Laporan Laba Ditahan, laba tidak dibagi atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai Retained Earning adalah laporan yang menyajikan akumulasi laba periode tertentu dan sebagai indikator kemampuan perusahaan menciptakan laba.
Tidak ada yang sia-sia, sekecil apa pun upaya kita untuk menjadi lebih baik. Bagi Anda yang belum tahu dan ingin tahu atau yang sudah tahu serta ingin mendalaminya, tulisan ini akan menyajikan secara sederhana namun lengkap, apa itu laba ditahan dan bagaimana cara menyajikan laporan laba ditahan? Langsung saja yuk ikuti pembahasannya satu per satu berikut ini.
Pengertian Laba Ditahan Adalah?
A: Penyajian Laba Ditahan
Perusahaan atau perseroan dapat menyajikan Laporan Laba Ditahan atau laba tidak dibagi dengan 3 (tiga) cara yaitu:
- Meyiapkan laporan laba ditahan yang terpisah,
- Kombinasi Laporan Laba Rugi dan laba ditahan,
- Menyajikan di laporan ekuitas pemegang saham.
B: Apa itu Laba Ditahan/Laba Tidak Dibagi (Retained Earning)?
Sedikit me-review kembali pengertian saldo laba ditahan adalah menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelah memperhitungkan pembagian dividen dan koreksi laba rugi periode lalu. Akun ini dinyatakan terpisah dari akun modal saham.
Seluruh saldo laba dianggap bebas untuk dibagikan sebagai diividen, kecuali jika diberikan indikasi mengenai pembatasan terhadap saldo laba. Misalnya dicadangkan untuk perluasan pabrik atau untuk memenuhi ketentuan regulasi maupun ikatan tertentu.
Saldo laba yang tidak tersedia untuk dibagikan sebagai dividen karena pembatasan-pembatasan tersebut, dilaporkan dalam akun tersendiri yang menggambarkan tujuan pencadangan termaksud: pembatasan-pembatasan yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Saldo laba tidak boleh dibebani atau dikreditkan dengan pos-pos yang seharusnya diperhitungkan pada laporan laba rugi periode berjalan.
C: Pengungangkapan Saldo Laba
Pengungkapan saldo laba meliputi berikut ini:
- Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba, menjelaskan jenis penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan dan pemisah saldo laba, serta jumlahnya. Perubahan akun-akun penjatahan dan pemisahan saldo laba, juga diungkapkan.
- Peraturan, perikatan, batasan dan jumlah batasan di sekitar saldo laba, diungkapkan. Misalnya, selama perjanjian kredit berlangsung, perusahaan tidak diizinkan membagi saldo laba tanpa seizin kreditur.
- Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak.
- Pengungkapan jumlah dividen dan dividen per lembar saham, pengungkapan, keterbatasan, saldo laba tersedia bagi dividen.
- Tunggakan dividen, jumlah maupun tunggakan per lembar saham.
- Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) sebelum tanggal penyelesaian Laporan Keuangan.
Komponen Laba Ditahan Adalah?
Bagaimana cara menyajikan laporan laba ditahan? Ada dua metode untuk menyajikan komponen Laba Ditahan, yaitu:
A: Penyajian Komponen Laba Ditahan Atas Dasar Sumber (by sources)
Dengan metode ini, laba ditahan dirinci menjadi 2 yaitu:
- Laba ditahan yang berasal dari operasi normal atau rutin
- Laba ditahan yang berasal dari laba luar biasa.
Dapat saja pembedaan antara kedua sumber laba ditahan tersebut dipertajam. Namun, sebenarnya tidak cukup beralasan untuk memecah kembali jumlah rupiah bersih laba periodik atas dasar klasifikasi sumber.
Bilamana Laporan Laba Rugi telah memuat semua faktor yang menentukan laba bersih (pendekatan laba komprehensif). Dan laba komprehensif ini telah ditransfer ke laba ditahan menjadi bagian dari ekuitas pemegang saham.
Jadi, bila perusahaan akibat transaksi operasi dipisahkan secara tegas dengan transaksi modal, laporan laba rugi telah merefleksikan sumber laba ditahan sehingga perincian laba ditahan akan percuma.
B: Penyajian Komponen Laba Ditahan Atas Dasar Tujuan Penggunaan
1: Penyajian Komponen Laba Ditahan
Dalam praktik, perincian ini ditunjukkan dengan adanya pos cadangan jaminan sosial, laba ditahan terbatas (restricted retained earnings), dan cadangan umum.
Perincian semacam ini sebenarnya sama saja dengan mengaitkan laba ditahan dengan aset tertentu (asset imputation), artinya, dalam aset apa saja laba ditahan terikat.
Klasifikasi ini mendasarkan pada tujuan penggunaan laba ditahan sebagaimana ditunjukkan oleh komponen aset yang terkait.
Dalam hal tertentu mungkin ada petunjuk untuk mengatakan bahwa laba ditahan terikat dalam aset lancar. Misalnya saja, dalam suatu periode telah terjadi kenaikan modal kerja neto dan tidak terjadi transaksi lain kecuali transaksi operasi yang menimbulkan laba dalam periode tersebut.
Untuk hal ini, terdapat cukup alasan untuk mengatakan bahwa laba ditahan pada saat itu tertanam dalam tambahan modal kerja, dan dalam kasus lain, mungkin dapat dibuktikan bahwa jumlah rupiah laba ditahan terikat dalam kas atau pos aset lancar lain.
Sejalan dengan pikiran tersebut, jika terjadi tambahan fasilitas fisik tanpa diimbangi dengan:
- terjadinya pinjaman baru,
- modal baru, atau
- berkurangnya modal kerja.
Terdapat cukup alasan untuk menyatakan bahwa laba ditahan telah tertanam dalam aset tetap.