ROE atau Return on Equity adalah salah satu tool manajemen keuangan yang digunakan secara luas dalam analisis Laporan Keuangan untuk menilai kinerja perusahaan.
Return on Equity dan kekayaan pemegang saham seringkali memiliki korelasi yang tinggi. Bila suatu perusahaan melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki ROE-nya, yang menjadi pertanyaan adalah, “apakah kekayaan pemegang saham juga akan meningkat?”
Belum tentu, karena ada tiga permasalahan serius jika perusahaan hanya menggunakan Return on Equity sebagai ukuran kinerja satu-satunya. Oleh karena itu, agar kita memahami keterkaitan antara ROE, Risiko dan Modal, mari baca dan ikuti ulasan lengkapnya berikut ini.
01: Return on Equity dan Risiko
A: Apa hubungan antara ROE dengan Risiko?
Return on Equity dan tidak mempertimbangkan risiko. Bila pemegang saham jelas-jelas memikirkan pengembalian, tentu mereka juga memikirkan risikonya.
Untuk mengilustrasikan kalimat ini, kami sajikan contoh soal dan kasusu berikut ini:
Misalkan ada dua divisi di dalam satu perusahaan. Divisi A memiliki arus kas yang stabil dan ROE sebesar 15% yang dapat diproyeksikan. Di lain pihak, divisi B memiliki perkiraan ROE sebesar 16% dengan arus kas yang cukup berisiko, sehingga perkiraan ROE sebesar 16% bisa jadi tidak terwujud.
Jika manajemen perusahaan sepenuhnya menerima kompensasi berdasarkan ROE maka jika perkiraan ROE-nya ternyata tercapai, maka karyawan divisi B akan menerima bonus yang lebih tinggi dibandingkan karyawan divisi A.
Bahkan bila divisi A ternyata menciptakan nilai yang lebih tinggi bagi pemegang saham karena risiko yang lebih rendah.
Sebagaimana telah dibahas dalam artikel “Rasio Likuiditas” pendanaan melalui utang dapat meningkatkan perkiraan Return on Equity. Tapi dengan risiko pengorbanan risiko yang lebih tinggi, cara meningkatkan ROE melalui melalui penggunaan pendanaan utang yang lebih besar tidak terlalu baik.
02: ROE dan Modal
A: Apa hubungan antra ROE dengan Modal?
ROE tidak mempertimbangkan jumlah modal yang telah di-investasikan.
B: Contoh Penerapan Analisis ROE
Untuk memudahkan pemahaman, yuk ikuti contoh soal dan kasus berikut ini:
Misalnya suatu perusahaan besar telah menginvestasikan dana sebesar Rp. 100 juta pada proyek A, memiliki ROE sebesar 50% dan menginvestasikan Rp 1M pada proyek B yang memiliki ROE sebesar 40%.
Kedua proyek ini sama-sama berisiko dan pengembaliannya sama-sama jauh di atas biaya modal perusahaan yang diinvestasikan ke proyek-proyek tersebut.
Pada contoh ini, proyek A memiliki ROE yang lebih tinggi. Tapi karena nilainya begitu kecil, proyek tersebut hanya sedikit meningkatkan kekayaan pemegang saham.
Di sisi lain, proyek B memiliki ROE yang lebih rendah, tapi memberikan nilai tambah bagi pemegang saham yang lebih besar.
03: Return on Equity dan Bonus
A: Apa hubungan antara ROE dengan Bonus?
Kita lihat masalah ROE yang terakhir.
Return on Equity Kurang Tepat dijadikan pertimbangan untuk menentukan BONUS.
Perhatikan contoh soal hubungan ROE dengan bonus berikut ini:
Asumsikan Anda mengelola sebuah divisi di suatu perusahaan besar.
Perusahaan tersebut menggunakan Return on Equity sebagai satu-satunya ukuran kinerja dan bonus perusahaan tersebut ditentukan oleh ROE. Mendekati akhir tahun, divisi anda berhasil meraih ROE yang mengagumkan sebesar 45%.
Sekarang anda memiliki peluang untuk berinvestasi pada suatu proyek besar berisiko rendah yang memiliki estimasi ROE sebesar 35%.
Angka ini jauh di atas biaya modal perusahaan.
Meskipun proyek ini menguntungkan, anda mungkin enggan melakukan investasi ini karena akan menurunkan angka rata-rata ROE divisi anda yang selanjutnya akan mengakibatkan turunnya BONUS akhir tahun yang akan anda terima.
B: Rumus Nilai Pemegang Saham
Tiga permasalahan di atas menunjukkan pengembalian suatu proyek yang harus dikombinasikan dengan risiko dan ukurannya dalam menentukan pengaruh proyek tersebut pada nilai pemegang saham :
Nilai = f (ROE, Risiko, Ukuran)
ROE hanyalah satu dimensi dari persamaan nilai, karena tindakan-tindakan yang meningkatkan Return on Equity diharapkan akan memengaruhi dua faktor yang lain.
C: Ukuran Penilaian Alternatif selain ROE
Langkah-langkah yang dirancang untuk meningkatkan ‘ROE yang diharapkan’ mungkin dalam beberapa kasus tidak konsisten dengan peningkatan kekayaan pemegang saham.
Kenapa ditulis ‘ROE yang diharapkan’ bukan hanya ROE?
Karena seluruh keputusan manajemen dirancang untuk melakukan sesuatu di masa depan sehingga akan mempengaruhi hasil di MASA DEPAN.
Dengan mengingat semua hal di atas, para akademisi, praktisi, dan konsultan telah mengembangkan ukuran-ukuran alternatif .
Suatu ukuran yang mencoba untuk mengatasi masalah potensial Return on Equity ketika digunakan untuk mengukur kinerja.
Salah satu ukuran tersebut adalah economic value added (EVA), yang telah dibahas beserta contoh-contoh real-nya dalam website ini.
D: Hubungan Antara ROE dan EVA (Economic Value Added)
Apa hubungan antara ROE dan EVA?
Untuk memahami hubungan antara Return on Equity dan EVA, perhatikan contoh kasus soal beserta jawaban berikut ini:
Perusahaan PT MK Network memiliki modal operasi yang diberian oleh investor sebesar Rp 100 juta, dengan perincian Rp 50 juta sebagai utang jangka panjang dengan bunga 10% dan Rp 50 juta sebagai ekuitas biasa.
Perusahaan tidak memiliki saham preferen atau wesel tagih. Biaya utang setelah pajak hanya 6% dengan dasar penilaian atas risiko perusahaan, pemegang saham mensyaratkan pengembalian sebesar 14%.
Angka 14% ini ini adalah yang diharapkan akan diterima pemegang saham jika mereka menarik dananya. Dan menginvestasikannya pada saham yang memiliki risiko yang sama dengan perusahaan PT MK Network .
Biaya modal perusahaan PT MK Network secara keseluruhan adalah rata-rata tertimbang biaya utang dan ekuitasnya jumlahnya 10% yang dihitung dari :
= 0,50(6%) + 0,50(14%) = 10%
Total biaya modal per tahun = 0,10 ( 100.000.000) = Rp. 10.000.000
Contoh Studi Kasus dan Analisis
Perhitungan Laba Rugi dan Nilai EVA
Bagaimana Laba Rugi Perusahaan?
Mari kita lihat data-data keuangan perusahaan dari laporan laba rugi perusahaan PT MK Network.
1: Laba operasi perusahaan,
EBIT = Rp 20 juta
2: Beban bunga :
= 0,10(Rp. 50.000.000)
= Rp 5.000.000
3: Laba kena pajak :
= Rp 20.000.000 – Rp. 5.000.000
= Rp. 15.000.000
4. Laba atas pajak
Misalnya besar pajak adalah 40%, maka laba atas pajak adalah :
= 0,4 ( Rp. 15.000.000) = Rp. 6.000.000
5. Laba bersih (net profit)
Jadi LABA BERSIH perusahaan PT MK Network adalah :
= Rp 15.000.000 – Rp 6.000.000
= Rp 9.000.000
6. Pengembalian ekuitas
Pengembalian atas ekuitasnya atau ROE :
= Rp 9.000.0000 : Rp 50.000.000
= 18%
7: Nilai EVA
Sedangkan nilai EVA adalah : EBIT (1-Tarif Pajak Perseroan) – (Total modal operasi yang diberikan oleh investor) x (Persentase biaya modal setelah pajak)
= Rp. 20.000.000 (1-0,40) – (Rp. 100.000.000)(0,10)
= Rp 2.000.000
Apa arti nilai EVA sebesar Rp 2.000.000 tersebut? Nilai EVA sebesar Rp 2 juta menunjukkan:
“Perusahaan PT MK Network memberikan Rp 2 juta lebih tinggi kepada para pemegang sahamnya daripada yang seharusnya bisa mereka terima dari tempat lain dengan berinvestasi di saham lain yang risikonya sama dengan perusahaan PT MK Network”
Hubungan Laba dan EVA
Dari contoh case study di atas, ada 2 hal yang perlu di catat, yaitu :
Point #1:
Pada prakteknya kita seringkali perlu melakukan beberapa penyesuaian agar dapat memperoeh ukuran EVA yang lebih baik.
Penyesuaian tersebut berkaitan dengan aset sewa guna usaha, penyusutan, dan perincian-perincian akuntansi lainnya.
Point #2:
Pemegang saham mungkin tidak langsung menerima Rp. 9 juta yang dihasilkan perusahaan PT MK Network yang dihasilkan perusahaan tahun ini.
Rp 7 juta yang diharapkan pemegang saham tambah EVA Rp 2 juta.
Perusahaan dapat membayar labanya itu sebagai dividen atau tetap menahannya di dalam perusahaan sebagai LABA DITAHAN.
Hubungan ROE dan EVA
Lalu apa hubungannya antara ROE dan EVA?
EVA berbeda dari ukuran akuntansi tradisional atas laba karena karena EVA secara eksplisit tidak hanya mempertimbangkan biaya utang, tapi juga biaya ekuitas.
Dan bila dituliskan dengan sebuah rumus sederhana adalah sebagai berikut :
EVA = (Modal Ekuitas)(ROE – Biaya Modal Ekuitas)
Rumus di atas mengandung arti bahwa EVA bergantung pada 3 faktor, yaitu:
- tingkat pengembalian seperti yang tercermin dalam ROE.
- risiko yang akan mempengaruhi biaya ekuitas
- ukuran yang diukur oleh ekuitas yang digunakan.
Dengan kata lain, persamaan di atas menggambarkan bahwa nilai pemegang saham akan tergantung pada:
- RISIKO,
- PENGEMBALIAN, dan
- MODAL yang diinvestasikan.
Video Pembelajaran Materi Return On Equity (ROE)
Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan serta melengkap pembahasan tentang materi return on equity atau ROE, yuk sejenak tonton penjelasan dalam video pembelajaran berikut ini…
04: Kesimpulan Tentang Return on Equity (ROE)
Secara umum rasio-rasio keuangan digunakan untuk melakukan analisis terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan. Setiap ukuran memiliki kekhususan tersendiri sehingga saling melengkapi satu ukuran dan lainnya.
Untuk menganalisis kinerja atau performance keuangan sebuah perusahaan, kita tidak cukup hanya menggunakan satu jenis analisis saja, yaitu Return on Equity. Atau ROA saja atau Profit Margin saja. Namun harus saling terintegrasi satu penilaian dengan yang lain agar diperoleh kesimpulan yang tepat dan akurat.
Ada beberapa rasio keuangan yang bisa digunakan selain ROE, antara lain:
- ROA
- ROI
- Working Capital
- Profit Margin
- CVP
Demikian pembahan mengenai 3 Permasalahan Serius Jika Perusahaan HANYA Menggunakan Return on Equity sebagai Ukuran Kinerja.
Bila anda tidak ingin ribet-ribet menghitung sendiri rumus-rumus dalam analisis laporan keuangan, anda bisa menggunakan template excel analisis laporan keuangan yang kami sediakan gratis alias free sebagai bonus pembelian SOP Keuangan dan Accounting Tools.
Semoga bermanfaat dan terima kasih***
Note:
Jika Anda mengutip artikel ini mohon menyebutkan serta menyertakan sumber link-nya ya Mas dan Mbak, sehingga tak ada pihak manapun yang akan dirugikan. Thanks