memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan antara biaya, volume, dan laba.
Manfaat Variabel Costing #2: Pengendalian Biaya
Variabel costing adalah menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengendalikan period costs dibandingkan informasi yang dihasilkan oleh full costing.
Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik tetap diperhitungkan dalam tarif biaya overhead pabrik dan dibebankan sebagai unsur biaya produksi.
Oleh karena itu, manajemen kehilangan perhatian terhadap period costs (biaya overhead pabrik tetap) tertentu yang dapat dikendalikan.
Di dalam variabel costing, period costs yang terdiri dari biaya yang berperilaku tetap yang dikumpulkan dan disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi sebagai pengurang terhadap laba kontribusi.
Biaya tetap ini dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) golongan, yaitu:
- Discretionary fixed costs
- Committed fixed costs
Discretionary fixed costs adalah biaya yang berperilaku tetap karena kebijakan manajemen. Biaya ini dalam jangka pendek dapat dikendalikan oleh manajemen.
Sebagai contoh:
Biaya iklan instagram yang ditetapkan sebesar Rp 3.000.000 per bulan. Committed fixed costs adalah biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, peralatan, dan organisasi pokok.
Perilaku Committed fixed costs ini dapat ditentukan secara jelas dengan cara mengamati biaya yang tetap terjadi jika aktivitas perusahaan dihentikan sama sekali.
Committed fixed costs adalah semua biaya yang tetap dikeluarkan, yang tidak dapat dikurangi guna mempertahankan kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka panjang perusahaan.
Contoh Committed fixed costs dalam biaya depresiasi, sewa, asuransi, dan gaji karyawan inti. Dalam jangka pendek Committed fixed costs tidak dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan.
Dengan dipisahkannya biaya tetap dalam kelompok tersendiri dalam laporan laba rugi variabel costing, maka manajemen dapat memperoleh informasi dicretionary fixed costs terpisah dari committed fixed costs, sehingga pengendalian biaya tetap dalam jangka pendek dapat dilakukan oleh manajemen.
Manfaat Variabel Costing #3: Pengambilan Keputusan
Variabel costing adalah menyajikan data yang bermanfaat untuk pembuatan keputusan jangka pendek. Dalam pembuatan keputusan jangka pendek yang menyangkut mengenai perubahan volume kegiatan.
Period costs tidak relevan karena tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan. Variabel costing khususnya bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka pendek.
Perhatikan contoh soal dan jawaban variabel costing berikut ini:
PT Melenia memproduksi dan menjual produk A. Biaya per satuan produk A adalah sebagai berikut:
- Biaya bahan baku = Rp 100
- Biaya tenaga kerja variabel = Rp 200
- Biaya overhead pabrik variabel = Rp 300
- Biaya pemasaran & administrasi variabel = Rp 250
Jumlah biaya variabel = (a) + (b) + (c) + (d) = Rp 850
Biaya tetap = Rp 150. Harga pokok produk A per satuan = Rp 850 + Rp 150 = Rp 1.000
♣
PT Melenia menerima pesanan sebanyak 1.000 satuan produk A di luar penjualan rutin. Harga yang diminta oleh pemesan adalah Rp 900 per satuan.
Menurut metode full costing, harga jual yang diminta oleh pemesan tersebut akan menghasilkan rugi bruto sebesar Rp 100 per satuan (Rp 900 – Rp 1000), sehingga menurut metode full costing, pesanan khusu tersebut akan ditolak.
Namun jika pabrik masih mempunyai kapasitas yang belum dipakai, menurut metode variabel costing , pesanan tersebut akan diterima, karena pesanan khusus tersebut masih dapat menghasilkan laba kontribusi sebesar Rp 50 per satuan (Rp 900 – Rp 850).
Jika pesanan sebanyak 1.000 satuan produk A tersebut diterima.
Menurut metode variabel costing perusahaan akan memperoleh tambahan laba konstribusi sebesar:
= 1.000 x (Rp 900 – Rp 850)
= Rp 50.000
Jika biaya tetap diharapkan konstan, berarti tambahan laba kontribusi tersebut akan menaikkan laba bersih sebesar Rp 50.000
Ditinjau dari sudut penerimaan harga, perbedaan pokok antara full costing dan variabel costing adalah terletak pada konsep penutupan biaya (concept of cost recovery).
Menurut metode full costing, harga jual harus dapat menutup total biaya, termasuk biaya tetap.
Dalam metode variabel costing, bila harga jual tersebut telah tidak menghasilkan laba kontribusi guna menutup biaya tetap adalah lebih baik.
Daripada harga jual yang tidak menghasilkan laba kontribusi sama sekali.
Perhatikan contoh soal beserta pembahasan variabel costing berikut ini:
Berikut ini contoh penggunaan informasi variabel costing untuk pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri.
Dalam contoh ini uraian lebih ditekankan pada peranan pemisahan biaya produksi ke dalam biaya tetap dan biaya variabel (metode variabel costing) dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri.
PT Milenial Jaya selama ini memproduksi suku cadang nomor 4965 yang merupakan salah satu suku cadang produk rakitannya.
Biaya standar per satuan suku cadang tersebut adalah sebagai berikut:
(a). Biaya bahan baku = Rp 320
(b). Biaya tenaga kerja langsung = Rp 240
(c). Biaya overhead pabrik variabel = Rp 110
(d). Biaya overhead pabrik tetap = Rp 140
Jumlah : (a) + (b) + (c) + (d) = Rp 810
Rata-rata pemakaian suku cadang tersebut per bulan adalah sebanyak 60.000 satuan.
Dalam suatu rapat penyusunan anggaran, Bagian Pembelian mengajukan usul agar perusahaan membeli saja suku cadang tersebut, dari pemasok untuk kepentingan penghematan biaya.
—
Bagian Pembelian menyatakan pada jumlah pembelian sebanyak rata-rata kebutuhan selama sebulan suku cadang tersebut dapat dibeli dengan harga Rp 700 per satuan.
Jika suku cadang tersebut dibeli dari pemasok luar, tidak diperlukan peralatan tambahan, tapi hanya menaikkan biaya administrasi dan umum sebesar Rp 100.000 per bulan, dan tambahan biaya pergudangan sebesar Rp 25 per satuan.
Fasilitas produksi yang semula digunakan untuk memproduksi suku cadang tersebut masih dapat digunakan untuk memproduksi suku cadang yang lain.
Kepala Bagian Produksi melaporkan bahwa, jika produksi suku cadang tersebut dihentikan tidak akan berakibat pada biaya overhead pabrik tetap.
♣
Secara sepintas tampak seolah-olah dengan membeli suku cadang tersebut dari pemasok luar akan menimbulkan penghematan biaya sebesar Rp 85 per satuan (Rp 810 – Rp 725).
Atau sebesar:
= 60.000 unit x Rp 85) – Rp 100.000)
= Rp 5.000.000 per bulan
Tapi dalam peristiwa ini sesungguhnya tidak ada penghematan biaya.
Sebagian dari biaya standar sebesar Rp 180 per satuan tersebut adalah biaya overhead pabrik yang berperilaku tetap.
Dengan penghentian produksi suku cadang tersebut, tidak akan mempunyai pengaruh terhadap biaya overhead pabrik tetap tersebut.
—
Jadi dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri suku cadang tersebut, biaya overhead pabrik tetap tersebut adalah biaya tidak relevan, hanya biaya-biaya variabel saja, yaitu:
- Biaya bahan baku
- Tenaga kerja
- Biaya overhead pabrik variabel
Yang relevan dalam keputusan ini, sehingga pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri suku cadang nomor 4965 sebaiknya didasarkan pada analisis berikut ini:
#1: Jika membeli:
- Jumlah yang dikeluarkan per bulan untuk pembelian suku cadang: 60.000 x Rp 700 = Rp 42.000.000
- Tambahan biaya pergudangan : 60.000 x Rp 25 = Rp 1.500.000
- Tambahan biaya administrasi dan umum per bulan = Rp 100.000
Jumlah pengeluaran uang per bulan jika alternatif membeli dipilih: (a) + (b) + (c) = Rp 43.600.000
#2: Jika Tetap memproduksi sendiri:
- Biaya produksi variabel per bulan yang dapat dihindari:
= [(320 + 240 + 110) x 60.000]
= Rp 40.200.000 - Biaya tambahan per bulan, jika alternatif membeli dipilih:
= Rp 43.600.000 – Rp 40.200.000
= Rp 3.400.000 - Pajak penghasilan (25% x Rp 3.400.000) = Rp 850.000
Biaya tambahan setelah pajak perseroan per bulan, jika alternatif membeli suku cadang 4965 dipilih:
= (Rp 43.600.000 – Rp 40.200.000) – Rp 850.000
= Rp 2.550.000
♣
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa alternatif tetap memproduksi sendiri suku cadang yang seharusnya dipilih, karena alternatif membeli dari pemasok luar akan menimbulkan biaya tambahan setelah pajak perseroan per bulan sebesar Rp 2.550.000.
Dalam informasi yang disajikan pada analisis di atas, telah diperhitungkan pajak penghasilan dikenakan atas laba perusahaan.
Jika alternatif membeli dari pemasok luar dipilih, terjadi penurunan laba sebesar Rp 3.400.000, sehingga alternatif tersebut akan menimbulkan penghematan pajak (tax saving) sebesar:
= 25% x Rp 3.400.000
= Rp 850.000
Dengan demikian dalam pengambilan keputusan itu, adanya penghematan pajak sebesar Rp 850.000 harus dikurangkan dari biaya tambahan sebesar Rp 3.400.000 per bulan tersebut.
—
Apa keuntungan menggunakan metode variabel costing dalam penetapan harga produk?
Penggunaan metode variabel costing membantu perusahaan untuk menentukan harga minimum produk yang bisa menutup biaya variabel.
Apa keuntungan menggunakan biaya variabel?
Perusahaan bisa melakukan analisis margin keuntungan suatu produk dan kontribusinya terhadap laba bersih.
Mengapa metode variable costing lebih baik dibanding metode full costing untuk kepentingan perencanaan dan pengendalian biaya?
Dengan metode variable costing perusahaan bisa membuat analisis yang akurat mengenai tingkat keuntungan suatu produk.Metode ini juga membedakan antara biaya variabel dan tetap.